Raden Saleh dan karyanya dirasa penting untuk dihidupkan kembali. Melalui media komik dan perangko, sasaran utama pembacanya adalah masyarakat Jerman, lalu masyarakat Indonesia.
Iklan
Kisah hidup seniman Indonesia Raden Saleh sebagai pengejawantahan profil manusia modern Indonesia yang sukses, inovatif dengan kredibilitas profesional yang tinggi dibuatkan dalam bentuk perangko serta komik berjudul ‘Leben und Abenteuer des Raden Saleh' (Kehidupan dan Petualangan Raden Saleh). Peluncurannya diadakan pada Pameran Buku Frankfurt 2019..
Raden Saleh tuntut ilmu di Eropa dan sukses
Werner Kraus, pakar sejarah kesenian dari Universitas Passau, Jerman, yang menjadi salah satu penyusun komik tersebut mengungkapkan kekagumannya pada sosok Raden Saleh. "Hal yang membuat saya terpesona sejak awal dengan Raden Saleh adalah fakta bahwa di abad 19, jadi 200 tahun yang lalu, ada pemuda Jawa yang datang ke Eropa dan sukses di sini. Ini hal yang sangat tidak biasa,” ujar Kraus.
Kraus menuturkan, bagi Raden Saleh, Eropa dan khususnya Jerman bagaikan sekolah atau perguruan tinggi tempat menimba ilmu. "Saat tiba (di Eropa-Red), ia bisa membaca dan menulis dengan baik. Ia bisa menulis Arab, Jawa, bisa bicara bahasa Belanda. Tapi ia sebenarnya belum berpendidikan,” katanya.
Nasionalisme pada karya Raden Saleh
Kraus sangat mengagumi karya-karya lukis Raden Saleh yang merupakan perpaduan aliran romantisme yang sedang populer di Eropa saat itu. Menurutnya di Eropa, seorang seniman Indonesia dianggap identik dengan lukisan liar, seperti pertarungan, macan, pemburu atau semacamnya. Raden Saleh juga memupuk cikal bakal rasa nasionalisme seperti terlihat pada hasil karyanya yang terkenal ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro.'
"Sulit untuk melukis dengan komposisi 10 orang yang menunggang kuda misalnya. Tapi yang sangat saya sukai adalah lukisan pemandangannya setelah ia kembali ke Jawa. Itu saya menganggapnya sebagai "maestro.” Inilah yang ingin ia lukis untuk dirinya dan ditunjukkan ke dunia luar. Ia ingin menunjukkan kepada dunia, betapa indahnya tanah airnya,” tutur Kraus.
Pengingat generasi kini
Pengangkatan tokoh Raden Saleh sendiri bertujuan untuk mengingatkan generasi kini pada karya-karyanya yang besar. "Banyak yang tidak tahu bahwa ada seorang pelukis Indonesia yang sangat terkenal, yang hidup dan besar di Jerman. Raden Saleh itu tinggal di Dresden dan di Coburg. Selama hampir 200 tahun lalu,” kata Wakil Kepala Perwakilan KBRI Berlin Perry Pada.
Menurut Perry, Raden Saleh sebagai pahlawan budaya Indonesia perlu diberikan apresiasi setinggi-tingginya. Apa lagi kini karya-karya Raden Saleh sangat lah diminati dan memiliki nilai jual yang tinggi. "Belum banyak orang tahu ya, bahwa Raden Saleh itu pelukis yang menerima banyak penghargaan dari para pemimpin-pemimpin Eropa zaman dahulu, tahun 1800-an,” katanya.
Komik Raden Saleh 40 halaman dibuat dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia, menceritakan petualangan pelukis Raden Saleh yang hidup di Belanda, Jerman, terutama di Kota Dresden dan juga sempat tinggal di Kota Paris, tahun 1829-1850 dan 1875-1878.
Adapun seri prangko lukisan Raden Saleh yang dibuat menampilkan salinan dari delapan lukisan diantaranya, Perburuan Banteng (1855), Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857) dan Meletusnya Gunung Merapi pada Siang Hari (1865). (yp/ae)
Pelukis Jawa di Eropa
Raden Saleh, pelukis Jawa yang punya nama besar di Eropa termasuk terkenal di pula Jerman pada abad ke-19,
Foto: gemeinfrei
Kepribadian Artistik
Raden Saleh (1811 - 1880) adalah orang Asia pertama yang menikmati pendidikan melukis secara akademis di Eropa. Sosok eksotis yang berkarya seni adalah hal mengejutkan bagi Eropa di pertengahan abad ke-19. Ia juga turut melahirkan aliran lukis orientalis di Jerman. Penampilannya dalam karya Johann Carl Bähr disukai publik, seorang pelukis tampan berkostum pangeran oriental.
Foto: Lindenau-Museum Altenburg
Pelukis Berbakat
Lahir di bekas koloni Belanda di Jawa, pada usia muda Saleh melihat hobi favorit penguasa kolonial yakni: berburu. Aktivitas itu menjadi salah satu motif favoritnya. Pelukis kolonial keturunan Belgia, Antoine Payen, melihat bakat Saleh dan mendukungnya. Dengan bantuan hibah, Saleh berangkat ke Belanda pada tahun 1830, di mana ia mendapat pendidikan melukis.
Foto: gemeinfrei
Seniman Lepas
Pemerintah Belanda mengirimnya untuk studi keliling di Eropa, termasuk di Dresden. "Di sana tahun 1839 Saleh tertahan," kata Dr. Julia M. Nauhaus, direktur Museum Lindenau di Altenburg, yang pertama kali di Jerman memamerkan lukisan-lukisan Saleh. "Dia menerima banyak pesanan dan bisa bekerja sebagai seniman lepas, tanpa ketergantungan pada Belanda."
Foto: picture alliance/ANN/The Jakarta Post
Hewan Spektakuler
Harimau, anjing, singa, hewan- hewan ini sering muncul dalam karya Saleh. Di tanah kelahirannya Jawa, tidak ada singa. Tampaknya ia secara seksama meriset binatang liar itu selama berkeliling Eropa. "Dia telah melakukan perjalanan antara lain ke kebun binatang London dan sirkus di Den Haag," kata Dr. Nauhaus.
Foto: Lindenau-Museum Altenburg
Diakui di Kalangan Seniman
Di Dresden, Saleh dianggap setara sebagai seniman dan warga. Suatu hal yang tidak umum pada waktu itu, karena masih adanya diskriminasi latar belakang dan warna kulit. Saleh dan pesonanya membuat dia disambut kalangan bangsawan dan borjuis. Dia mendapatkan kontrak-kontrak yang menguntungkan.
Foto: gemeinfrei
Lukisan Bersejarah
Tahun 1851 Raden Saleh merasa terpanggil untuk pulang ke tanah Jawa. Fasih dalam lima bahasa, dalam lukisannya ia mengangkat peristiwa sejarah. Lukisan ini, sekarang dipamerkan di istana presiden di Jakarta dan menunjukkan penangkapan Pangeran Diponegoro pada tahun 1857.
Foto: gemeinfrei
Menggambarkan Realita
Saleh juga seorang arkeolog amatir. Selama berekspedisi ke Jawa Tengah, ia mengalami peristiwa letusan Gunung Merapi yang mengerikan. Kesaksiannya dalam bentuk lukisan. Hasil pantauannya ini tergantung di Museum Nasional Sejarah di Leiden, Belanda. Pada tahun tujuh puluhan, Saleh berwisata bersama istri keduanya sekali lagi ke Eropa.
Foto: Lindenau-Museum Altenburg
Lukisan Terkenal
Di samping lukisan penangkapan Diponegoro , lukisan "Berburu Singa" juga menjadi karya Saleh yang paling terkenal. Menurut Direktur Nauhaus lukisan itu dijual hampir dua juta Euro pada tahun 2011. Saleh yang bekerja di Jerman memicu daya tarik orientalis - bersama dengan publikasi sastra Goethe dan Lessing.
Foto: Lindenau-Museum Altenburg
Peran Pangeran
Saleh, potret pelukis Jawa karya Frederick Schreuel tahun 1840 itu. Ia dianggap sebagai bapak seni lukis modern Indonesia dan meninggal pada tahun 1880 di rumahnya setelah mengalami stroke.