Lukisan purba yang menggambarkan manusia dan babi di Sulawesi diklaim berusia 51.200 tahun. Penemuan ini menandakan kemampuan bertutur visual paling awal dalam sejarah manusia.
Iklan
Dilukis dengan pigmen merah dan hitam, lukisan purba di gua kapur di Leang Karampuang, Sulawesi Selatan, itu diperkirakan berusia puluhan ribu tahun lebih tua ketimbang lukisan serupa di Gua Lascaux, Prancis.
"Kita, sebagai manusia, mendefinisikan diri sebagai spesies yang bercerita," kata Maxime Aubert, seorang arkeolog di Universitas Griffith di Australia, yang memimpin penelitian. "Lukisan ini adalah bukti tertua kita melakukan hal tersebut. Ini menunjukkan bahwa pelukis menyampaikan lebih banyak informasi tentang gambar daripada sekadar gambar statis."
Tim arkeolog yang dipimpin Aubert mempelajari lapisan seni yang menutupi dinding gua batu kapur bernama Leang Bulu Sipong 4 di Kabupaten Maros Pangkep.
Lukisan Gua Sulawesi – Menulis Kembali Sejarah
Sebuah riset mengungkapkan, lukisan gua pra-sejarah di Indonesia seumur dengan seni paling kuno di Eropa. Gambar yang ada disejumlah gua di Pulau Sulawesi memperlihatkan manusia sudah menggambar sejak 40 ribu tahun.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Lukisan Gua
Lukisan-lukisan kuno ditemukan di tujuh gua di Sulawesi Tengah, Indonesia. Foto-foto ini diambil dari pintu masuk gua, dimana ditemukan pula seni pahat batu yang usianya sudah sangat lawas.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Babirusa
Gambar-gambar pra-sejarah yang setidaknya sudah berumur 40 ribu tahun, menggambarkan hewan dan tangan manusia. Foto yang diambil dari gua Leang Pettakere, memperlihatkan tulisan – tulisan tangan dan gambar dua babirusa, hewan khas Sulawesi serta pulau-pulau lain di Indonesia.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Waktu Pembuatan Berbeda
Di gua Leang Pettakere, kita bisa melihat generasi yang berbeda dari lukisan-lukisan yang ada di dalam gua. Pada lukisan babirusa, bagian belakangnya kemungkinan dibuat lebih dulu oleh generasi sebelumnya, yang kemudian disempurnakan oleh generasi berikutnya. Keberadaan batu-batu seni itu pertama kali dilaporkan arkeolog asal Belanda, Heeren-Palm, pada 1950-an.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Mirip dengan Eropa
Sejumlah peneliti menemukan lukisan gua di Sulawesi, seumuran dengan lukisan batu paling kuno di Eropa, yang dianggap sebagai kelahiran seni. Lukisan-lukisan tersebut memiliki kesamaan dengan lukisan di dalam gua El Castillo, Spanyol, yang umurnya sekitar 37 ribu tahun. Sejumlah lukisan di gua El Castillo, ditasbihkan sebagai lukisan gua tertua di Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/Rodrigo De Balbin Behrmann
Seberapa Tua?
Karya seni purbakala di Sulawesi pertama kali dilaporkan ke arkeolog Belanda pada 1950-an. Namun selama bertahun-tahun, para arkeolog mengira itu peninggalan zaman pra-Neolitikum, yang periodenya sekitar 10 ribu tahun lalu. Pada 2011 saat arkeolog dari Indonesia dan Australia memulai penggalian gua Leang Burung 2 di Maros, baru diketahui umur sebenarnya dari lukisan-lukisan itu.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Pemandangan Alam
Keindahan pemandangan di kawasan Maros, dituangkan dalam lukisan-lukisan dalam gua. Lukisan tersebut menggambarkan keindahan sungai yang diukir dengan batu kapur dan lahan-lahan pertanian di sejumlah bukit.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Harus Dilindungi
Ada banyak lukisan-lukisan gua yang sangat indah, tetapi tidak sedikit pula yang sudah hancur karena erosi dan ancaman tangan-tangan jahat. Untunglah, guna perlindungan lebih lanjut, pemerintah Indonesia berencana memasukan lukisan-lukisan gua tersebut ke daftar resmi Warisan Budaya dan World Heritage List milik UNESCO.
Foto: Anthony Dosseto 2013
7 foto1 | 7
Penanggalan ulang
Penelitian sebelumnya di gua tersebut menunjukkan bahwa homo sapiens, atau manusia modern, kembali menghuni gua selama ribuan tahun, meninggalkan kisah mereka di dinding antara 27.000 dan 44.000 tahun yang lalu.
Karya purba ini dilestarikan di balik lapisan kalsium karbonat yang terbentuk di dinding gua selama ribuan tahun.
Teknik pelacakan umur sebelumnya, yang disebut penanggalan seri uranium, memperkirakan karya seni tertua itu berusia sekitar 44.000 tahun. Namun pengembangan termutakhir metode analisa laser dari sampel batuan, memungkinkan cara yang "lebih akurat dan efisien" untuk menentukan umur benda seni bersejarah tersebut, kata Aubert.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Metode baru ini mengoreksi perkiraan umur karya seni sebelumnya, yakni mundur 4.000 tahun menjadi sekitar 48.000 tahun yang lalu.
Aubert juga menggunakan metode serupa untuk mengungkap usia lukisan purba di dekat Gua Leang Karampuang. Gambar tersebut menampilkan manusia berinteraksi dengan hewan mirip babi.
Analisis Aubert menemukan bahwa lukisan di Gua Leang Bulu Sipong 4 telah berusia 51.200 tahun, yang menjadikannya adegan naratif tertua yang pernah dilukis oleh manusia hingga saat ini.
Titik emas evolusi manusia
Walaupun demikian, lukisan Gua Leang Bulu Sipong 4 bukan merupakan lukisan tertua di dunia. Gelar tersebut dipegang gambar di Cueva de los Aviones di Spanyol.
Namun seni yang digunakan di Sulawesi jauh lebih rumit, kata George Nash, arkeolog di Universitas Coimbra di Portugal, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
"Seni gua di Spanyol sebagian besar berupa cetakan tangan, namun seni gua di Indonesia jauh lebih rumit dan kemungkinan besar lebih berisi sebuah cerita. Pertanyaannya adalah, bagaimana mungkin di Sulawesi mampu diproduksi seni bertaraf tinggi pada saat itu? Sangat sedikit karya seni yang berumur lebih dari 50.000 tahun," kata Nash kepada DW.
Menikmati Ratusan Lukisan Prasejarah di Gua Tiruan yang Identik
03:57
Ambang batas 50.000 tahun dipandang oleh para arkeolog sebagai "titik emas" dalam evolusi manusia, karena pada saat itu "manusia modern berpindah ke arah timur menuju Asia, ke Indonesia dan lalu ke Australia, yang pada saat itu dihubungkan oleh sebuah daratan raksasa," imbuhnya lagi.
Iklan
Pendekatan lebih luas
Di Kalimantan, gambar cadas lain berusia 40.000 tahun ditemukan di pegunungan karst Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur. Di dalamnya, ilmuwan mencatat ragam torehan pigmen hitam yang menggambarkan satwa-satwa yang telah punah puluhan ribu tahun silam.
Teknik modern dalam mempelajari lukisan purba, dan analisis genetika, telah membantu memetakan penyebaran manusia modern di seluruh dunia dengan akurasi tinggi.
Menurutnya, hingga satu dekade lalu dunia antropologi masih bersifat eurosentris. Namun pendekatan baru yang lebih luas menempatkan ilmu pengetahuan "di titik puncak penemuan hal-hal menakjubkan tentang pergerakan homo sapiens di seluruh dunia dan hubungan kita dengan Neanderthal."
Nash berpendapat, hubungan antarspesies ikut memengaruhi seni gua manusia. "Lima puluh ribu tahun yang lalu adalah tempat berkumpulnya manusia yang bermigrasi dan Neanderthal, di mana mereka belajar dari satu sama lain,” katanya. "Kami tidak tahu apa maksud dari wacana tersebut, tapi salah satu hasilnya bisa jadi adalah seni yang lebih kompleks."
Praktik Kanibalisme Manusia Purba Neanderthal
Penemuan tulang belulang di Gua Guyet, Belgia memperkuat bukti terjadinya praktik kanibalisme oleh manusia purba Neanderthal di Eropa.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Tak hanya kuda dan rusa
Manusia purba Neanderthal dikenal sebagai penyantap daging kuda dan rusa. Tapi jauh di pelosok gua Goyet di Belgia, ilmuwan menemukan bukti yang menunjukkan kerabat evolusi terdekat manusia modern itu juga memakan spesiesnya sendiri.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Tulang dan gigi
Peneliti Christian Casseyas menunjukkan penemuan 96 tulang dan tiga gigi di gua Goyet yang memberi perspektif baru mengenai sub speises manusia berbeda yang ditengarai hidup 600 ribu hingga 300 ribu tahun lalu tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Punah 40 ribu tahun lalu
Neanderthal diduga punah sekitar 40.000 tahun lalu. Manusia gua ini kalah bersaing dengan Homo sapiens. Meski demikian, Neanderthal juga dikenal sebagai spesies yang cerdas dan telah mengenal cara-cara mengurus jenazah dan ritual penguburan. Tapi ada semakin banyak bukti bahwa mereka juga memakan jenazah sesama.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Finlayson
Pionir penelitian
Edouard Dupont, salah satu bapak paleontologi yang meninggal dunia pada tahun 1911, membuat koleksi tulang dan alat-alat dari beberapa gua yang diteliti, termasuk dari situs penelitian Gua Goyet yang ditemukan pada tahun 1867. Koleksi temuan ini disimpan lebih dari seratus tahun di Brussels Institute of Natural Sciences.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Kalker
Memperluas studi
Baru pada tahun 2004, direktur institut tersebut, Patrick Semal dan para ilmuwan lainnya memilah-milah lagi fragmen yang dikumpulkan Dupont dari Gua Goyet. Tim ilmuwan meyakini bahwa tulang tersebut bukan berasal dari hewan purba melainkan milik Neanderthal
Foto: picture-alliance/dpa
Bukti kanibalisme
Antropolog Helene Rougier dari California State University, Northridge dan rekan-rekannya yang meneliti tulang dari Goyet, melakukan riset untuk membuktikan bagaimana Neanderthal mempraktikkan kanibalisme. Kesimpulan ditarik berdasarkan jejak pemotongan "dalam memisahkan dan mengambil daging" serta mengekstrak sumsum.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Mengapa Neanderthal kanibal
Alasan di balik kanibalisme Neanderthal 'etap menjadi misteri. Namun para ahli antropologi mengajukan sejumlah asumsi. Salah satunya Neanderthal menghadapi periode paceklik dan kelaparan musiman. Ketika mereka benar-benar kelaparan, manusia gua mungkin terpaksa memakan jenazah sesamanya.
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Bukti tak terbantahkan
"Kanibalisme dipraktikkan di sini, "kata arkeolog Belgia Christian Casseyas saat berada di Gua Goyet melakukan penelitiannya. Bukti yang ditemukan tak terbantahkan. .
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
Bukti-bukti sebelumnya
Sejauh ini, kasus kanibalisme Neanderthal juga telah ditemukan dalam populasi Neanderthal di El Sidrón dan Zafarraya di Spanyol dan Moula-Guercy dan Les Pradelles di Perancis.
Foto: picture-alliance/ dpa
Hubungan manusia dengan kematian
Penemuan di Goyet dan penelitian Neanderthal memperkaya pemahaman hubungan antara manusia gua ini dengan ritual kematian mereka,.Termasuk dalam melakukan penguburan dan menggunakan jasad sebagai peralatan atau bahkan makanan. Ed: as/ap(afp/techtimes)
Foto: Getty Images/AFP/E. Dunand
10 foto1 | 10
Seni bernarasi dari gua Sulawesi
Kendati masih diragukan, Nash berkeyakinan bahwa gambar cadas di Sulawesi menarasikan cerita masa lalu. "Seperti simbol salib. Setiap penganut Kristen akan mampu membentuk narasi yang kompleks dari satu desain figuratif yang sederhana."
Dia menilai, lukisan tersebut memiliki nilai seremonial atau ritual karena ditemukan di bagian belakang gua, tempat bertukar cerita."
Nash memuji langkah Aubert untuk menganalisis kembali seni gua dengan metode penanggalan yang lebih akurat. Menurutnya, diperlukan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan terhadap seni cadas di seluruh dunia.
Sumber:Narrative cave art in Indonesia by 51,200 years ago. Published in the journal Nature by Oktaviana et al., (2024) https://doi.org/10.1038/s41586-024-07541-7