Film 'Lima' yang menuai kontroversi di Indonesia diputar perdana di Eropa. Salah satu sutradaranya Lola Amaria kunjungi Jerman dengan film yang bertemakan nilai-nilai Pancasila itu untuk berdiskusi dengan penonton.
Iklan
Atas inisiatif organisasi Watch Indonesia, film 'Lima' akan ditayangkan di kota Münster, Frankfurt, Bremen, Hamburg, Hannover, dan Berlin. Jerman adalah negara ke-6 dalam rangkaian tur luar negeri Lola Amaria untuk penayangan film terkait kisah sebuah keluarga yang berbeda keyakinan. Deutsche Welle sempat berbincang-bincang dengan Lola Amaria tepat sebelum tur dimulai.
Deutsche Welle: Bisa ceritakan sedikit tentang film 'Lima'?
Lola Amaria: Film ini bertemakan Pancasila dan ada lima sutradara. Salahuddin Siregar, Tika Pramesti, Harvan Agustriansyah, dan Adriyanto Dewo. Dan saya juga produser di film itu, jadi saya meramu lima cerita di satu film yang saling berkaitan di satu plot utuh. Jadi film ini dibuat tahun lalu dan di Indonesia dirilis di semua kota tanggal 31 Mei 2018 dalam rangka menyambut Hari Pancasila.
Bangsa Indonesia kan sedang mengalami krisis kebangsaan, artinya banyak kelompok-kelompok yang ingin mengganti ideologi yang keren ini dengan ideologi-ideologi yang lain. Jadi mudah-mudahan film ini bisa memberikan sesuatu yang positif bagi masyarakat di Indonesia tentunya.
Narasi Makar Hizb Tahrir
Keberadaan Hizb Tahrir sering dianggap duri dalam daging buat negara-negara demokrasi. Pasalnya organisasi bentukan Yusuf al-Nabhani itu giat merongrong ideologi sekuler demi memaksakan penerapan Syariah Islam.
Foto: picture alliance/dpa/A.Hashlamoun
Buah Perang Arab-Israel
Adalah Yusuf al-Nabhani yang mendirikan Hizb Tahrir di Yerusalem tahun 1953 sebagai reaksi atas perang Arab-Israel 1948. Tiga tahun kemudian tokoh Islam Palestina itu mendeklarasikan Hizb Tahrir sebagai partai politik di Yordania. Namun pemerintah Amman kemudian melarang organisasi baru tersebut. Al Nabhani kemudian mengungsikan diri ke Beirut.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Mimpi Tentang Khalifah
Dalam bukunya Al Nabhani mengritik kekuatan sekular gagal melindungi nasionalisme Palestina. Ia terutama mengecam penguasa Arab yang berjuang demi kepentingan sendiri dan sebab itu mengimpikan kekhalifahan yang menyatukan semua umat Muslim di dunia dan berdasarkan prinsip Islam, bukan materialisme.
Foto: picture-alliance/dpa/L.Looi
Anti Demokrasi
Tidak heran jika Hizb Tahrir sejak awal bermasalah dengan Demokrasi. Pasalnya prinsip kedaulatan di tangan rakyat dinilai mewujudkan pemerintahan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan sesuai hukum Allah. Menurut pasal 22 konstitusi Khilafah yang dipublikasikan Hizb Tahrir, kedaulatan bukan milik rakyat, melainkan milik Syriah (Hukum Allah).
Foto: picture alliance/dpa/A.Hashlamoun
Kudeta Demi Negara Islam
Hizb Tahrir Indonesia pernah mendesak TNI untuk melakukan kudeta. “Wahai tentara, wahai polisi, wahai jenderal-jenderal tentara Islam, ini sudah waktunya membela Islam, ambil kekuasaan itu, dan serahkan kepada Hizbut Tahrir untuk mendirikan khilafah!” tegas Ketua DPP HTI Rokhmat S Labib di hadapan simpatisan HTI pada 2014 silam.
Foto: Reuters/Beawiharta
Kemanusiaan Semu di Jantung Khalifah
Buat HT, asas kebebasan sipil seperti yang terkandung dalam prinsip Hak Azasi Manusia merupakan produk "ideologi Kapitalisme" yang berangkat dari prinsip "setiap manusia mewarisi sifat baik, meski pada dasarnya manusia hanya menjadi baik jika ia menaati perintah Allah."
Foto: Reuters
Tunduk Pada Pemerintahan Dzhalim
Kekhalifahan menurut HT mengandung sejumlah prinsip demokrasi, antara lain asas praduga tak bersalah, larangan penyiksaan dan anti diskriminasi. Namun masyarakat diharamkan memberontak karena "Syariah Islam mewajibkan ketaatan pada pemegang otoritas atas umat Muslim, betapapun ketidakadilan atau pelanggaran terhadap hak sipil yang ia lakukan," menurut The Ummah’s Charter.
Foto: Reuters
Diskriminasi Terhadap Perempuan
Pluralisme dalam kacamata Hizb Tahrir sangat berbahaya, lantaran "merusak Aqidah islam," kata bekas Jurubicara HTI Muhammad Ismail Yusanto, 2010 silam. Perempuan juga dilarang menduduki kekuasaan tertinggi seperti gubernur atau hakim, meski diizinkan berbisnis atau meniti karir. "Pemisahan jender adalah fundamental", tulis HT dalam pasal 109 konstitusi Khilafah. (Ed: rzn/ap)
Foto: picture alliance/dpa/M.Fathi
7 foto1 | 7
Apakah ada tujuan tersendiri, mengapa film ini digarap oleh lima sutradara?
Dari judulnya sendiri kan sudah 'Lima' dan ini diambil dari Pancasila yang mempunyai lima sila. Dan kelima sila itu kan masing-masing berbicara tentang Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan selanjutnya. Dan ini memang sesuatu yang tidak bisa ditangani oleh satu orang saja. Mungkin bisa, tetapi ini akan memakan waktu yang sangat lama.
Kelima orang ini mengambil tema masing-masing sila, lalu dijadikan satu. Artinya kita bicara tentang sebuah keluarga, yang bapak, ibu dan anaknya berbeda agama. Kita ibaratkan satu keluarga itu rumah, yang diibaratkan Indonesia. Anggota keluarganya itu masyarakatnya. Jadi bagaimana menanamkan nilai-nilai tentang ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan yang dipimpin, kemusyawaratan, kemudian keadilan. Itu semua ada di sana. Jadi kelima anggota keluarga ini mencerminkan masing-masing sila, yang kemudian tanpa disadari itu adalah masalah di Indonesia yang diawali dari sebuah keluarga.
Dengan Karikatur Lawan Gerakan Anti Islam
Serangan teror terhadap Charlie Hebdo di Paris, dimanfaatkan kelompok nasionalis seperti Pegida di Jerman untuk kampanye mereka. Kampanye-kampanye kelompok anti Islam dan migran ini dijawab oleh para pembuat karikatur.
Foto: picture-alliance/dpa/Frederic Deligne
Memanfaatkan Situasi
Para pendukung Pegida, gerakan melawan "Islamisasi Eropa" di Berlin turun ke jalan berdemonstrasi dengan memanfaatkan "Je suis Charlie" yang sebenarnya adalah ungkapan untuk menunjukkan rasa simpati atas korban serangan teror di Paris.
Foto: Reuters/H. Hanschke
Karikatur Perancis Menentang Pegida
Karikatur karya Michel Cambon (kiri) menunjukkan bagaimana Pegida menanti "mangsa" setelah serangan teror di kantor Charlie Hebdo. Sementara kanan, karikatur dari Jean-Marc Coucher menunjukkan seorang demonstran sayap kanan berusaha mengingatkan rekannya untuk menahan diri.
Dengan karikaturnya, Frederic Deligne juga ikut dalam aksi untuk menentang gerakan anti Islam Pegida. Karikatur ini dapat diinterprestasikan, adanya upaya Pegida untuk memancing di air keruh.
Foto: picture-alliance/dpa/Frederic Deligne
Paling Membuat Marah
Karya Damiens Glez menunjukkan seorang anggota Pegida yang tengah beraksi. Ada tulisan: Apa yang paling membuat marah Pegida? Dan dijawab dengan: "Saya menderita rasisme anti-rasis".
Foto: picture-alliance/dpa/Damien Glez
4 foto1 | 4
Sekarang film 'Lima' sudah tayang di Indonesia dan di berbagai negara lain. Apakah Lola sendiri puas?
Sebenarnya ini juga menjadi pembelajaran saya. Semua komentarnya beragam. Di Indonesia ada pro dan kontra. Setelah beberapa kali ke luar negeri, Jerman adalah negara ke-6, saya melihat, kalau yang suka, suka sekali dan kalau ada yang nggak suka, nggak suka banget.Nggak ada yang di tengah-tengah. Kalau yang toleran pasti suka sekali dengan film ini, yang intoleran pasti nggak suka banget.
Lalu ada juga hal-hal yang mengganggu, seperti di Bangkok. Jadi sehari sebelum saya tiba, saya mendapat informasi, bahwa banyak kelompok-kelompok di grup WhatsApp, yang memboikot film ini, karena katanya tidak sesuai dengan Syariat Islam. Setelah kami cari tahu, ternyata yang menyebarkan itu adalah kelompok tertentu yang belum menonton filmnya.
Hal-hal seperti itu menyebar dengan cepat, jadi orang-orang yang mendapat informasi itu menjadi penasaran dan justru akhirnya menonton dan memuji-muji. Mereka sendiri yang membuktikan bahwa ini tidak apa-apa dan ini bagus bagi orang Indonesia, untuk membuat kami makin nasionalis, makin mencintai Indonesia, semakin mencintai persatuan dan keberagaman. Dan berbeda itu indah.
Film 'Lima' sekarang perdana di Eropa. Ide awal untuk penayangan di Jerman datang dari mana?
Saya memutar film di Jerman sudah beberapa kali. Mungkin dalam lima tahun terakhir, setiap tahun selalu ke Jerman, dengan film yang berbeda-beda. Ketika Watch Indonesia mau memutar film ini, mereka langsung menghubungi beberapa organisasi, apakah mereka tertarik. Ternyata mereka tertarik dan jadilah tur di enam kota.
Pat Gulipat ala Rizieq Shihab
Rizieq Shihab yang dulu gemar beradu otot dengan penguasa kini menjadi primadona politik jelang Pilkada. Tapi meski kian berpengaruh, sepak terjangnya kerap membuat gaduh. Kini Rizieq kembali digoyang.
Foto: Getty Images/Adek Berry
Pelarian Terakhir
Sejak 2014 Rizieq Shihab menjadi pelarian terakhir buat calon pejabat tinggi yang kekurangan suara buat memenangkan pemilu. Saat itu Front Pembela Islam (FPI) didekati duet Prabowo dan Hatta hanya sebulan menjelang pemilihan umum kepresidenan. Kini pun Rizieq kembali dirayu dua pasangan calon gubernur DKI yang butuh dukungan buat menggusur Basuki Tjahaja Purnama.
Foto: picture-alliance/dpa/B.Indahono
Tolak Perempuan
Rekam jejak politik FPI sudah berawal sejak era Megawati. Dulu Rizieq menggalang kampanye anti pemimpin perempuan. Saat itu organisasi bentukannya mulai mendulang dukungan lewat aksi-aksi nekat seperti menggerudug lokasi hiburan malam. Namun di tengah popularitasnya yang meluap, Rizieq dijebloskan ke penjara karena menghina Sukarno dan Pancasila.
Foto: Adek Berry/AFP/Getty Images
Tanpa Daya Pikat
Sebulan menjelang pemilihan presiden pertama 2009, FPI mendeklarasikan dukungan buat Jusuf Kalla dan Wiranto. Serupa 2014, saat itu pun deklarasi dukungan oleh Rizieq gagal mendatangkan jumlah suara yang diharapkan. Pengamat sepakat, ormas agama serupa FPI belum memiliki daya pikat untuk menyihir pemilih muslim.
Foto: picture-alliance/dpa
Perang di Jakarta
Namun roda nasib berbalik arah buat Rizieq. Sejak 2013, dia telah menggalang kampanye menentang Gubernur Petahana Basuki Tjahaja Purnama lantaran tidak beragama Islam. Puncaknya pada 14 Oktober 2014 FPI menggalang aksi demonstrasi sejuta umat. Namun yang datang cuma ribuan orang. Pilkada DKI Jakarta 2016 akhirnya menawarkan panggung buat FPI untuk kembali menanamkan pengaruh.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Kampanye Anti Gubernur Kafir
Pidato Ahok yang mengritik politisasi Al-Quran untuk pemilihan umum dan pilkada menjadi umpan buat FPI. Bersama GNPF-MUI, Rizieq menyeret Ahok ke pengadilan dengan dakwaan penistaan agama. Ia pun menggelar aksi protes melawan Ahok yang kali ini mengundang ratusan ribu umat Muslim dari seluruh Indoensia. Manuver tersebut coba dimanfaatkan pasangan calon lain untuk menggembosi dukungan terhadap Ahok
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Koalisi Oposisi
Rizieq lagi-lagi naik daun. Ia pun didekati Agus Yudhoyono dan Anies Baswedan yang membutuhkan suara tambahan buat memenangkan pilkada. Untuk pertamakalinya FPI berpeluang memenangkan salah satu calon untuk merebut kursi strategis. Tapi serupa 2003, kali ini pun sepak terjang Rizieq di arena politik mendatangkan lawan yang tak kalah garang.
Foto: AFP/Getty Images
Pertaruhan Terakhir
Saat posisinya melambung, Rizieq Shihab terancam kembali diseret ke penjara dengan berbagai dakwaan, antara lain penghinaan simbol negara dan pornografi. Tapi sang Habib tidak tinggal diam dan memilih melancarkan serangan balik kepada Ahok, seakan nasibnya ditentukan pada hasil Pilkada DKI. Pertaruhan Rizieq menyimpan risiko tinggi. Namun jika berhasil, maka kuasa adalah imbalannya.
Foto: Getty Images/Adek Berry
7 foto1 | 7
Apa makna apa yang diharapkan bisa diambil oleh publik Jerman dari film Lima dan dari Pancasila?
Satu hal adalah keberagaman, karena Indonesia kan dari Sabang sampai Marauke, bahasanya, agamanya, sukunya, bahkan bentuk rambut, warna kulit dan bentuk mata, semua berbeda dari Aceh sampai Papua. Saya rasa itu adalah sesuatu hal yang harus kita pelihara dan negara lain harus melihat itu.
Dan di film itu digambarkan Indonesia sangat toleran. Di dalam film, ada upacara pemakaman, dimana Islam dan Kristen bersatu, bukan malah saling menjelek-jelekan. Apakah di Jerman ini menjadi hal yang baru atau bukan, ketika ada sesuatu yang berbeda atau sesuatu yang bukan pilihannya.
Saya tidak tahu di keluarga Jerman yang Kristen-nya kuat apakah keluarga Islam bisa berdoa juga di penguburan mereka dengan ayat Kursi atau Yassin. Indonesia sangat kaya akan hal-hal yang beragam dan mau ditunjukkan, bahwa kita itu seperti ini.
Apakah Lola ada saran atau ide bagaimana Pancasila bisa lebih dipahami dan dipraktikkan di kehidupan sehari-sehari?
Film ini tepat sekali membicarakan tentang itu. Pancasila itu bukan untuk dihafalkan, Pancasila bukan untuk diagung-agungkan, tetapi bagaimana untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya film ini, dalam sebuah keluarga, bagaimana di keluarga itu semua saling menghargai dengan yang berbeda agama, yang berbeda pilihan pekerjaan, dan lain-lain. Kalau ada apa-apa mereka musyawarah, misalnya berbagi warisan. Ada pembantu pun di rumah harus adil, supaya semua merata dan tidak ada kesenjangan sesuai nilai Pancasila.
Begitupun di luar keluarga. Seperti di kantor, ada bos, ada tim keuangan, ada teman sesama tim, yang kadang berbeda pilihan politik dan berbeda pandangan, itu punharus dihargai, dan Pancasila ke arah situ sebenarnya, di pekerjaan, pergaulan dan keluarga. Kalau kita menyebarkan dan menanamkan nilai Pancasila, semua akan baik-baik saja. Tidak akan ada bentrokan, tidak akan ada gesekan, dari hal agama atau hal apa pun.
Tujuh Fakta Syariah Islam di Aceh
Sejak diterapkan lebih dari satu dekade silam Syariah Islam di Aceh banyak menuai kontroversi. Hukum agama di Serambi Mekkah itu sering dikeluhkan lebih merugikan kaum perempuan. Benarkah?
Foto: AP
Bingkisan dari Jakarta
Pintu bagi penerapan Syariah Islam di Aceh pertamakali dibuka oleh bekas Presiden Abdurrachman Wahid melalui UU No. 44 Tahun 1999. Dengan cara itu Jakarta berharap bisa mengikis keinginan merdeka penduduk lokal setelah perang saudara berkepanjangan. Parlemen Aceh yang baru berdiri tidak punya pilihan selain menerima hukum Syariah karena takut dituding anti Islam.
Foto: Getty Images/AFP/O. Budhi
Kocek Tebal Pendakwah Syariah
Anggaran penerapan Syariah Islam di Aceh ditetapkan sebesar 5% pada Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBA). Nilainya mencapai hampir 700 milyar Rupiah. Meski begitu Dinas Syariat Islam Aceh setiap tahun mengaku kekurangan uang dan meminta tambahan anggaran. DSI terutama berfungsi sebagai lembaga dakwah dan penguatan Aqidah.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Polisi Agama di Ruang Publik
Sebanyak 22 milyar Rupiah mengalir ke lembaga polisi Syariah alias Wilayatul Hisbah. Lembaga yang berwenang memaksakan qanun Islam itu kini beranggotakan 1280 orang. Tugas mereka antara lain melakukan razia di ruang-ruang publik. Tapi tidak jarang aparat WH dituding melakukan tindak kekerasan dan setidaknya dalam satu kasus bahkan pemerkosaan.
Foto: Getty Images/AFP/C. Mahyuddin
Kenakalan Berbalas Cambuk
Menurut Dinas Syariat Islam, pelanggaran terbanyak Syariah Islam adalah menyangkut Qanun No. 11 Tahun 2002 dan No. 14 Tahun 2003. Kedua qanun tersebut mengatur tata cara berbusana dan larangan perbuatan mesum. Kebanyakan pelaku adalah kaum remaja yang tertangkap sedang berpacaran atau tidak mengenakan jilbab. Untuk itu mereka bisa dikenakan hukuman cambuk, bahkan terhadap bocah di bawah umur
Foto: Getty Images/AFP/C. Mahyuddin
Cacat Hukum Serambi
Kelompok HAM mengritik penerapan hukum Islam di Aceh tidak berimbang. Perempuan korban perkosaan misalnya harus melibatkan empat saksi laki-laki untuk mendukung dakwaannya. Ironisnya, jika gagal menghadirkan jumlah saksi yang cukup, korban malah terancam dikenakan hukuman cambuk dengan dalih perbuatan mesum. Adapun terduga pelaku diproses seusai hukum pidana Indonesia.
Foto: Getty Images/AFP/C. Mahyuddin
Petaka buat Perempuan?
Perempuan termasuk kelompok masyarakat yang paling sering dibidik oleh Syariah Islam di Aceh. Temuan tersebut dikeluhkan 2013 silam oleh belasan LSM perempuan. Aturan berbusana misalnya lebih banyak menyangkut pakaian perempuan ketimbang laki-laki. Selain itu penerapan Syariat dinilai malah berkontribusi dalam sekitar 26% kasus pelecehan terhadap perempuan yang terjadi di ranah publik.
Foto: picture-alliance/epa/N. Afrida
Pengadilan Jalanan
Ajakan pemerintah Aceh kepada penduduk untuk ikut melaksanakan Syariah Islam justru menjadi bumerang. Berbagai kasus mencatat tindakan main hakim sendiri oleh masyarakat terhadap tersangka pelanggar Qanun. Dalam banyak kasus, korban disiram air comberan, dipukul atau diarak tanpa busana. Jumlah pelanggaran semacam itu setiap tahun mencapai puluhan, menurut catatan KontraS