1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Libya Masih Bisa Jual Minyak

10 Maret 2011

Sementara pimpinan Uni Eropa membahas sanksi dan opsi larangan terbang atas Libya, beberapa negara tetap membeli minyak.

Tanker minyak di pelabuhan dekat ZawiyaFoto: dapd

Mengenai reaksi internasional atas pergolakan di Libya, harian liberal Austria Der Standard menulis:

Ini sudah mendekati sinisme. Sementara para petinggi Uni Eropa membahas sanksi keras terhadap rejim Gaddafi, uang pembayaran untuk minyak terus mengalir ke negara itu. Upaya Inggris untuk memberlakukan sanksi atas pemasokan minyak dari Libya gagal karena penentangan Italia dan Malta. Tak perlu diragukan lagi, perusahaan energi multinasional terus membeli minyak dari Libya. Dan mereka membayarnya. Uni Eropa seharusnya bisa menyepakati satu langkah minimal: pembayaran untuk pemasokan minyak bisa disalurkan ke satu rekening khusus lebih dulu, dan baru ditransfer ke Libya setelah Gaddafi mundur.

Harian Austria lainnya, Salzburger Nachrichten menulis:

Opsi untuk intervensi militer negara-negara barat kelihatannya cukup banyak. Tidak perlu langsung dilakukan perang udara melawan militer Gaddafi. Langkah yang lebih lunak mungkin sudah cukup. Misalnya memutuskan jalur komunikasi atau menghancurkan landasan peluncuran pesawat. Hanya NATO yang bisa melaksanakan operasi militer ini dengan melibatkan sebanyak mungkin negara-negara Eropa. Memang benar, resiko yang dihadapi sangat besar, terutama dalam bidang politik. Tapi dalam konflik di Libya, yang dihadapi bukan masalah diplomasi, melainkan pembunuhan sembarangan.

Harian Jerman Neue Osnabrücker Zeitung menolak intervensi militer yang tergesa-gesa dan berkomentar:

Ada suara-suara yang mengusulkan partisipasi dalam perang di Afrika utara. Mereka tidak peduli bahwa intervensi militer hanya punya dampak politik yang sangat terbatas. Siapa yang mengusulkan itu, kelihatannya belum sadar betul, bahwa kisah tentang serangan udara yang sangat akurat, intervensi kemanusiaan dan serangan-serangan kilat sejak tahun 1991 ternyata hanya dongeng belaka. Pasukan multinasional di Bosnia memang berhasil memaksa perang diakhiri. Namun masalah politiknya tetap ada sampai sekarang. Di Somalia, Irak, Afghanistan dan Kongo campur tangan militer tidak menunjukkan hasil, yang bisa membuat kita optimis, sehingga kita langsung mengancam Gaddafi dan sekutunya dengan seruan-seruan peperangan.

Harian Jerman lainnya Süddeutsche Zeitung menulis:

Situasi politik di Libya masih belum jelas, demikian juga situasi militernya. Para jenderal Amerika Serikat memperingatkan, situasinya sangat kompleks. Memberlakukan zona larangan terbang di Libya jauh lebih riskan daripada di Irak. Langkah ini juga selalu merupakan langkah pertama untuk intervensi militer. Tapi opsi militer harus jadi langkah terakhir dalam serangkaian upaya untuk deeskalasi. Baru saja diberlakukan sanksi-sanksi keras terhadap rejim di Libya. Sanksi-sanksi ini harus berfungsi lebih dulu, sebelum melaksanakan langkah selanjutnya. Dalam debat ini, lebih banyak realisme akan membantu.

Hendra Pasuhuk/dpa/afp
Editor: Vidi Legowo