1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Longgarkan Lockdown, Infeksi Virus Corona India Meningkat

12 Juni 2020

Setelah pemerintah India melonggarkan lockdown, jumlah total infeksi virus corona kembali melonjak. Pada Jumat (12/06) India melaporkan total 297.535 infeksi virus corona, jumlah kasus Covid-19 terbesar ke-4 di dunia.

Coronavirus | Indien Mumbai
Foto: Reuters/F. Mascarenhas

Tidak lama setelah pemerintah India melonggarkan kebijakan penguncian atau lockdown, kasus infeksi virus corona jenis baru di India kembali melonjak. India kini menjadi negara dengan kasus infeksi tertinggi ke empat di dunia setelah Amerika Serikat, Brasil, dan Rusia.

Peningkatan jumlah infeksi yang dilaporkan pada Jumat (12/06) menjadikan total kasus Covid-19 secara nasional di India mencapai 297.535 kasus dengan 8.498 kematian, demikian menurut Departemen Kesehatan India. Dalam 24 jam terakhir jumlah korban tewas meningkat 396 orang. Dengan tambahan 10.956 kasus baru dalam satu hari, jumlah infeksi virus corona jenis SARS-CoV-2 di India kini telah melampaui Inggris. 

Lonjakan infeksi baru ini terjadi setelah India mengizinkan kembali pembukaan toko-toko, pusat perbelanjaan, pabrik dan tempat-tempat keagamaan setelah sebelumnya ditutup pada akhir Maret. Pemerintah India memutuskan untuk melonggarkan kebijakan lockdown demi mengurangi beban ekonomi negara itu.

Mumbai, New Delhi, dan Chennai menjadi kota-kota yang paling parah terkena wabah. Balram Bhargava, Direktur Jenderal Dewan Riset Medis India, mengatakan, penduduk kota memiliki peluang lebih besar untuk tertular virus. Namun infeksi di daerah pedesaan juga melonjak, setelah pekerja migran yang meninggalkan kota-kota akibat kehilangan pekerjaan kembali ke desa asal mereka.

Kebijakan lockdown yang diterapkan di India sejak Maret memang telah berhasil menekan jumlah infeksi. Namun dengan penduduk 1,3 miliar, orang-orang tetap rentan terinfeksi dan kampanye melawan virus kemungkinan akan berlangsung berbulan-bulan, kata Bhargava.

Pekerja di New delhi membawa kayu untuk pembakaran jenazah di krematoriumFoto: picture-alliance/AP Photo/M. Swarup

Masjid kembali ditutup

Masjid besar di ibu kota New Delhi, yaitu Masjid Jama, yang pada Senin (08/06) sempat dibuka kini kembali ditutup menyusul kekhawatiran penyebaran virus corona, kata manajemen masjid pada Kamis (11/06). 

Pihak berwenang telah memperingatkan bahwa infeksi bisa melonjak dalam beberapa minggu mendatang, dan pengelola masjid memutuskan tidak ingin mengambil risiko. Ulama Syed Ahmed Bukhari mengatakan aktivitas keagamaan secara berjamaah akan dihentikan mulai hingga 30 Juni mendatang, karena "memburuknya" situasi akibat virus corona di New Delhi.

"Virus corona menyebar secara eksponensial di Delhi,” kata Bukhari dalam sebuah pernyataan. "Apa gunanya mengunjungi masjid di saat penyebaran virus corona memuncak di Delhi?”

Pihak berwenang di negara bagian Kerala selatan juga mengumumkan bahwa mereka akan menunda pertemuan bulanan di Sabarimala, sebuah kuil Hindu populer yang berpotensi didatangi puluhan ribu umat.

Banyak pihak sebenarnya mempertanyakan keputusan pemerintah membuka kembali tempat-tempat peribadatan yang didatangi jutaan umat setiap hari. Pemerintah setempat di New Delhi pada Selasa memperingatkan bahwa kasus infeksi virus corona di ibu kota dapat mencapai 550.000 kasus pada akhir Juli dan membuat pekerja kesehatan kewalahan merawat para pasien.

Krematorium mulai kewalahan

New Delhi secara resmi melaporkan hampir 1.100 kematian akibat virus corona, tetapi jumlah sebenarnya diperkirakan lebih tinggi. Rumah sakit di kota itu telah kelebihan beban dan dengan suhu musim panas yang mencapai 40 derajat Celsius sejumlah jenazah terpaksa disimpan di atas lempengan balok es.

"Awalnya, saya hanya membawa satu jenazah. Sekarang, para relawan di kamar mayat akan menumpuk sebanyak mungkin jenazah yang bisa mereka muat di mobil van saya, '' kata Bhijendra Dhigya, pengendara mobil jenazah dari sebuah rumah sakit New Delhi ke krematorium.

Krematorium Nigambodh Ghat di New Delhi telah menangani lebih dari 500 kremasi para korban virus corona sejak awal wabah. Ketika beberapa sarana pembakaran berbahan bakar gas rusak dan tidak ada yang mau memperbaikinya, para staf terpaksa menggunakan kayu dengan metode pembakaran tradisional.

Tidak ada lagi waktu untuk menyelenggarakan upacara kremasi secara individu dengan ritual lengkap beserta dupa, karangan bunga marigold dan puji-pujian. Yang terdengar dari krematorium saat ini hanyalah bunyi derak kayu terbakar dan sirene ambulan yang bolak-balik membawa jenazah. ae/hp (ap, afp)