1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PendidikanJerman

Kisah Remaja Indonesia Mengikuti Keseharian Politisi Jerman

Sorta Caroline

Empat muda-mudi Indonesia berpraktik magang di kantor parlemen Jerman, Bundestag. Aktivitasnya beragam dari menjawab keluhan masyarakat, membuat siaran pers, hingga mengikuti rapat pleno parlemen.

Berlin Praktikanten im Bundestag
Foto: Agnia Larasati

Bundestag atau Parlemen Republik Federal Jerman sudah sejak 1986 membuka program magang di kantor parlemen. Awalnya program ini diperuntukkan hanya untuk 20 lulusan muda asal Amerika Serikat. Kini, program ini membuka kesempatan bagi 120 kaum muda dari 50 negara. Program beasiswa magang Internationales Parlaments Stipendium (IPS) bertujuan untuk mempererat hubungan Jerman dengan 50 negara lain, membangun toleransi dan nilai demokrasi, sarana pertukaran kultur dan menjaga perdamaian. Untuk pertama kalinya, tahun ini, muda-mudi Indonesia turut berpartisipasi dalam program ini.

Praktik magang IPS ini digelar selama lima bulan di kantor Bundestag di Berlin. Setiap Praktikant (red. pegawai magang) akan magang di kantor salah seorang Bundestagsabgeordnete (red: anggota parlemen) dari suatu partai dan komisi tertentu. Praktikant tak perlu kuatir soal akomodasi dan uang saku, karena hal tersebut difasilitasi dalam program IPS. Tahun ini ada empat muda-mudi Indonesia berhasil lolos seleksi IPS, mereka adalah Maria Monica Wijaya, Ai Robiah Adawiyah, Christian Yonathan Wiratmo, dan Reza Khasbullah.

Maret lalu Monica dan Christian tiba di Berlin dari Jakarta, sementara Robi dan Reza yang telah bermukim sebelumnya di Jerman untuk studi master, turut pindah sementara ke Berlin untuk mengikuti program ini. Monica dan Robi ditempatkan magang di Partai Christlich Demokratische Union (CDU), partai petahana yang menduduki kursi terbesar parlemen hingga pemilu terakhir yang digelar 2017 lalu. Christian mendapatkan tempat magang di Partai Sozialdemokratische Partei Deutschlands (SPD), partai kedua terbesar yang menduduki kursi parlemen pada pemilu 2017. Reza ditempatkan di Partai Liberal Freie Demokratische Partei (FDP), partai yang dikenal banyak mendukung para pengusaha independen.

Christian yang sedang magang di Komisi Kesehatan Partai SPDFoto: Robin

Keempat muda-mudi ini punya latar belakang pendidikan yang berbeda, dari teknik elektro, kedokteran gigi, sosiologi ekonomi, dan sastra Jerman. Ketertarikan dan antusiasme akan dunia politik Indonesia dan luar negeri diakui keempatnya sebagai motivasi utama melamar program IPS.

Persiapan Masuk Program IPS

Untuk lolos dalam program IPS, pelamar disyaratkan berusia maksimal 30 tahun dan mempunyai ijazah S-1 serta menguasai Bahasa Jerman dengan baik, setidaknya level B-2. “Sebelum kuliah S-1 saya sudah sempat belajar Bahasa Jerman dan terus berlatih bicara dengan keluarga yang juga bisa berbahasa Jerman. Nggak ketinggalan rajin nonton siaran TV Jerman yaitu ZDF,” jelas Christian yang telah menyelesaikan S-1 kedokteran giginya tahun lalu. Latar belakang S-1 kedokteran gigi membuat Christian ditempatkan pada Komisi Kesehatan dibawah bimbingan Dirk Heidenblut, anggota Parlemen dari Partai SPD.

Pengalaman organisasi juga jadi nilai tambah untuk melamar Program IPS. “Sempat ikut program World University Service, disana ajak masyarakat mengenal sawit, pro dan kontranya, hal seperti ini jadi nilai tambah saat melamar,” jelas Robi yang juga mahasiswa master jurusan sosiologi ekonomi di Universitas Goethe, Frankfurt am Main. Robi kini melakukan praktik magangnya pada divisi keamanan dalam negeri, pembangunan, dan migrasi partai CDU.

Setelah lolos seleksi awal, para pelamar akan melalui proses wawancara. “Sering update juga dunia perpolitikan Jerman, siapa presiden, siapa kanselir, siapa saja partai yang sekarang duduk di parlemen, bagaimana koalisinya,”jelas Reza, mahasiswa teknik elektro di Universitas Teknik München yang juga sangat antusias dengan dunia politik. Reza ditempatkan pada divisi kerjasama luar negeri partai FDP.

Reza Khasbullah yang sedang magang di Partai FDPFoto: Sarah Geschonke

Monica, lulusan Sastra Jerman Universitas Indonesia turut berbagi pengalamannya saat tes wawancara “Selain ditanya seputar dasar ilmu politik, saya juga ditanya berbagai hal lain seperti misalnya buku apa yang terakhir saya baca hingga contoh kasus di bidang keamanan baik dalam negeri serta luar negeri Jerman,” jelas Monica antusias. Monica menikmati kesempatan untuk berpraktik di komisi transportasi, infrastruktur digital, serta pariwisata.

Mengikuti Kegiatan Anggota Parlemen Jerman

Dari pemilu 2017, terdapat 709 Bundestagsabgeordete (red. anggota parlemen) yang terpilih dari 299 distrik pemilihan di Jerman. Mereka menjabat selama empat tahun hingga pemilu berikutnya digelar. 709 Bundestagsabgeordete ini berasal dari Partai CDU(245), SPD(152), AfD(88), FDP(80), Left Party(69), Aliance 90/ The Greens(67), dan tanpa Fraksi/Partai(8).

Parlemen Jerman (Bundestag) dibagi dalam berbagai komisi (Ausschuss) yang berbeda. Komisi-komisi ini adalah cerminan dari setiap kementerian yang ada di pemerintah federal (Bundesregierung). Setiap partai yang duduk di parlemen membagi para anggotanya menjadi kelompok-kelompok untuk mengisi jabatan di berbagai Ausschuss tersebut. Pengelompokan ini dikenal dengan nama Arbeitsgruppe.

Fungsi utama parlemen adalah legislatif (pengesahan/penolakan undang-undang), mengawasi pemerintahan, mengelola anggaran, memilih kanselir dan Presiden, dan menetapkan pendanaan partai. Parlemen Jerman mengadakan rapat secara berkala untuk membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Bundesregierung. Periode rapat berkala ini disebut sebagai Sitzungswoche (red. minggu sesi).

Setidaknya terdapat 22 minggu sesi setiap tahunnya. Dalam minggu sesi ini setiap Abgeordnete datang ke Berlin untuk mengikuti rapat Arbeitsgruppe, rapat komisi, rapat internal fraksi (Fraktionssitzung), rapat pleno (Plenarsitzung) dan mengikuti pemungutan suara dalam rangka menolak/menyetujui sebuah undang-undang. Di luar masa Sitzungswoche, para Abgeordnete berada di wilayah perwakilan mereka masing-masing (Wahlkreis) untuk bertemu dengan warga di sana dan mendengarkan aspirasi warga.

Setiap peserta magang dapat mengikuti rapat komisi, rapat kelompok kerja (Arbeitsgruppe), rapat pleno di gedung Reichstag selama Sitzungswoche berlangsung di Berlin. Namun, beberapa rapat komisi terkait pertahanan, luar negeri, dalam negeri, dan anggaran serta rapat internal partai (Fraktionssitzung) tertutup bagi peserta magang.

Monica, salah satu Praktikantin CDU, melihat langsung Angela Merkel pada SitzungswocheFoto: Monika

“Sehari-hari tugas utamanya riset, karena saya dikomisi luar negeri FDP, fokusnya di bidang ekonomi liberal, jadi banyak meriset bagaimana kebijakan politik luar negeri antara Jerman dan negara-negara lainnya,” jelas Reza. Tapi yang menurut Reza paling unik adalah saat ia harus berkorespondensi dengan masyarakat. “Wah itu pas sedang penetapan Ausgangsperre (red. pembatasan jam malam untuk menurunkan angka infeksi Covid-19) itu beberapa bahkan kirim surat marah-marah, sistem demokrasi federal terganggu, pemerintah federal lebih kuatlah, disitu saya harus cari jawaban yang tepat untuk masyarakat,” jelas Reza semangat. Selain itu ia pun turut ikut serta anggota parlemen FDP komisinya dalam Sitzungswochen, belajar bagaimana voting digelar.

Christian yang berpraktik magang di komisi Kesehatan bertugas menyortir berita untuk Abgeordnete (anggota parlemen) tempatnya magang serta menulis artikel terkait tema kesehatan, “Komisi Kesehatan ini banyak sub-bidangnya. Abgeordnete saya membawahi sub-bidang digitalisasi kesehatan, perawatan gigi mulut, psikologi, tim SAR, dan Narkoba. Salah satu keseharian saya adalah mengumpulkan berita-berita yang relevan dengan sub-bidang tersebut,” ujar Christian. Selain itu Christian juga belajar untuk menyiapkan naskah Pressemitteilung (red. acara jumpa pers)  yang akan dikirimkan ke berbagai redaksi berita terkait hari tertentu, contohnya Hari Perawat Sedunia 12 Mei 2021 lalu.

Ai Robiah Adawiyah saat sedang magang di kantor CDUFoto: Reza Khasbullah

Sementara itu, Robi menambahkan perihal tugas-tugas yang biasa dilakukannya, “Saya mengikuti keseharian Volkmar Vogel, yang adalah sekretaris negara di parlemen, mewakili Seehofer, Menteri Dalam Negeri Jerman. Jadi harus terus update soal pembangunan dan soal keberlanjutan. Saya juga ditugaskan melakukan riset untuk kepentingan interview di luar parlemen. Selain itu sempat mengikuti Fragerunde (red. sesi tanya jawab) secara langsung di parlemen.“ Robi juga disibukkan dengan tugas administratif lainnya seperti menyortir surat masuk, dan ambil alih telepon masuk.

Meski praktik magang IPS ini digelar di tengah Pandemi Covid-19, ini tidak menghalangi pesertanya untuk mendalami kehidupan politik Jerman. “Covid-19 setidaknya juga membawa manfaat, salah satunya adalah melihat Jerman mempercepat proses digitalisasinya. Seru sekali bisa berada di sini dan belajar banyak hal baru, selain itu bisa mengalami sendiri bagaimana keseharian politisi dan dapat berinteraksi langsung dengan mereka, bahkan rencananya kami akan mengunjungi wilayah pemilihan mereka nanti. Semua kegiatan menarik selama magang ini tentunya dapat terlaksana selama protokol kesehatan tetap dijalankan dengan baik,” jelas Monica semangat.

Kegiatan magang ini kian menarik mengingat Bundestagswahl 2021, dimana calon anggota parlemen baru akan kembali dipilih masyarakat pada akhir 21 September nanti.  Semua partai berusaha membangun catatan-catatan positif jelang pemilihan umum nanti. Anggota parlemen terpilih akan menentukan siapa kandidat kanselir dan presiden selanjutnya.

“Sudah mulai terasa jelang pemilu, setiap Plenum (red. sidang pleno) kandidat teratas partailah yang biasanya diberi panggung untuk bicara, untuk menaikan suara partai,” jelas Reza memperhatikan kesibukan rapat-rapat pleno.

“Kalau CDU sempat terasa bersitegang menentukan kanzlerkandidat antara Söder atau Laschet,” tambah Robi soal pengamatan di Partainya.

Siapapun yang akan terpilih menjadi anggota parlemen Jerman pada periode selanjutnya, program IPS diharapkan terus berlanjut. Ini dapat menjadi wadah bagi kaum muda dari seluruh dunia untuk mengumpulkan pengalaman berharga dunia perpolitikan serta menguatkan nilai demokrasi di negara asal mereka.