1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lord of The Rings Berjaya di Panggung Oscar

1 Maret 2004

Bagian terakhir Trilogi Lord Of the Rings : The Return of the King, arahan sutradara Peter Jackson, memborong piala Oscar. Ke-11 Oscar yang dinominasikan untuk film tersebut, berhasil disapu bersih. Termasuk diantaranya kategori bergengsi, film terbaik dan sutradara terbaik.

Piala Oscar, penghargaan dunia film paling bergengsi.
Piala Oscar, penghargaan dunia film paling bergengsi.Foto: AP

Namun sebetulnya, tidak ada yang mengejutkan pada acara perayaan Oscar ke 76 di Gedung Theater Kodak, Hollywood, Minggu malam. Para pemenang piala Oscar, banyak yang tak meleset dari prediksi. Charlize Theron yang dijagokan untuk kategori pemeran utama wanita, meraih Oscar untuk perannya sebagai pembunuh serial dalam film Monster. Karena semua orang di Selandia Baru sudah mendapat ucapan terima kasih atas dukungan mereka dalam Lord of the Rings, Theron menyampaikan terimakasihnya kepada semua orang di Afrika Selatan, tanah kelahirannya.

Aktor Sean Penn yang sebelumnya tak pernah mau menghadiri acara perayaan Oscar, memilih waktu yang tepat untuk mengubah sikap. Ia meraih penghargaan sebagai pemeran utama pria terbaik untuk aktingnya dalam Mystic River. Sean Penn memerankan seorang ayah yang bentrok dengan dua teman sepermainannya sejak kecil, berkaitan dengan pembunuhan putrinya.

Dalam film yang sama, aktor Tim Robbins memboyong Oscar untuk kategori pemeran pendukung pria. Mereka yang menunggu pernyataan politis dari Robbins, tidak dikecewakan. Tetapi aktor yang bersama istrinya aktris Susan Sarandon dikenal lantang menentang perang Irak itu, tidak memilih Presiden Bush sebagai tema. Melainkan, sesuatu yang berkaitan langsung dengan perannya dalam Mystic River. Robbins mengatakan, dalam film itu ia berperan sebagai korban tindak kekerasan. Kepada mereka yang juga mengalami tragedi serupa, Robbins menegaskan tidak perlu malu untuk meminta bantuan atau bimbingan. Kadang-kadang, itu merupakan hal terkuat yang dapat dilakukan untuk menghentikan rantai kekerasan.

Masih ada pemenang lain yang juga mengeluarkan pernyataan politis di panggung oscar ke 76. Errol Morris, peraih Oscar untuk film dokumenter The Fog of War, berharap agar penonton belajar dari sejarah. 40 tahun silam, kata Morris, Amerika mencari lubang kelinci di Vietnam dan jutaan orang tewas. Ia khawatir, kini negerinya sekali lagi melakukan hal serupa. Menurut Morris, jika saja masyarakat bisa menghentikan, berfikir dan merefleksikan gagasan serta persoalan dalam film karyanya, maka barangkali ia sudah melakukan sesuatu yang baik.

Sementara itu, sutradara muda Jerman asal Hamburg, Florian Baxmeyer dengan karyanya die Rote Jacke, jaket merah, gagal meraih Oscar untuk kategori film pendek. Begitu pula Katja Essons dengan dokumentasi pendek nya Ferry Tales.

Perayaan Oscar tahun ini sukses namun dapat dibilang berjalan datar. Selain tiadanya kejutan, sensor lima detik yang dilakukan stasiun televisi ABC untuk perayaan Oscar tahun ini ternyata juga tidak perlu. Sensor itu dilakukan menyusul insiden dada terbuka Janet Jackson beberapa waktu lalu. Nyatanya, tidak ada makian ataupun kata-kata kasar terlontar di panggung. Memang kaum perempuan yang hadir banyak menampakkan kulit tubuhnya, namun rupanya tak ada yang dianggap melampaui batas.