Ketika Cina mencari cara untuk membalas perang dagang yang dilancarkan AS, muncul spekulasi Beijing akan menggunakan ekspor logam tanah jarang sebagai serangan balasan.
Iklan
Cina hari Senin (10/6) diberitakan meluncurkan survei sumber daya logam tanah jarang (LTJ) di tujuh wilayah sumber alamnya. Harian China Securities Journal yang dikendalikan kantor berita pemerintah Cina, Xunhua, memberitakan bahwa survei itu dirancang Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, Kementerian Industri, dan Kementerian Sumber Daya Alam.
Otoritas lokal di daerah yang disurvei harus memberikan data-data dan kasus spesifik tentang masalah utama yang ditemui dalam upaya melindungi, mengembangkan dan menerapkan sumber daya LTJ, kata harian itu. Pemerintah pusat di Beijing juga meminta provinsi-provinsi ini untuk berbagi pemikiran dan saran tentang cara meningkatkan keamanan pasokan sumber daya alam yang strategis itu.
Survei itu mungkin akan mengarah pada pengurangan output dan ekspor LTJ dan otomatis menaikkan harganya. Beijing diperkirakan akan menindak penambangan ilegal dan perdagangan ilegal unsur-unsur penting itu, tulis China Securities Journal.
Unsur tanah jarang sebagai elemen strategis
Cina selama ini memasok 80% dari LTJ yang digunakan terutama di undustri elektronik konsumen dan peralatan teknologi tinggi serta peralatan militer.
LTJ yang juga sering disebut unsur tanah jarang (rare earth elements) adalah kelompok 17 elemen kimia, termasuk 15 elemen lantanida pada tabel periodik, ditambah dua elemen terkait lainnya, skandium dan itrium.
LTJ terutama digunakan dalam produksi peralatan modern seperti smartphone, laptop, mobil hibrida, turbin angin, dan sel surya. Sistem pertahanan penting yang menggunakan LTJ adalah mesin jet fighter, sistem panduan rudal, pertahanan anti rudal, satelit dan sistem komunikasi.
Dibuat di Cina, Dijual ke Seluruh Dunia
Banyak produk yang dijual di Eropa tampak seperti diproduksi di Eropa, tetapi sebenarnya "Made in China". DW mengajak Anda melihat sejumlah produk tersebut. Ada yang Anda kenal?
Foto: Reuters/A. Song
Berbagai jenis produk!
Seorang staf penjualan sedang bekerja menjual lahan rumput yang dibuat dari plastik, di Yiwu Wholesale Market in Yiwu, provinsi Zhejiang, Cina, 10 Mei 2019. Kota Yiwu di bagian timur Cina adalah tempat penjualan terbesar produk dari berbagai jenis dan ukuran, dari pensil, kaos kaki hingga cangkir.
Foto: Reuters/A. Song
Impor-ekspor budaya?
Kedua perempuan ini sedang berdiskusi di sebuah kios yang menjual produk-produk Natal di Yiwu Wholesale Market. Kota Yiwu memiliki 1,2 juta penduduk. Letaknya 285 kilometer dari Shanghai, dan diberi sebutan "Christmas Town" (kota Natal) karena memproduksi 60% dekorasi Natal dunia.
Foto: Reuters/A. Song
Tampak meyakinkan
Berbagai plakat bergaya "vintage", misalnya plakat mobil, tampak dijual di sebuah kios. Penampilannya meyakinkan, seolah asli dari negeri yang dipaparkan di plakat itu.
Foto: Reuters/A. Song
Nasionalisme?
Bahkan bendera dari berbagai negara juga bisa dibeli di sini. Misalnya bendera dengan slogan "Keep America Great!" untuk kampanye pemilu 2020 Presiden AS Donald Trump juga ada di sini.
Foto: Reuters/A. Song
Berbagai peralatan
Ingin memasang sekrup sendiri? Butuh obeng dan peralatan kerja lainnya? Bisa dicari di sini, di Yiwu Wholesale Market, provinsi Zhejiang, Cina.
Foto: Reuters/A. Song
Model senjata
Seorang staf penjualan berkutat mengurus penjualan produk di kiosnya, yang mengkhususkan diri pada model senapan dan pistol kuno. Dengan bertambahnya pemasukan dana dari Timur Tengah, Yiwu berubah menjadi tempat perdagangan antara Cina dan Timur Tengah. Ibaratnya Jalur Sutra baru yang menghubungkan kedua kawasan ekonomi.
Foto: Reuters/A. Song
Ingat waktu
Perlu mengingat waktu? Di sini tidak masalah. Ada berbagai jam dari berbagai ukuran. Untuk ditempatkan di dinding, atau weker yang diletakkan di sebelah tempat tidur. Tinggal pilih sesuai selera.
Foto: Reuters/A. Song
Tidak sendirian
Pasar besar Yiwu Wholesale Market di Cina memiliki banyak kios. Hampir semuanya menjual dekorasi Natal. (Sumber: Reuters. Ed.: ml/hp)
Foto: Reuters/A. Song
8 foto1 | 8
Permintaan terus meningkat
Permintaan dunia akan LTJ meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir. Dengan ekspansi global kelas konsumen, khususnya di kawasan seperti Cina, India dan Afrika, permintaan akan terus baik, kata para ahli.
Amerika Serikat dulunya juga mengeksploitasi LTJ sendiri, tetapi selama dua dekade terakhir Cina telah muncul sebagai pemain dominan dalam produksi. Selain di Cina dan AS, cadangan LTJ juga ditemukan di Kanada, Australia, Brasil, India, Afrika Selatan, dan Rusia.
Kekuatan Ekonomi Global Masa Depan
Cina diprediksi akan merajai perekonomian dunia tahun 2050 menurut Economist Intelligence Unit. Tapi kiprah negeri tirai bambu itu bukan temuan yang paling mengejutkan, melainkan posisi Indonesia.
Foto: Fotolia
1. Cina
Negeri tirai bambu ini berada di peringkat kedua daftar negara sesuai besaran Produk Domestik Brutto-nya (PDB). Cina tahun 2014 berada di posisi kedua, di bawah AS dengan 11,212 Triliun Dollar AS. Tapi pada tahun 2050, Economist Intelligence Unit memprediksi Cina akan mampu melipatgandakan PDB-nya menjadi 105,916 Triliun Dollar AS.
Foto: imago/CTK Photo
2. Amerika Serikat
Saat ini AS masih mendominasi perekonomian global. Dengan nilai nominal PDB yang berada di kisaran 17,419 Triliun Dollar AS per tahun, tidak ada negara lain yang mampu menyaingi negeri paman sam itu. Tapi untuk 2050 ceritanya berbeda. AS akan turun ke peringkat dua dengan nilai PDB 70,913 Triliun Dollar AS.
Foto: picture-alliance/dpa/J. F. Martin
3. India
Tahun 2050 India akan menikmati pertumbuhan konstan di kisaran 5%, menurut studi EIU. Saat ini raksasa Asia Selatan ini bertengger di posisi sembilan daftar raksasa ekonomi terbesar dunia dengan nilai PDB 2 Triliun Dollar AS. Tapi 35 tahun kemudian India akan merangsek ke posisi ketiga di bawah AS dengan pendapatan nasional sebesar 63 triliun Dollar AS.
Foto: Reuters/N. Chitrakar
4. Indonesia
Perekonomian Indonesia membaik setekah tiga kali bangkrut menyusul krisis moneter berkepanjangan. Saat ini Indonesia mencatat nilai nominal PDB sebesar 895 Miliar Dollar AS dan berada di peringkat 16 dalam daftar kekuatan ekonomi global. Tahun 2050, Econimist Intelligence Unit memproyeksikan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat dengan PDB sebesar 15,4 Triliun Dollar AS.
Foto: picture-alliance/dpa
5. Jepang
Serupa AS, Jepang terpaksa turun peringkat di tahun 2050. Saat ini negeri sakura itu masih bertengger di posisi ketiga kekuatan ekonomi terbesar sejagad, dengan perolehan PDB sebesar 4,6 Triliun Dollar AS. 35 tahun kemudian, Jepang digeser oleh Indonesia dan terpaksa melorot ke peringkat lima dengan 11,7 Triliun Dollar AS.
Foto: AP
6. Jerman
Perekonomian Jerman banyak ditopang oleh sektor riil yang didominasi oleh industri padat karya. Tapi menurut EIU, justru sektor inilah yang akan banyak menyusut di masa depan. Jerman diyakini bakal kehilangan seperlima tenaga kerjanya pada 2050. Hasilnya, Jerman yang saat ini di posisi keempat dengan PDB sebesar 3,8 Triliun, akan merosot ke posisi enam dengan perolehan 11,3 Triliun Dollar AS.
Foto: imago/Caro
7. Brasil
Dari semua negara di posisi sepuluh besar, cuma Brasil yang tidak berubah. Saat ini raksasa Amerika Selatan itu berada di posisi tujuh dengan nominal PDB sebesar 2,3 Triliun Dollar AS. Di posisi yang sama Brasil bakal mencatat perolehan sebesar 10,3 Triliun Dollar AS tahun 2050.
Foto: picture-alliance/dpa/W. Rudhart
7 foto1 | 7
Mengingat dominasinya pada pasokan global LTJ, Cina memang bisa menggunakan unsur penting ini sebagai senjata ampuh dalam perang dagang dengan AS. Pembatasan ekspor LTJ bisa menyebabkan gangguan serius rantai pasokan untuk beberapa sektor industri utama.
Namun para ahli juga mengingatkan, jika Cina melakukan pembatasan ekspor LTJ, hal itu bisa merusak citra Cina sebagai mitra dagang yang dapat dipercaya, dan bisa mendorong negara-negara lain di seluruh dunia untuk mempercepat langkah-langkah diversifikasi atau membangkitkan kembali eksplorasi maupun eksploitasi LTJ yang sebelumnya dihentikan karena biaya tinggi.
Kereta-Kereta Canggih Tercepat Sedunia
Rekor kereta api tercepat 600 km/jam dipecahkan di Jepang dengan kereta ujicoba berbantalan magnet-Maglev. Kereta di Cina, Perancis dan Jerman tercatat sebagai pemecah rekor kecepatan sangat tinggi.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com
"Renaissance" Kejar Rekor Kecepatan
Kereta ekspres baru Tiongkok, Fuxing Hao ("Renaissance") dipromosikan bisa mencapai kecepatan 500 kilometer per jam. Namun rute perjalanan antara Shanghai dan Beijing kecepatan rata-ratanya hanya 350 kilometer per jam. Jadi hanya perlu waktu empat setengah jam untuk menempuh jarak 1.300 kilometer. Dalam beberapa tahun kedepan pengembang ingin rata-rata kecepatannya 400 kilometer per jam.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com
Jalur Cepat ke Bandara
Saat ini Cina masih memegang rekor pemilik kereta tercepat sedunia. The Shanghai Transrapid yang menggunakan teknik Maglev dari Jerman sudah dioperasikan sejak 2003 melayani rute Shanghai ke bandara Pudong. Kecepatan rata-ratanya 400 km/jam dan jarak 30 km dari Shanghai ke bandara dilalap hanya dalam tempo 8 menit.
Foto: picture-alliance/dpa
Harmony dari Beijing ke Shanghai
Kereta Harmony CRH 380A yang berpenggerak motor listrik milik Cina, dalam ujicoba kecepatan 2010 silam mampu menembus kecepatan maksimal 486 km/jam. Saat ini dalam operasi harian melayani rute Beijing ke Shanghai kereta Harmony bergerak pada kecepatan rata-rata 380 km/jam.
Foto: imago/UPI Photo
Siap Melayang 600 km/jam
Jika sudah beroperasi, kereta milik Japan Railways akan jadi pemecah rekor kecepatan tertinggi. Kereta ini berteknologi Maglev atau magnetik levitation. Kereta mengambang ditopang bantalan medan magnet dan meluncur nyaris tanpa tahanan friksi dengan rel. Dengan "melayang" rekor kecepatan ditembus hingga 600 km/jam.
Foto: picture-alliance/AP/Yomiuri Shimbun
Serasa Terbang
Dalam uji coba, kereta melaju nyaris tanpa getaran. Pada kecepatan puncak yang terlihat di layar monitor 603 km/jam penumpang merasakan seperti terbang. Setelah ujicoba ini sukses, Jepang merencanakan membangun jalur kereta super cepat Tokyo-Nagoya yang dilayani Maglev dengan kecepatan rata-rata 500 km/jam.
Foto: picture-alliance/dpa
Kereta dengan hidung
Jepang mengembangkan salah satu kereta paling ikonik di dunia, Shinkansen, yang lebih dikenal sebagai kereta peluru. Dalam operasi normal kecepatan maksimum dibatasi 320 kilometer per jam - mirip dengan AGV Perancis. “Hidung“ kereta yang panjang bukan hanya agar penampilannya keren, tetapi juga untuk membantu menghilangkan masalah ketika memasuki terowongan pada kecepatan tinggi.
Foto: Reuters/Kyodo
TGV Kebanggaan Perancis
Kereta rel baja konvensional tercepat sedunia adalah TGV (Train à Grande Vitesse) milik Perancis. Kecepatan maksimalnya 574 km/jam dipecahkan 2007 dengan TGV khusus bermesin penggerak banyak. Dalam operasi normal saat ini, kecepatan rata-rata TGV adalah 320 km/jam.
Foto: AP
Seekor Lebah Yang Tidak Terbang
Korea Selatan juga memiliki kereta maglev baru yang disebut Ecobee. Jalur urban yang diresmikan 2016 menghubungkan Bandara Incheon dengan Yongyu yang berjarak 6 kilometer. Pemerintah di Seoul memulai proyek ambisius ini pada tahun 2006 untuk memamerkan kemajuan teknologi magnetiknya. Meskipun begitu kereta tanpa awak ini hanya dapat melaju dengan kecepatan sekitar 80 kilometer per jam.
Foto: picture-alliance/Yonhap
ICE Secepat Kilat
Jerman kini ketinggalan dalam pemecahan rekor kecepatan kereta. Padahal tahun 1988 silam kereta super cepat ICE milik Jerman merupakan yang pertama di dunia yang mampu menembus rekor kecepatan 406.9 km/jam saat melaju melintasi rute dari Hannover ke Würzburg. Setelah mengalami kecelakaan tragis dengan ratusan korban meninggal, kecepatan rata-rata ICE diturunkan pada kisaran 250 km/jam.
Foto: imago/imagebroker
Lebih SciFi ketimbang sekedar tut..tut..tut…
Sistem transportasi berkecepatan tinggi ini idenya berasal dari Elon Musk, pendiri perusahaan ruang angkasa SpaceX dan pembuat mobil Tesla. Dalam "Hyperloop" yang digerakkan secara elektrik, penumpang dalam kapsul dilontarkan dengan kecepatan 1.225 kilometer/jam dalam tabung hampa udara. Tes pertama tanpa penumpang dilakukan di Kalifornia. Perancis juga membangun jalur tesnya sendiri.