Lima Tahun Setelah Krisis Penanganan Pengungsi di Jerman
5 September 2020
Lima tahun lalu di tengah krisis penanganan pengungsi, Kanselir Jerman Angela Merkel mengucapkan kalimat yang kemudian menjadi terkenal: "Kita bisa menghadapinya". Jerman ketika itu membuka perbatasannya untuk pengungsi.
Iklan
Puluhan ribu pengungsi yang datang ke Eropa Tengah tahun 2015 membangkitkan kekhawatiran banyak warga, termasuk di Jerman, Mereka datang darimana? Apa mereka punya pendidikan yang baik? Apa mereka mampu hidup di tengah budaya Eropa? Apa mereka tidak merebut lapangan kerja penduduk Eropa? Apa mereka nantinya tidak menjadi kriminal?
Di Jerman muncul perdebatan sengit, namun Kanselir Jerman Angela Merkel bersikeras untuk membuka perbatasan bagi pengungsi, sekalipun negara-negara lain di Eropa banyak yang sudah menolak menerima mereka.
Terutama partai ultra kanan AfD menuduh Merkel telah merugikan Jerman karena membuka pintu bagi pengungsi yang kebanyakan datang dari Suriah. Kalangan ultra kanan bergabung dengan kelompok Neo-Nazi dan terus menuntut agar Merkel mengundurkan diri karena dosa-dosanya terhadap negara Jerman.
Hingga kini, lima tahun kemudian, kebijakan pemerintah Jerman menerima pengungsi masih membangkitkan perdebatan emosional. Sekalipun angka pengungsi dan pemohon suaka di Jerman sejak 2015 terus turun. Tahun 2015, ada sekitar satu juta orang yang mengajukan permohonan suaka di Jerman, terutama pengungsi dari Suriah, Afghanistan dan Irak, yang negaranya porak-poranda oleh perang dan serangan terorisme.
Sementara kubu ultra kanan menuduh para pengungsi akan menghabiskan uang Jerman, kalangan ekonomi dan asosiasi perdagangan Jerman ketika itu justru menyambut datangnya pengungsi. Karena jika memiliki keterampilan, mereka bisa mengisi kekurangan tenaga kerja terampil yang dikhawatirkan akan menghambat perekonomian Jerman.
Tapi para pengungsi yang datang tentu saja tidak bisa segera diterjunkan ke pasar kerja. Mereka membutuhkan berbagai pelatihan, yang pertama-tama adalah pelajaran bahasa Jerman. Tetapi masalah utama jangka pendek yang dihadapi otoritas Jerman saat itu adalah menyediakan dan membangun tempat-tempat penampungan pengungsi yang datang berbondong-bondong. Banyak fasilitas sekolah, seperti gedung olahraga, kemudian diubah menjadi tempat penampungan pengungsi.
Sekarang, tempat-tempat penampungan pengungsi yang dibangun sekadarnya sudah kosong. Kebanyakan pencari suaka sudah mendapat apartemen sendiri. Anak-anak pengungsi ditampung di sekolah-sekolah negeri biasa, dan kebanyakan dari mereka sudah berbahasa Jerman dengan fasih.
Namun ketidaksiapan pemerintah dan otoritas lokal lima tahun untuk menerima kedatangan begitu banyak pengungsi sekaligus dan meluncurkan program-program pelatihan dan pendampingan, membuat banyak warga spektis tentang kemampuan negaranya menghadapi arus pengungsi.
Saat ini, hanya 11% penduduk Jerman yang menyatakan setuju menerima lebih banyak pengungsi daripada sebelumnya. Ditanya apakah mereka sekarang mendukung kebijakan pengungsi Angela Merkel dulu, hanya kurang dari 50 persen yang setuju. Sedangkan mayoritas tipis warga Jerman menyatakan negaranya tidak siap untuk keputusan semacam itu.
7 Fakta AfD: Partai Anti Islam di Jerman
Banyak yang belum tahu, partai AfD yang anti Islam, anti Eropa dan anti imigran didirikan oleh segelintir elite dan profesor. Dengan cepat partai didukung kelompok yang frustrasi terhadap politik pemerintah di Berlin.
Foto: picture-alliance/dpa/K.-D. Gabbert
Didirikan Kaum Elite Jerman
Partai Alternatif untuk Jerman-AfD didirikan oleh kelompok elite, antara lain Bernd Lucke profesor ekonomi makro, Alexander Gauland, mantan sekretaris negara partai Kristen CDU, Konrad Adam, penerbit dan mantan wartawan koran kenamaan FAZ serta politisi dan Doktor ilmu kimia Frauke Petry (foto). Mula-mula program AfD memprotes secara terbuka politik pemerintah Jerman terkait krisis mata uang Euro
Foto: Getty Images/J. Koch
Pendukung Partai AfD
AfD resmi didirikan Mei 2013. Siapa pendukung AfD? Lembaga Riset FORSA menunjukkan, dari pemilu di negara-negara bagian Jerman, 70% pemilih AfD adalah lelaki dari kisaran umur rata-rata dia atas 50 tahun dan tidak terikat salah satu agama. Juga banyak pendukung partai liberal FDP yang menyebrang mendukung AfD. Jumlah anggota partai AfD kini mencapai lebih 17.000 orang.
Foto: DW/B. Gräßler
Partai Populis Kanan Anti Islam
Partai Alternatif untuk Jerman semula menuntut dibubarkannya zona mata uang Euro. Untuk menarik simpati banyak pemilih, AfD memilih retorika sebagai partai populis kanan dan memberi tekanan khusus pada program anti Islam. AfD juga gelar kampanye anti Yahudi dan sentimen rasisme. Inilah resep yang membuat AfD sukses meraih kursi di parlemen Jerman dan parlemen Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Sukses di Negara Bagian Jerman
AfD raup sukses dalam pemilu regional di sedikitnya 10 negara bagian Jerman. Bahkan di dua negara bagian di kawasan timur Jerman, AfD raih lebih 20 persen suara. Juga di tiga negara bagian di barat, partai anti Islam dan anti Yahudi Jerman ini meraih perolehan suara lebih 12% . Keterangan partai menyebutkan AfD meraih seluruhnya 485 mandat di berbagai parlemen regional dan lokal.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Wolf
Terwakili di Parlemen Eropa
Setahun setelah didirikan, dalam pemilu Parlemen Eropa 2014, ironisnya partai anti Uni Eropa ini meraih 7,1 persen suara. Terwakili dengan 7 mandat di Parlemen Eropa dan diterima bergabung dalam fraksi Konservatif dan Reformis Eropa-EKD. Tahun 2016 AfD diusir dari fraksi EKD setelah anggotanya Beatrix von Stoch dukung usulan penggunaan kekerasan senjata terhadap pengungsi.
Foto: Picture-alliance/dpa
Dimusuhi Partai Mainstream Jerman
Partai AfD dimusuhi partai mainstream, Kristen Demkrat-CDU maupun Sosial Demokrat-SPD. Yang terutama beradu keras lawan keras adalah pengikut partai kiri otonom. Dalam kongres partai di kota Köln baru-baru ini, lebih 50.000 demonstran gelar aksi menentang AfD. Juga partai-partai besar menolak koalisi dengan partai populis kanan ini.
Foto: Reuters/S. Loos
Dipuji di Luar Negeri
Ironisnya, di saat partai dimusuhi banyak kalangan di Jerman, pujian mengalir dari luar negeri, khususnya dari Inggris. Kelompok pendukung Brexit dan yang skeptis terhadap Uni Europa memuji haluan partai AfD. Bahkan seorang tokoh partai anti Eropa di Inggris-UKIP, Douglas Carswell memuji partai populis kanan ini, dengan menyebut, jika ia warga Jerman, pasti memilih AfD dalam pemilu.
Foto: Reuters/S. Wermuth
7 foto1 | 7
Jadi, sementara banyak tokoh politik tetap menyampaikan gambaran positif tentang penanganan pengungsi, kepercayaan publik terhadap pemerintah Jerman dalam isu itu makin kecil. Sementara kebanyakan pengungsi yang sekarang hidup di Jerman mengungkapkan rasa syukur dan terimakasih mereka, terutama kepada Kanselir Angela Merkel.