Krisis air yang semakin parah akibat meningkatnya suhu global dan kekeringan diperkirakan akan menghancurkan ekonomi lokal dan nasional, menyebabkan kesulitan pangan, pengungsian, dan pergolakan politik.
Pedagang kaki lima di India melintasi sungai Phaldu yang kering.Foto: Franck Metois/imageBROKER/picture alliance
Iklan
Bumi terdiri dari 70% air, namun hanya sekitar 0,5% yang merupakan air tawar yang dapat digunakan untuk minum, mandi, dan irigasi tanaman. Sebagian besar dari air tawar tersebut semakin langka akibat meningkatnya permintaan dan meningkatnya panas serta kekeringan yang terkait dengan perubahan iklim.
Sekitar 2 miliar orang di seluruh dunia tidak lagi memiliki akses rutin ke air minum yang bersih, sementara setengah populasi dunia kekurangan air pada periode tertentu dalam setahun.
Krisis air sangatlah mahal. Hal ini menurunkan hasil panen, memperburuk ketahanan pangan, mengurangi produksi energi, dan memperburuk sanitasi yang berdampak pada kesehatan.
Pada tahun 2023, nilai ekonomi dari ekosistem air tawar yang masih berfungsi diperkirakan mencapai €49,4 triliun (Rp 939 kuadriliun) pada tahun 2023 — atau sekitar 60% dari produk domestik bruto (PDB) global, menurut organisasi konservasi World Wildlife Fund (WWF).
'Tidak cukup air untuk semua orang'
Krisis air yang signifikan di negara-negara yang mengalami kekeringan di Afrika dan Timur Tengah diperkirakan menyebabkan penurunan ekonomi negara-negara tersebut hingga 25% dalam 20-30 tahun ke depan, jelas Quentin Grafton, Ketua UNESCO dalam Ekonomi Air.
"Ini masa genting. Kita harus beradaptasi dengan cara yang jauh lebih cepat,” kata Grafton akan kebutuhan respon cepat sebelum krisis air merusak ekonomi global.
Dampak Perubahan Iklim, Dunia Mengalami Krisis Air
Meningkatnya suhu dan gelombang panas yang ekstrem telah membuat negara-negara di seluruh dunia gersang. Bencana kekeringan melanda Cina, AS, Etiopia, hingga Inggris.
Foto: CFOTO/picture alliance
Krisis kelaparan di Tanduk Afrika
Etiopia, Kenya, dan Somalia saat ini mengalami kekeringan terburuk dalam lebih dari 40 tahun. Kondisi lahan kering menyebabkan masalah ketahanan pangan yang parah di wilayah tersebut, dengan 22 juta orang terancam kelaparan. Lebih dari 1 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena bencana kekeringan, yang diperkirakan akan berlanjut selama berbulan-bulan.
Foto: Eduardo Soteras/AFP/Getty Images
Sungai Yangtze mengering
Dasar sungai terpanjang ketiga di dunia, Sungai Yangtze, tersingkap karena krisis kekeringan melanda Cina. Permukaan air yang rendah berdampak pada distribusi dan pembangkit listrik tenaga air, dengan produksi listrik dari Bendungan Tiga Ngarai turun 40%. Sebagai upaya membatasi penggunaan listrik, beberapa pusat perbelanjaan mengurangi jam buka dan pabrik melakukan penjatahan listrik.
Foto: Chinatopix/AP/picture alliance
Hujan yang jarang terjadi di Irak
Irak yang sangat rentan terhadap perubahan iklim dan isu penggurunan terus berjuang mengatasi kekeringan yang terjadi selama tiga tahun berturut-turut. Sebuah situs Warisan Dunia UNESCO di selatan negara itu pun telah mengering. Bencana kekeringan berkontribusi pada kontraksi ekonomi sekitar 17% dari sektor pertaniannya selama setahun terakhir.
Foto: Ahmad Al-Rubaye/AFP
Pembatasan penggunaan air di Amerika Serikat
Pasokan air Sungai Colorado menyusut setelah curah hujan jauh di bawah rata-rata selama lebih dari dua dekade. Krisis ini diyakini sebagai yang terburuk dalam lebih dari 1.000 tahun. Sungai yang mengalir melalui barat daya Amerika Serikat dan Meksiko, memasok air bagi jutaan orang dan lahan pertanian. Sejumlah negara bagian diminta untuk mengurangi penggunaan air dari Sungai Colorado.
Foto: John Locher/AP Photo/picture alliance
47% wilayah Eropa terancam kekeringan
Eropa mengalami gelombang panas ekstrem, sedikit hujan, dan kebakaran hutan. Hampir setengah wilayah benua itu saat ini terancam kekeringan, yang menurut para ahli bisa menjadi yang terburuk dalam 500 tahun. Sungai-sungai besar termasuk Rhein, Po, dan Loire telah menyusut. Permukaan air yang rendah berdampak pada transportasi barang dan produksi energi.
Foto: Ronan Houssin/NurPhoto/picture alliance
Dilarang pakai selang di Inggris
Beberapa wilayah di Inggris berada dalam status kekeringan pada pertengahan Agustus. Krisis kekeringan parah sejak 1935 melanda negara itu di bulan Juli. Pihak berwenang mencatat suhu terpanas Inggris pada 19 Juli mencapai 40,2 derajat Celsius. Penggunaan selang air untuk menyiram kebun atau mencuci mobil tidak diperbolehkan lagi selama Agustus di seluruh negeri.
Foto: Vuk Valcic/ZUMA Wire/IMAGO
Masa lalu prasejarah Spanyol terbongkar
Spanyol sangat terdampak oleh krisis kekeringan dan gelombang panas. Kondisi tersebut telah memicu kebakaran hutan hebat yang menghanguskan lebih dari 280.000 hektar lahan dan memaksa ribuan orang mengungsi. Permukaan air yang surut di sebuah bendungan mengungkap lingkaran batu prasejarah yang dijuluki "Stonehenge Spanyol".
Foto: Manu Fernandez/AP Photo/picture alliance
Beradaptasi dengan dunia yang lebih kering
Dari Tokyo hingga Cape Town, banyak negara dan kota di dunia beradaptasi mengatasi kondisi yang semakin kering dan panas. Solusinya tak harus berteknologi tinggi. Di Senegal, para petani membuat kebun melingkar yang memungkinkan akar tumbuh ke dalam, yang bisa menampung air berharga di daerah yang jarang hujan. Di Cile dan Maroko, orang menggunakan jaring yang mampu mengubah kabut jadi air minum.
Foto: ZOHRA BENSEMRA/REUTERS
Berjuang untuk tetap terhidrasi
Setelah Cape Town, Afrika Selatan, nyaris kehabisan air pada tahun 2018, kota ini memperkenalkan sejumlah langkah untuk memerangi kekeringan. Salah satu solusinya adalah menghilangkan spesies invasif seperti pinus dan kayu putih, yang menyerap lebih banyak air dibanding tanaman asli seperti semak fynbos. Pendekatan berbasis alam telah membantu menghemat miliaran liter air. (ha/yf)
Foto: Nic Bothma/epa/dpa/picture alliance
9 foto1 | 9
Krisis air yang berdampak pada kurangnya pasokan pangan, aktivitas ekonomi, dan pekerjaan di suatu wilayah akan disertai gejolak politik dan sosial, kata Grafton, yang juga profesor ekonomi di Australian National University.
Konsekuensinya pengungsian dan migrasi masal. Banyak orang dari wilayah Eropa selatan memilih menyeberangi Laut Mediterania karena penggurunan (kekeringan lahan) yang meningkat.
Solusi atas kekeringan juga membutuhkan biaya yang besar. Ekosistem air tawar kering akibat pembangunan dan irigasi berlebihan. Ekosistem ini memerlukan rehabilitasi besar-besaran. Menurut WWF, dengan dunia telah kehilangan sepertiga dari lahan basahnya sejak 1970.
Krisis air juga akan memperlambat pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Grafton mencontohkan India yang tidak memiliki cukup air untuk mengoperasikan pembangkit listrik batu bara yang menghasilkan listrik termal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. "Tujuan mereka adalah pertumbuhan 7%, tapi ini impian belaka,” katanya tentang negara yang memiliki 18% populasi dunia namun hanya 4% dari pasokan air tawar global. "Tidak cukup air untuk semua orang.”
Tahun 2022: Krisis Iklim Melanda Seluruh Dunia
Tahun 2022 seluruh dunia dilanda cuaca panas yang ekstrem, kekeringan, kebakaran, badai dan banjir yang terkait dengan perubahan iklim. Berikut sejumlah peristiwa cuaca yang terjadi tahun 2022.
Foto: Peter Dejong/AP Photo/picture alliance
Eropa: Lebih panas dan lebih kering dari sebelumnya
Musim panas di Eropa ditandai cuaca panas ekstrem dan kekeringan terburuk dalam 500 tahun. Lebih 500 orang tewas akibat gelombang panas di Spanyol, dengan suhu hingga 45 derajat Celsius. Di Inggris, cuaca panas juga mencapai lebih 40 derajat Celsius. Sebagian benua Eropa jadi wilayah paling kering selama lebih dari satu milenium, sehingga banyak daerah terpaksa menjatah air.
Foto: Thomas Coex/AFP
Kebakaran hutan melanda seluruh Eropa
Mulai dari Portugal, Spanyol, Prancis, Italia, Yunani, Siprus, hingga Siberia, dilanda kebakaran hutan. Bencana itu telah menghanguskan 660.000 hektar lahan pada pertengahan tahun 2022 — kebakaran terbesar sejak pencatatan iklim dimulai pada tahun 2006.
Hujan monsun yang ekstrem menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan. Banjir itu menewaskan lebih dari 1.100 orang, menyebabkan 33 juta orang kehilangan tempat tinggal, dan memicu penyebaran penyakit. Hujan lebat juga melanda Afganistan. Banjir besar menghancurkan ribuan hektare lahan, memperburuk bencana kelaparan yang sudah akut di negara itu.
Foto: Stringer/REUTERS
Gelombang panas ekstrem dan topan terjang Asia
Sebelum dilanda banjir, Afganistan, Pakistan, dan India alami panas dan kekeringan ekstrem. Cina juga alami kekeringan terburuk dalam 60 tahun dan gelombang panas terburuk sejak pencatatan dimulai. Awal musim gugur, 12 topan telah mengamuk di seluruh Cina. Badai besar juga melanda Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Bangladesh. Perubahan iklim membuat Intensitas badai semakin kuat.
Foto: Mark Schiefelbein/AP Photo/picture alliance
Krisis iklim memperburuk kondisi Afrika
Afrika memanas lebih cepat dibanding rata-rata global. Itu sebabnya benua ini secara tidak proporsional dilanda perubahan pola curah hujan, kekeringan, dan banjir. Somalia sedang menghadapi kekeringan terparah dalam 40 tahun. Krisis itu telah memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan kawasan mereka.
Foto: ZOHRA BENSEMRA/REUTERS
Bencana kelaparan di Afrika
Banjir dan kekeringan telah membuat pertanian dan peternakan praktis tidak mungkin dilakukan di beberapa bagian Afrika. Akibatnya, 20 juta orang mengalami kelaparan. Banyak yang meninggal karena kelaparan di Etiopia, Somalia, dan Kenya.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Kebakaran dan banjir di Amerika Utara
Badai dahsyat menerjang sejumlah negara bagian AS, seperti California, Nevada, dan Arizona. Gelombang panas menghanguskan ketiga negara bagian dengan suhu mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di akhir musim panas. Sebaliknya, hujan lebat di awal musim panas menyebabkan banjir parah di Taman Nasional Yellowstone dan di negara bagian Kentucky.
Foto: DAVID SWANSON/REUTERS
Badai menghancurkan Amerika
Pada September lalu, Badai Ian menghancurkan Florida. Otoritas setempat menggambarkan kerusakan itu sebagai "peristiwa bersejarah." Sebelumnya, badai itu melewati Kuba, di mana penduduknya hidup tanpa listrik selama berhari-hari. Badai Fiona juga menjadi topan tropis terburuk yang melanda Kanada setelah pertama kali menghantam Amerika Latin dan Karibia, mengakibatkan kerusakan parah.
Foto: Giorgio Viera/AFP/Getty Images
Badai tropis dahsyat landa Amerika Tengah
Badai Fiona bukan satu-satunya badai yang melanda Amerika Tengah. Pada Oktober lalu, Badai Julia menghantam Kolombia, Venezuela, Nikaragua, Honduras, dan El Salvador, menyebabkan kehancuran yang meluas. Pemanasan global meningkatkan suhu permukaan laut yang memperkuat intensitas badai.
Foto: Matias Delacroix/AP Photo/picture alliance
Kekeringan ekstrem di Amerika Selatan
Kekeringan yang terus-menerus melanda hampir seluruh Amerika Selatan. Cile, mengalami merosotnya curah hujan ekstrem sejak 2007. Di banyak daerah, sungai-sungai menyusut antara 50 dan 90%. Meksiko juga hampir tidak pernah mengalami hujan selama beberapa tahun berturut-turut. Argentina, Brasil, Uruguay, Bolivia, Panama, sebagian Ekuador, dan Kolombia pun mengalami kekeringan.
Foto: IVAN ALVARADO/REUTERS
Selandia Baru dan Australia tenggelam
Curah hujan yang intens menyebabkan rangkaian banjir ekstrem di Australia. Antara Januari dan Maret, pantai timur negara itu menerima curah hujan sebanyak yang dialami Jerman dalam setahun. Selandia Baru tidak luput dari banjir. Fenomena cuaca La Nina berada di balik peristiwa ekstrem tersebut. Atmosfer yang lebih hangat menyerap lebih banyak air, membuat curah hujan lebih deras. (ha/as)
Foto: Jenny Evans/Getty Images
11 foto1 | 11
Kaum miskin pedesaan di India adalah yang paling terdampak dari krisis air. Eksploitasi berlebihan air tanah menyebabkan permukaan air tanah terus menurun, menyebabkan masalah yang serius. Solusinya? Memperkuat tangkapan air lokal dengan bendungan tanah yang efektif menahan hujan di musim hujan sebelum memasuki musim kemarau.
Iklan
Masalah air untuk pertanian
Panas dan kekeringan yang ekstrem memperlambat aliran sungai, membuat danau dan waduk mengering, sehingga siklus hidrologi di mana air menguap dan turun kembali sebagai hujan terganggu. Kelembapan dan nutrisi tanah menurun permanen, yang telah menghancurkan produksi pertanian sebagai dasar perekonomian di Asia dan Afrika.
Selama kekeringan parah sepanjang 2020-2023 di semenanjung Afrika timur, sekitar 13 juta ternak mati dan hasil panen gagal, sedikitnya 20 juta orang mengalami krisis pangan, dan kehilangan mata pencaharian. Kekeringan ini menjadi 100 kali lebih mungkin terjadi akibat perubahan iklim.
Hewan ternak yang mati akibat kekeringan di EtiopiaFoto: Michael Gottschalk/imago/photothek
Di Afrika Sub-Sahara, hanya kegiatan mengumpulkan air saja menyita 40 miliar jam setiap tahunnya — waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk bekerja atau menempuh pendidikan, menurut The Water Project, sebuah organisasi nirlaba yang menangani krisis air di wilayah tersebut.
Krisis air mengancam Eropa
Krisis air semakin parah di Eropa seiring pemanasan yang lebih cepat di wilayah ini dibandingkan benua-benua lainnya, kecuali Antarktika. Setelah mencatat tahun terpanas sepanjang sejarah pada 2024, Jerman mengalami periode akhir musim dingin hingga awal musim semi terkering. Kekeringan melanda wilayah dari Inggris hingga Eropa Tengah, sementara negara-negara Mediterania menghadapi panas ekstrem, kebakaran hutan, dan kekurangan air berkepanjangan.
Sungai Rhine yang mengeringFoto: Christoph Hardt/Panama Pictures/picture alliance
Pada saat yang sama, semakin banyak sektor industri yang bersaing untuk sumber daya air yang terbatas, menurut Sergiz Moroz, pakar manajemen air di LSM European Environment Bureau.
Sergiz Moroz dari European Environment Bureau mengatakan, "Sektor IT tiba-tiba datang ke Brussels dan mengatakan kami membutuhkan banyak air berkualitas tinggi.” Sementara itu, para petani juga menyuarakan kebutuhan air untuk bertani.
Uni Eropa berencana memberlakukan batasan penggunaan air bagi perusahaan teknologi melalui Strategi Ketahanan Air UE yang akan diberlakukan pada 2026.
Desalinasi Solusi bagi Kekeringan di Siprus
03:38
AS tidak terkecualikan dari krisis
Penduduk Amerika Serikat yang mengalami keterbatasan akses air juga menanggung beban ekonomi yang besar. Studi tahun 2022 oleh organisasi nirlaba DigDeep menunjukkan bahwa rumah tangga tanpa akses air dan sanitasi yang memadai di AS menghabiskan setidaknya $15.800 (Rp 250 juta) per tahun untuk biaya kesehatan - beban kesehatan ini berdampak pula pada hilangnya pekerjaan dan kesempatan menempuh pendidikan.
George McGraw, pendiri dan CEO DigDeep, mengatakan, "Semakin langkanya air, jumlah orang yang tidak memiliki akses diperkirakan akan meningkat akibat tekanan dari peristiwa iklim” Ia menekankan pentingnya "membuat akses air yang univesal” melalui investasi "sistem air cerdas dan berkelanjutan yang terhubung dan tidak terhubung dengan jaringan,” untuk menggantikan sistem distribusi air yang rentan terhadap perubahan iklim.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris