1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

280409 5. Jahrestag EU-Osterweiterung

30 April 2009

Perluasan Uni Eropa tahun 2004 adalah yang kelima dan terbesar. Tanggal 1 Mei 2004, Estonia, Latvia, Lituania, Malta, Polandia, Slowakia, Slovenia, Ceko, Hungaria dan Siprus resmi menjadi anggota penuh Uni Eropa.

Bendera negara-negara Eropa Timur, anggota baru Uni EropaFoto: APTN

Di malam tanggal 1 Mei 2004, suasana pesta meliputi negara anggota baru Uni Eropa. Seperti misalnya di kawasan perbatasan antara Jerman dan Polandia. Tanggal 1 Mei juga merupakan hari istimewa bagi menteri luar negeri Jerman saat itu Joschka Fischer yang berpidato di perbatasan. "Sore ini, Eropa yang baru terbentuk. Di sini terbentuk ruang bagi kebebasan, Eropa yang adalah masa depan bagi kita semua. Saya mengajak Anda merayakannya hari ini."

Tapi, tak semua pihak merasakan eforia yang menyapu Eropa. Di Jerman misalnya, banyak warga yang kuatir tenaga kerja murah dari Timur akan membuat susah hidup mereka.

Kanselir Jerman saat itu Gerhard Schröder berupaya menghapuskan kecurigaan tersebut. "Masalah yang mungkin muncul di pasar tenaga kerja, di sektor layanan jasa, masalah kejahatan dan imigrasi, tanpa Uni Eropa semua masalah ini malah akan membengkak. Tanpa perluasan ini, kita akan kesulitan mengatasi dampak negatifnya. Bagi saya penting, agar hal ini dimengerti."

Selama beberapa tahun, Jerman dan beberapa negara anggota lama Uni Eropa memberlakukan kebijakan tambahan untuk mencegah arus imigrasi bebas dari negara anggota baru. Tapi, walau sebagian besar kekuatiran itu terbukti tak beralasan, muncul kejenuhan akan perluasan Eropa.

Tahun 2006, Kanselir Austria dan ketua dewan kepresidenan Wolfgang Schüssel memperingatkan, untuk tidak mengacuhkan suasana ini. "Di saat sama saya tahu, bahwa kapasitas Eropa untuk menerima anggota baru terbatas. Karena itu saya pikir, pertanyaan terkait kemampuan Uni Eropa akan menjadi elemen penting."

Tahun 2007, Rumania dan Bulgaria diterima sebagai anggota baru. Meski, sikap penolakan terhadap anggota baru semakin meluas. Salah satu alasannya, masalah reformasi intern UE seperti perjanjian Lisabon tetap rancu. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy di awal masa kepresidenan Uni Eropanya musim panas 2008 menyatakan: "Untuk perluasan selanjutnya Eropa membutuhkan perjanjian Lisabon. Tanpa perjanjian Lisabon, kita kembali ke perjanjian Nizza. Dan perjanjian Nizza adalah Eropa dengan 27 anggota yang tidak dapat diperluas tanpa mengubah institusimya."

Belakangan muncul masalah baru dengan krisis keuangan dan ekonomi. Krisis ini sangat mengguncang sejumlah negara Uni Eropa baru dan mendesak anggota lama mengambil tanggung jawab lebih besar.

Tidak ada pemerintah Uni Eropa yang mempertanyakan perluasan Uni Eropa tahun 2004. Tapi eforia yang dirasakan warga Eropa pada tanggal 1 Mei 2004 mengenai mimpi benua Eropa yang akhirnya terpenuhi, sudah lama memudar.

Christoph Hasselbach/Ziphora Eka Robina

Editor: Yuniman Farid