1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lewat Sepak Bola Menentang Diskriminasi

Ronny Blaschke24 Desember 2012

Selama ini sepak bola masih dinggap sebagai olahraga pria. Oleh sebab itu sebuah inisiatif dari Proyek Berlin bertajuk "Discover Football" memotivasi kaum perempuan yang tertarik olah raga ini untuk terlibat.

Discover FootballFoto: DW/Nadine Wojcik

Reema Ramoniah tahu bahwa akan ada pertanyaan yang muncul terkait jilbabnya. Ketika ditanyakan tentang itu, ia tertawa pada mitra bicaranya dan mengatakan: “Baik ayah maupun saudara laki-laki saya meminta saya untuk mengenakan jilbab. Namun saya pun mengikuti permintaan itu secara sukarela. Sebab hal itu bagian dari kepercayaan saya sebagai muslimah. “Reema Ramoniah lahir di Amerika Serikat, tinggal di ibukota Yordania, Amman. “Sayangnya orang-orang masih selalu berpikir kami kemana-mana naik unta (belum modern).“Perempuan 29 tahun itu berusaha menghilangkan prasangka tersebut - baik di tanah airnya sendiri, di dunia Arab, di Eropa- lewat: bermain sepak bola."

Ramoniah seorang perempuan penuh percaya diri dan artikulatif. Ia selalu jengkel bila berbicara tentang larangan berjilbab dalam pertandingan resmi sepakbola dunia yang  dikeluarkan badan persepakbolaan dunia FIFA. Dalam pertandingan babak kualifikasi di Olimpiade London, FIFA telah mendiskualifikasi tim dari Iran. Pejabat FIFA tidak mengizinkan mereka bermain di lapangan dengan jilbab. Ramoniah memulai aksi protes di internet. Dalam dua pekan saja, sudah ada 200.000 orang yang mendukungnya. Ia mencari kontak ke Pangeran Yordania  Ali Bin Al-Hussein, yang merupakan kepala badan nasional persepakbolaan Yordania dan wakil presiden FIFA. Ramoniah juga mencari dukungan ke Perserikatan Bangsa-bangsa dan politisi Eropa. Juli tahun ini akhirnya larangan itu dicabut.

Kecemasan akan Tekanan

Reema RamoniahFoto: Johanna Kösters

"Kami juga punya hak bermain bola,“ kata Ramoniah. Ia berpartisipasi dalam jaringan proyek sepak bola perempuan "Discover Football". Para pemain dari Afrika Utara dan Timur Tengah juga berkumpul ke Berlin. Mereka akan membentuk jaringan  untuk memperkuat persepakbolaan perempuan di Tunisia, Palestina dan Libanon. Ramoniah bertanggung jawab di bidang pengembangan sepak bola perempuan di asosiasi persepakbolaan Yordania. “Kami berada di jalur yang benar,“ tandas Ramoniah. “Semua pemain bola dibayar oleh badan sepak bola, dalam setiap kelompok usia. Mulanya hanya 25 pemain, kini membengkak ada 400-an pemain.” Sebuah kemewahan langka di dunia Arab.

Sarah yang berasal dari Riyadh, Arab Saudi hanya dapat bermimpi. Bersama para peserta lain ia mengikuti perjalanan pendidikan di sebuah sekolah dasar di Keuzberg, Jerman. Ia memperhatikan bagaimana anak-anak perempuan saling melempar bola di aula olahraga. Sarah, 28 tahun usianya, bertubuh mungil, yang tak mau nama aslinya disebutkan, takut akan tekanan di negaranya: ”Perempuan di Arab Saudi tak punya akses ke olah raga. Tak bisa kami bermain secara profesional. Tak ada lapangan atau aula olah raga bagi kami. Tak banyak orang eksis di bidang olahraga. Namun perlahan-lahan, masyarakat membuka diri.“

Nyanyian Menentang Diskriminasi

Banyak perempuan di Arab Saudi yang menderita akibat kurang bergerak. Mereka mengalami depresi, diabetes. Padahal berolah raga dapat memberi banyak manfaat. “Discover Football" ingin mengubah itu. dalam sebuah seminar yang diadakan di Berlin, dibahas mengenai keterlibatan perempuan dalam olah raga, memerangi diskriminasi dan penguatan peran perempuan. Mereka diajak mengunjungi parlemen Jerman, Bundestag, mengikuti pelatihan di Klub Union Berlin, dan menyaksikan pertandingan sepak bola.

Lewat sepak bola menentang diskriminasiFoto: DW/N. Eixler

Dasar pemikiran proyek  "Discover Football" dicetuskan Klub Berlin Al Dersimspor. Tim multikultur ini tahun 2006 bermain melawan tim Iran di Teheran. Saat itu di atas tribun 1000-an penonton bernyanyi, menyerukan perlawanan atas diskriminasi terhadap perempuan. Tahun 2007 di Berlin diadakan pertandingan balasan,  sebelum akhirnya sebuah berita datang dari Iran, bahwa tim sepak bola itu tak boleh bepergian ke luar negeri. Sejal saat itu diselenggarakanlah turnamen internasional  "Discover“  dan mengundang tim-tim sepak bola datang ke Berlin. Dukungan diberikan oleh kementerian luar negeri Jerman. Musim panas mendatang sudah  lebih dari 70 tim dari 50 negara yang mengajukan diri untuk ikut serta.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait