Real Madrid harus melewati ujian terbesar buat menjuarai Liga Champions Eropa ke-sepuluh, yakni Bayern München. Klub Jerman itu punya catatan mentereng melawan Madrid, sampai-dijuluki La Bestia Negra atau monster hitam.
Iklan
La Decima, atau yang kesepuluh, adalah kata yang akan dirapal di Santiago Bernabeu. Sudah sejak 12 tahun Real Madrid berupaya merebut gelar Liga Champions Eropa. Ratusan juta Euro digelontorkan. Tahun ini menjadi kesempatan terbesar Los Galacticos untuk mewujudkan impian lama itu.
Cuma beberapa kilometer dari stadion Vicente Calderon, di mana Atletico Madrid menjamu Chelsea di babak semi final Liga Champions Eropa, pelatih Carlo Ancelotti sedang menyiapkan pasukannya jelang laga melawan Bayern.
Bayern, lagi-lagi Bayern. Ironisnya ketika Madrid memiliki skuad yang layak, Ronaldo dkk. harus menghadapi momok terbesar di Eropa. Buruknya catatan Madrid kala bertemu Bayern membuat pendukung tim berkostum putih itu menjuluki lawannya di semi final sebagai "La Bestia Negra," atau monster hitam.
Catatan Hitam Real versus Bayern
Bayern München menyingkirkan Madrid di empat dari lima laga semi final Liga Champions Eropa. Terakhir, raksasa Spanyol itu takluk lewat adu penalti di Santiago Bernabeu, 2012 silam.
"Ya Tuhan, kegagalan adalah kata yang buruk," tukas Ancelotti. "Saya tidak bisa mengatakan semi final adalah sebuah keberhasilan. Tujuan utama kami adalah final."
Bayern adalah satu-satunya klub yang mampu membuat Madrid merinding. Dan ketika hasil undian diumumkan bulan lalu, mereka langsung menjual baju kaos bertuliskan "La Bestia Negra," dengan pesan tambahan berbunyi, "auf nach Lissabon" - mari berangkat ke Lisboa.
Duel Maut: Bayern Versus Real Madrid
Duel maut antara Real Madrid versus Bayern München memiliki tradisi panjang di Eropa. Secara keseluruhan Madrid unggul 7 kali, seri dua kali dan kalah 11 kali.
Foto: Reuters
Perang Bintang antara Bernabeu dan Allianz Arena
Jika kedua tim saling bertemu, dunia sepakbola menahan nafas. Sejarah Pertemuan antara Real Madrid dan Bayern München dipenuhi drama dan tangisan. Berikut kilas balik duel maut yang dinanti-nanti oleh dunia sepakbola ini
Foto: Reuters
Langkah Besar Menuju Finale Dahoam
Pada pertemuan terakhir, Bayern membekap Real Madrid di babak semi final Liga Champions Eropa 2012 silam. Impian pun tercapai, yakni melakoni final di kandang sendiri, stadion Allianz Arena. Berhadapan dengan Madrid, Bayern baru memastikan kemenangan lewat adu penalti. Bastian Schweinsteiger adalah penentu kemenangan malam itu.
Foto: Reuters
Hujan Gol ala Belanda
Pada duel di babak perempat final Liga Champions 2007, pemain Belanda merajai daftar pencetak gol. Di laga pertama yang berakhir 3:2, striker Madrid Ruud van Nistelroy dan gelandang Bayern, Mark van Bommel sukses merobek jala gawang lawan. Sementara di leg kedua, Roy Makaay tampil menggila dengan mencetak gol dalam laga yang berakhir 2:1. Bayern pun menggagalkan ambisi Madrid.
Foto: Getty Images
Zizou Padamkan Perlawanan Bayern
Tiga tahun sebelumnya jawara Bundesliga itu kandas di babak perdelapan final. Zinedine Zidane yang saat ini menjabat Direktur Olahraga Madrid, mencetak gol penentu di leg kedua yang berakhir 1:0. Satu-satunya kabar baik buat Bayern adalah penampilan apik talenta muda berusia 19 tahun yang kemudian dikenal dengan nama Bastian Schweinsteiger.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Raul dkk. Kandaskan Juara Bertahan
Penampilan Bayern melempem pada babak perempat final Liga Champions 2002. Kendati berhasil membalikkan ketinggalan di München dengan dua gol, Bayern takluk pada leg kedua di kandang Madrid 0:2. Real kemudian merengkuh gelar juara usai menundukkan tim Jerman lain di final, yakni Bayer Leverkusen.
Foto: Getty Images
Elber, Sang Penentu
Setahun sebelumnya situasinya berbeda. Bayern mempermalukan Madrid di semi final dan menjuarai Liga Champions setelah membekuk tim asa Spanyol, Valencia. Untuk pertama kali dalam sejarah Bayern mencatat kemenangan pada dua leg ketika melawan Real Madrid. Striker Bayern, Giovani Elber mencetak gol penentu di kedua laga.
Foto: Getty Images
Gagal di Momen Penentuan
Setelah Bayern mendominasi Madrid di babak penyisihan grup kedua dengan skor telak 4:2 dan 4:1, Raul dkk. membalas dendam dua bulan kemudian di babak semi final. Real yang menang 2:0 di leg pertama mampu lolos lewat selisih agregat usai takluk 1:2 di München. Lagi-lagi Real menjuarai Liga Champions Eropa setelah mengalahkan Valencia di final.
Foto: picture-alliance/dpa
Dini Berpuas Hati
Pada musim 1988 Piala Juara Klub Eropa, Bayern terkesan sudah memenangkan laga di babak pertama. Hingga menit ke-88 Bayern masih memimpin 3:0. Namun kendati telat, Real mampu mencetak dua gol ke gawang Raimond Aumann. Real kemudian menang 2:0 di Santiago Bernabeu. Bayern pun tersingkir.
Foto: Getty Images
Awan Gelap buat Augenthaler
Bisa dipastikan, laga di babak semi final Piala Juara Klub Eropa 1987 bukan penampilan terbaik Klaus Augenthaler. Libero Jerman itu mencetak gol bunuh diri dan mendapat kartu merah di laga yang sama. Bayern akhirnya cuma kalah 0:1 berkat penampilan apik kiper Bayern, Jean-Marie Pfaff. Bayern lolos lantaran menang 4:1 di München.
Foto: picture-alliance/dpa
Kaki Maut "Bomber" Müller
Pertemuan pertama antara Bayern dan Real Madrid di Eropa terjadi di babak semi final Piala Juara Klub Eropa 1976. Hasil imbang 1:1 di Santiago Bernabeu berlanjut dengan kemenangan 2:0 Bayern pada leg kedua di München. Gerd "Der Bomber" Müller mencetak ketiga gol Bayern dan membawa klubnya menjuarai Piala Eropa tiga kali berturut-turut setelah menaklukkan AS St. Etienne di final.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Ujian buat Madrid diperparah dengan kehadiran Pep Guardiola di bangku kepelatihan Bayern. Pria yang kerap tampil perlente itu bertanggungjawab atas periode paling traumatis dalam sejarah modern Real. Guardila menyabet 16 gelar dibandingkan empat yang dimenangkan Real selama empat tahun melatih Barcelona.
Bayern Lemah di Santiago Bernabeu
Guardiola juga belum terkalahkan dalam enam laga di Santiago Bernabeu. Kendati ia juga merendah, "rekor tak terkalahkan saya dibuat bersama tim lain, dalam situasi berbeda dan waktu yang berbeda pula." ujarnya. "Rekor itu tidak ada hubungannya dengan Bayern."
Guardiola boleh jadi benar. Kendati mencatat rekor luar biasa saat menghadapi Madrid, Bayern punya sejarah kelam di Bernabeu. Dari 10 kali bertandang, tim berjuluk FC Hollywood itu kalah tujuh kali, seri sekali dan menang dua kali. Terlebih Madrid mampu membungkam Bayern dalam empat laga terakhir di kandang.
Satu-satunya kabar baik buat Guardiola adalah bahwa Bayern jarang gagal menyarangkan gol ke gawang Madrid saat bertandang di Santiago Bernabeu. Dan di babak semi final Liga Champions Eropa, gol tandang bisa menjadi perbedaan.