1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Lewat Perangko Raden Saleh Kembali Datang di Jerman

17 Oktober 2019

Raden Saleh dan karyanya dirasa penting untuk dihidupkan kembali. Melalui media komik dan perangko, sasaran utama pembacanya adalah masyarakat Jerman, lalu masyarakat Indonesia.

Frankfurter Buchmesse | Indonesischer Stand
Perangko dengan salin lukisan karya Raden Saleh yang diproduksi kantor pos Jerman, Deutsche Post.Foto: DW/Y. Pamuncak

Kisah hidup seniman Indonesia Raden Saleh sebagai pengejawantahan profil manusia modern Indonesia yang sukses, inovatif dengan kredibilitas profesional yang tinggi dibuatkan dalam bentuk perangko serta komik berjudul ‘Leben und Abenteuer des Raden Saleh' (Kehidupan dan Petualangan Raden Saleh). Peluncurannya diadakan pada Pameran Buku Frankfurt 2019..

Raden Saleh tuntut ilmu di Eropa dan sukses

Werner Kraus, pakar sejarah kesenian dari Universitas Passau, Jerman, yang menjadi salah satu penyusun komik tersebut mengungkapkan kekagumannya pada sosok Raden Saleh. "Hal yang membuat saya terpesona sejak awal dengan Raden Saleh adalah fakta bahwa di abad 19, jadi 200 tahun yang lalu, ada pemuda Jawa yang datang ke Eropa dan sukses di sini. Ini hal yang sangat tidak biasa,” ujar Kraus.

Kraus menuturkan, bagi Raden Saleh, Eropa dan khususnya Jerman bagaikan sekolah atau perguruan tinggi tempat menimba ilmu. "Saat tiba (di Eropa-Red), ia bisa membaca dan menulis dengan baik. Ia bisa menulis Arab, Jawa, bisa bicara bahasa Belanda. Tapi ia sebenarnya belum berpendidikan,” katanya.

Buku dan komik tentang Raden Saleh.Foto: DW/Y. Pamuncak

Nasionalisme pada karya Raden Saleh

Kraus sangat mengagumi karya-karya lukis Raden Saleh yang merupakan perpaduan aliran romantisme yang sedang populer di Eropa saat itu. Menurutnya di Eropa, seorang seniman Indonesia dianggap identik dengan lukisan liar, seperti pertarungan, macan, pemburu atau semacamnya. Raden Saleh juga memupuk cikal bakal rasa nasionalisme seperti terlihat pada hasil karyanya yang terkenal ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro.'

"Sulit untuk melukis dengan komposisi 10 orang yang menunggang kuda misalnya. Tapi yang sangat saya sukai adalah lukisan pemandangannya setelah ia kembali ke Jawa. Itu saya menganggapnya sebagai "maestro.” Inilah yang ingin ia lukis untuk dirinya dan ditunjukkan ke dunia luar. Ia ingin menunjukkan kepada dunia, betapa indahnya tanah airnya,” tutur Kraus.

Pengingat generasi kini

Pengangkatan tokoh Raden Saleh sendiri bertujuan untuk mengingatkan generasi kini pada karya-karyanya yang besar. "Banyak yang tidak tahu bahwa ada seorang pelukis Indonesia yang sangat terkenal, yang hidup dan besar di Jerman. Raden Saleh itu tinggal di Dresden dan di Coburg. Selama hampir 200 tahun lalu,” kata Wakil Kepala Perwakilan KBRI Berlin Perry Pada.

Perangko dengan salin lukisan karya Raden Saleh yang diproduksi kantor pos Jerman, Deutsche Post.Foto: DW/Y. Pamuncak

Menurut Perry, Raden Saleh sebagai pahlawan budaya Indonesia perlu diberikan apresiasi setinggi-tingginya. Apa lagi kini karya-karya Raden Saleh sangat lah diminati dan memiliki nilai jual yang tinggi. "Belum banyak orang tahu ya, bahwa Raden Saleh itu pelukis yang menerima banyak penghargaan dari para pemimpin-pemimpin Eropa zaman dahulu, tahun 1800-an,” katanya.

Komik Raden Saleh 40 halaman dibuat dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia, menceritakan petualangan pelukis Raden Saleh yang hidup di Belanda, Jerman, terutama di Kota Dresden dan juga sempat tinggal di Kota Paris, tahun 1829-1850 dan 1875-1878.

Adapun seri prangko lukisan Raden Saleh yang dibuat menampilkan salinan dari delapan lukisan diantaranya, Perburuan Banteng (1855), Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857) dan Meletusnya Gunung Merapi pada Siang Hari (1865). (yp/ae)