Universitas di Jerman memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk melakukan riset-riset inovatif. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh mahasiswa asal Bali, Putu Teguh Satria Adi, yang berkuliah di RWTH Aachen, Jerman.
Iklan
Putu Teguh Satria Adi adalah mahasiswa Indonesia asal Bali yang kini sedang menempuh studi di RWTH Aachen, Jerman. Di kampus yang terkemuka dalam bidang teknik ini, Putu Teguh terlibat dalam dua penelitian, yakni 3D Printing logam dan juga touchpad dari bahan tekstil. Mari kenali Putu Teguh dan penelitiannya lebih dekat.
DW: Kenapa tertarik kuliah di Teknik Mesin RWTH Aachen?
Putu Teguh Satria Adi: Saya kuliah teknik mesin karena selain saya tertarik dengan fisika saya juga sangat terkesan dengan teknologi-teknologi masa depan. Dan saya melihat teknik mesin adalah salah satu pintu awal untuk menuju kesana. Saya memilih RWTH Aachen karena universitas ini adalah salah satu yang terbaik di dunia untuk bidang teknik mesin. Tidak hanya karena perkuliahannya tetapi juga institusi risetnya. RWTH Aachen punya banyak institusi riset ternama, yang lokasinya di sekitar kampus. Fokus penelitian semua institusi riset disini sangat relevan dengan kebutuhan industri.
Perkenalkan, RWTH Aachen
RWTH Aachen memiliki reputasi legendaris sebagai pusat pendidikan dan penelitian di bidang teknik, ilmu alam dan matematika. Universitas ini juga menelurkan sosok Bacharuddin Jusuf Habibie, presiden ketiga Indonesia
Foto: picture-alliance/dpa/M. Becker
Pusat Penelitian Berparas Universitas
Sebanyak 500 direktur dan CEO perusahaan besar Jerman pernah mendaulat RWTH Aachen sebagai tempat terbaik buat menggeluti bidang teknik, elektro, mekanik dan ilmu alam lainnya. Universitas yang berdiri sejak 1870 ini juga termasuk lima besar dalam daftar universitas dengan anggaran penelitian terbesar di Jerman. Tidak heran jika lebih dari 40.000 mahasiswa mendaftarkan diri di universitas ini.
Foto: RWTH
Reputasi Berkat Prestasi
Reputasi mentereng RWTH Aachen berasal dari hasil penelitiannya. Sebanyak enam ilmuwan yang pernah mengajar atau belajar di universitas ini mengantongi penghargaan nobel. Salah satunya adalah Karl Ziegler, sosok yang penemuannya memungkinkan manusia memproduksi bahan plastik dalam jumlah besar dan terjangkau. Kini sekitar 500 professor mengajar di RWTH Aachen.
Foto: picture-alliance/dpa
Dilirik Mahasiswa Asing
Saat ini sekitar 7000 mahasiswa asing dari 108 negara menempuh studi di RWTH Aachen. Cina menempati urutan teratas dengan lebih dari 1000 mahasiswa, disusul oleh India, Turki dan Iran. Seperti yang bisa diduga, Fakultas Matematika, Informatika & Ilmu Alam dan Fakultas Teknik Mesin yang juga membawahi jurusan Teknik Penerbangan menjadi primadona calon mahasiswa.
Foto: DAAD/Volker Lannert
Kisah Habibie
Presiden ketiga Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie pernah menimba ilmu teknik penerbangan di RWTH Aachen. Saat itu ia termasuk ke dalam ratusan mahasiswa berbakat Indonesia yang diberangkatkan pemerintah ke luar negeri. Habibie yang sejak beberapa tahun lalu masuk dalam daftar Hall of Fame RWTH Aachen ini belajar di Jerman hingga mendapat gelar doktor dengan nilai Summa Cum Laude
Foto: DW
Harta Karun Sains dan Surga Mahasiswa
Perpustakaan milik RWTH Aachen tidak cuma mengoleksi jutaan buku dan karya ilmiah, tetapi juga menjadi pusat databank hak paten di bidang teknik yang terbesar di Jerman. Khususnya buat mahasiswa asing, Aachen menawarkan 4800 kamar di asrama mahasiswa yang tersebar di seluruh penjuru kota.
Foto: Thomas Riehle
Afiliasi Industri
Salah satu keunggulan unik yang dimiliki RWTH Aachen adalah kedekatannya dengan industri di Jerman. Selain proyek penelitian bersama, RWTH juga rajin mengundang perwakilan industri buat mengajar. Sederet perusahaan multinasional pernah mengirimkan petingginya ke Aachen, antara lain raksasa otomotif Jerman Volkswagen dan Porsche, atau produsen alat elektronik Bosch.
Foto: Peter Winandy
Ideal buat Pelajar
Kota Aachen yang cuma berpenduk sekitar 250.000 jiwa dan sedikit lebih kecil ketimbang kota Bandung ini sering disebut kota yang ideal buat mahasiswa. Selain biaya hidup yang relatif murah, Aachen juga menawarkan keragaman kultur lantaran menampung sekitar 40.000 warga asing dari berbagai negara.
Foto: Fotolia/davis
7 foto1 | 7
Bagaimana awal ketertarikan kamu terhadap bidang 3D printing?
Sekarang saya sedang berada pada tahap akhir pengerjaan skripsi saya. Universitas di Jerman memungkinkan mahasiswanya untuk mengerjakan skripsi yang disesuaikan dengan kebutuhan industri. Oleh karena itu saya menggarap tema yang disiapkan oleh Siemens AG, Power and Gas Division, Berlin dan terikat kontrak dengan mereka selama satu semester.
Siemens memiliki kerja sama yang erat dengan salah satu institusi riset ternama di Jerman, Institut Fraunhofer ILT, yang ada di dekat kampus. Secara singkat dapat dikatakan, institut ini merupakan jembatan yang menghubungkan proyek-proyek perusahaan dengan tenaga-tenaga ahli kampus. Institut ini merupakan tempat awal saya mendapatkan koneksi dengan Siemens dan saya mengawalinya sebagai asisten riset dalam bidang additive manufacturing atau bahasa awamnya 3D printing, yang juga adalah tema skripsi saya.
Fokus dari riset saya adalah meningkatkan produktifitas dari 3D printing untuk logam itu. Sebenarnya ini tantangan terberat dari 3D printer untuk logam saat ini. Tidak hanya logam, plastik juga. Dan tujuan dari skripsi saya adalah saya mencari parameter terbaik untuk meningkatkan kecepatan dari proses tersebut. Dan hasilnya nanti akan divalidasi dengan salah satu komponen pembakaran yang ada di gas turbin dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi komponen tersebut bisa dipotong sampai setengahnya.
Bagaimana kamu bisa aktif menjadi peneliti di Fraunhofer ILT?
Saya memulai bekerja sebagai Hilfswissenschaftler (Hiwi/asisten riset) di Fraunhofer ILT dari semester 4. Keterbatasan ilmu praktik di Universitas di Jerman, menuntut mahasiswanya untuk secara mandiri mengumpulkan pengalaman di lapangan dan mengaplikasikan teori yg didapatkan di kampus. Hiwi adalah jalan terbaik yang saya lihat saat itu, karena selain mendapatkan pemasukan tiap bulan, saya juga bisa mengenal dunia riset sejak dini dan bekerja sama secara langsung dengan akademisi dan pekerja profesional industri.
Saat itu kebetulan saya diterima di Fraunhofer ILT dan ditempatkan di sebuah klaster riset yang bernama Digital Photonic Production. Di klaster ini sangat terasa kolaborasi antara akademisi dan industri. Hal ini memungkinkan institut untuk tetap menjaga relevansi risetnya terhadap kebutuhan industri. Selain itu dari sisi industri, mereka mendapat wawasan mengenai hal-hal baru yang sedang diteliti di insitut dan mempertimbangkan sejauh mana bisa diaplikasikan di perusahaan mereka, sehingga perusahaannya selalu inovatif dan terdepan.
Fokus dari klaster riset Digital Photonic Production ini adalah produksi atau manufaktur terdigitalisasi yang menggunakan photon (cahaya ataupun laser). Dan titik beratnya memang di 3D printing logam. Saya beruntung saat ini mendapatkan posisi yang disupervisi secara langsung oleh profesional dari Siemens. Jadi saya terlibat aktif dalam riset-riset 3D printing yang berhubungan dengan pembaharuan desain komponen turbin gas bertemperatur sangat tinggi.
Mahasiswa Bali Lakukan Riset 3D Printing Logam dan Touchpad Tekstil di Jerman
Di masa depan bisa jadi setiap orang punya 3D printer di rumah atau touchpad laptop terbuat dari bahan tekstil. Ini dua riset yang sedang dilakukan seorang mahasiswa Indonesia asal Bali di Jerman, Putu Teguh Satria Adi.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Balk
Mahasiswa RWTH Aachen asal Denpasar
Putu Teguh Satria Adi kuliah teknik mesin di RWTH Aachen. Kini ia sedang menyelesaikan skripsi dengan tema yang disiapkan oleh Siemens AG, Power & Gas Division, mengenai 3D printing untuk logam. Untuk menyelesaikan skripsinya ini, ia seringkali menghabiskan waktu di perpustakaan Fraunhofer ILT, Aachen.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Institusi riset aplikatif terbesar di Eropa
Putu Teguh menjadi bagian dari periset muda di Fraunhofer ILT. Institusi riset ini adalah yang terbesar dan ternama di Eropa dan memiliki hubungan yang erat dengan dunia industri. Oleh karena itu, riset-riset yang dilakukan disana sangat relevan dengan kebutuhan industri, seperti yang Putu Teguh lakukan, riset 3D printing untuk metal bersama Siemens.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Printer 3D rakitan di rumah
Tidak lengkap rasanya jika di rumah tidak ada printer 3D. Meskipun bukan untuk logam, namun printer yang Putu Teguh rakit sendiri cukup membantunya mewujudkan desain-desain benda dengan geometri yang rumit. Ia telah mencetak banyak benda dengan printernya ini, seperti misalnya vas bunga.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Touchpad dari bahan tekstil
Selain riset 3D printing, Putu juga punya riset di bidang touchpad tekstil. Kemungkinan di masa depan, touchpad laptop bisa terbuat dari bahan tekstil, jadi tidak ada masalah lagi jika tangan kita basah dan kita mau mengoperasikan laptop. Riset ini Putu Teguh lakukan dibawah institut untuk teknologi tekstil, ITA.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Institut untuk teknologi tekstil
RWTH Aachen memiliki banyak sekali institusi riset, yang menjadi wadah para mahasiswanya melakukan inovasi teknologi. Riset tekstil touchpad dilakukan Putu di institusi riset untuk teknologi tekstil, ITA. Menurut Putu Teguh, ITA memiliki banyak penelitian yang visionaris dan berkelanjutan.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
Rekan riset yang suportif
Riset touchpad tekstil dilakukan Putu bersama dengan rekan risetnya dari Jerman, Christian Grauberger. Awalnya, riset ini adalah tugas kuliah. Namun mereka semua semangat untuk melanjutkan proyek touchpad tekstil ini, yang sempat masuk final Innovation Award, satu ajang kompetisi inovasi teknologi di RWTH Aachen.
Foto: DW/Nurzakiah Ahmad
6 foto1 | 6
Bagaimana dengan riset untuk touchpad dari bahan tekstil?
Awalnya ini hanya sebatas tugas kuliah wajib di semester 6, yang disebut project thesis. Tema yang saya garap disini adalah textile touchpad, yaitu sensor sentuh yang bisa diintegrasikan dengan tekstil di kehidupan sehari-hari. Mulai dari interior mobil bahkan nantinya diharapkan bisa diterapkan di pakaian. Sebenarnya sudah ada yang dikomersilkan, misalnya Project Jaquard yang merupakan kerjasama antara Google dan Levi's.
Apa kelebihan proyek kamu dengan proyek textile touchpad yang sudah ada di pasaran?
Teknologi yang kami kembangkan menjawab kelemahan-kelemahan teknologi kapasitif yang sudah diimplementasikan. Alih alih menggunakan elektron sebagai pembawa informasi, teknologi ini memanfaatkan photon dengan medium serat optik. Selain memiliki sifat yang dimiliki tekstil, konsep ini tahan terhadap interferensi elektromagnetik sehingga tidak perlu pelindung dan bisa dengan mudah diintegrasikan dengan elektronik yg sudah ada. Selain itu karena menggunakan teknologi optik, touchpad ini bisa berfungsi di saat hujan maupun di bawah air tanpa gangguan seperti saat kita menyentuh layar handphone saat tangan kita basah. Tidak hanya itu, touchpad berbahan tekstil ini juga dapat menerima input lebih dari satu. Istilahnya teknologi multi-touch yang biasa kita temukan di touchscreen ponsel atau tablet kita. Ini menarik karena belum ada yang bisa menerapkan ini di tekstil. Sejauh pengetahuan saya berdasarkan publikasi resmi, teknologi kami adalah teknologi pertama di dunia yang berhasil melakukannya.
Visi Rekayasa dan Teknologi di Tahun 2018
Manusia rekayasa genetika, kecerdasan buatan, pabrik dari bakteri atau mesin cetak organ tubuh. Itulah visi sains dan teknologi pada 2018. Batasannya kini makin samar antara kemajuan atau bencana teknologi.
Foto: Fotolia/vladgrin
Kecerdasan Artifisial Jadi Keseharian
Tahun 2018 ditandai dengan kecerdasan buatan yang menemani keseharian manusia. Kecerdasan buatan pada smartphone misalnya, bisa bereaksi atas kebutuhan pribadi pemiliknya. Dengan membangun jejaring data bersama mobil cerdas dan rumah cerdas, manusia akan diawasi terus menerus oleh piranti cerdas ini. Sulit memastikan, apakah kita cukup cerdas untuk menghindari efek negatifnya,?
Foto: picture-alliance/dpa/S. Gollnow
Manusia Hasil Rekayasa Genetika
Amerika Serikat pada tahun 2017, mengizinkan penyembuhan dua jenis kanker darah dan penyebab kebutaan, lewat terapi genetika. Caranya dengan modifikasi gen kekebalan tubuh pasien, agar mengenali sel kanker sebagai musuh dan membunuhnya. Sementara pada kasus kebutaan, rekayasa genetika dilakukan langsung pada gen tertentu di mata, tanpa mempengaruhi bagian tubuh lain.
Foto: picture-alliance/dpa
Mengoperasi Embryo Dalam Kandungan
Menggunting gen yang sakit dan menggantinya dengan gen sehat, pada janin yang masih dalam kandungan, juga sukses diujicoba di AS. Eksperimen dilakukan pada embryo dalam rahim yang mengidap kelainan jantung. Terapi gen semacam ini diharapkan bisa menyembuhkan kanker, sistik fibrosis atau AIDS.
Foto: AP
Mikro Organisme Jadi Pabrik Obat
Teknik rekayasa genetika pada 2018 juga membuka cakrawala baru dalam bidang biologi sintetik. Gabungan cabang biologi dan teknik keinsinyuran, akan mleakukan modifikasi DNA mikro organisme menjadi pabrik farmasi ukuran mikro. Makhluk hidup artifisial mikro nantinya bisa direkayasa memproduksi insulin atau molekul yang jadi basis pembuatan obat baru.
Foto: Fotolia/Irochka
Manusia Cyborg Hasil Cetakan
Tahun 2018 juga ditandai dengan makin canggihnya perangkat pencetak 3 dimensi. Diramalkan, nantinya tubuh manusia juga bisa dicetak 3D, menggunakan tinta bio-kompatibel. Artinya organ buatan printer itu tidak akan ditolak oleh sistem kekebalan tubuh. Tren kedokteran ini baru berjalan di tahapan awal, namun perkembangannya diramalkan sangat pesat. as/yf (dari berbagai sumber)
Foto: picture-alliance/dpa/O. Spata
5 foto1 | 5
Jadi tugas kuliah atau project thesis itu adalah tugas dimana mahasiswa wajib melakukan inovasi teknologi?
Project thesis ini kurang lebih sama dengan skripsi, yang menuntut kita untuk melakukan riset dalam jangkauan tertentu. Hasilnya bisa divalidasi dengan demonstrator dan pada akhirnya didokumentasikan dengan struktur yang sama seperti skripsi. Bedanya disini kami mengerjakannya berkelompok.
Waktu itu saya mengerjakannya bertiga, dengan teman dari Jerman dan Latvia. Kalau di RWTH Aachen, mencari tema penelitian sangat mudah karena banyaknya institusi yang didukung kucuran dana yang sangat besar dari pemerintah, yayasan maupun melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan. Dari sekian banyaknya tema, kami memilih tema pengembangan textile touchpad karena ini merupakan riset dasar yang memungkinkan kami memulai benar-benar dari nol. Tentu juga setelah mempertimbangkan kualitas supervisor dan institut riset ITA (Institut untuk Teknologi Tekstil) yang proyek-proyeknya sangat visionaris dan berkelanjutan.
Dengan dukungan yang luar biasa dari supervisor kami dan kerja sama yang sinergis dengan rekan-rekan saya yang sekaligus sahabat dekat saya, kerja kami melampaui target dasar tugas kuliah dan bahkan mampu sejajar dengan riset-riset mahasiswa S3 yang ada di Aachen dalam ajang Innovation Award. Kami berhasil menjadi finalis saat itu. Kelanjutannya, kami berharap bisa melanjutkan riset ini. Saat ini kami telah mengadakan konsorsium dengan tiga partner industri di Jerman dan sedang mempersiapkan perdaftaran salah satu program Kementerian Riset dan Teknologi Jerman yang jika tembus, mereka siap mengucurkan dana yang besar untuk membiayai keberlanjutan riset kami.
Printer 3D: Penolong Manusia dan Hewan
Suku cadang yang diproduksi printer 3D sudah digunakan di dunia kedokteran. Tapi lebih cepat dalam cabang kedokteran hewan, karena untuk dapat ijin penggunaan tidak terlalu rumit. Manfaatnya sudah sangat dirasakan.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Kästle
Kursi Roda untuk Luisa
Anjing yang dulu hidup di jalanan Italia ini, cacat berat berat. Kemungkinan akibat kecelakaan, anjing kehilangan kedua kaki depannya. Untuk memudahkan bergerak, keluarga yang mengadopsi di Ravensburg, Jerman memesan kursi roda spesial dengan protese yang dibuat dengan printer 3D.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Kästle
Penopang Dada dari Printer 3D
Keluarga yang mengadopsi Luisa punya perusahaan pengembang printer 3D. Mereka membuat penopang dada berbentuk mirip mangkuk besar. Ini bisa dilapisi kain untuk membuatnya lunak. Jika Luisa tambah besar, mereka bisa mencetak lagi penopang yang lebih besar bagi anjing ini.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Kästle
Protese bagi Paruh Burung Tukan
Burung Tukan yang paruhnya dipotong beberapa remaja ini juga bisa ditolong dokter hewan di Costa Rica berkat printer 3D. Tahun 2015 i burung memperoleh paruh baru, setelah jadi korban penyiksaan. Pertama-tama para dokter memindai tengkoraknya dengan komputer tomografi. Setelah itu dokter membuat model paruh disesuaikan bentuk kepala.
Foto: Getty Images/AFP/Ezequiel Becerra
Pengganti Bagian Tengkorak
Langkah sama juga diambil dokter, jika manusia membutuhkan pengganti bagian tengkorak yang rusak. Pada foto tampak tengkorak dari bahan sintetis dan bagian yang dari logam titanium. Keduanya diproduksi printer 3D. Berdasarkan citra Röntgen tiga dimensi, bisa dibuat bagian tengkorak dengan akurasi hingga sepersepuluh milimeter.
Foto: DW/F. Schmidt
Penuhi Kebutuhan Individual Pasien
Di dunia kedokteran gigi, printer 3D juga sudah digunakan. Cetakan untuk membuat gigi palsu tidak perlu dibuat langsung pada pasien lagi. Sekarang seluruh cetakan geraham dibuat tiga dimensi di tomografi terkomputasi. Data elektronis tersebut kemudian dikirim ke laboratorium dan gigi palsu selesai dalam beberapa hari.
Foto: DW/F. Schmidt
Mempelajari Kanker Tulang
Dengan printer 3D di Universitas Duisburg bisa dibuat model tulang yang keropos akibat kanker. Model seperti ini bisa digunakan dalam pendidikan kedokteran. Selain itu juga bisa membantu dokter dalam mempersiapkan operasi.
Foto: DW/F.Schmidt
Organ Lunak Lebih Sulit
Tapi hingga saat ini, printer 3D belum banyak membantu dokter pada bagian tubuh yang bergerak, misalnya jantung. Memang bisa mencetak model jantung dengan bantuan rekaman citra tomografi terkomputasi. Namun hasilnya hanya bisa jadi alat presentasi dalam pelajaran.
Foto: DW/F.Schmidt
Materi Sel dari Printer 3D
Di institut Inserm dekat Bordeaux, Perancis sejak 2005 dilakukan penelitian dengan struktur sel yang dicetak, yang disebut "Bioprinting". Sebuah printer sel semacam itu bisa membuat 10.000 tetes per detik. Hingga saat ini, printer 3D bisa mereproduksi sel-sel manusia, misalnya sebagai bahan percobaan, agar tidak perlu menggunakan hewan percobaan.
Foto: Reuters/R. Duvignau
Pengembangan Struktur Sel Individual
Tujuan berikutnya yang ingin dicapai institut Inserm adalah pengembangan struktur sel sesuai kebutuhan individu tertentu. Dengan demikian, bagi tiap pasien bisa dibuat sel yang cocok sepenuhnya, sesuai kebutuhan, dan tidak ditolak tubuh. Nantinya para peneliti berharap mampu membuat stuktur sel yang bisa ditanam, misalnya organ atau sebagian dari organ. Penulis: Fabian Schmidt (ml/as)
Foto: Reuters/R. Duvignau
9 foto1 | 9
Bagaimana cara kamu mengatasi tantangan selama berkuliah sambil bekerja atau melakukan riset?
Berkuliah di Jerman tidak terlepas dari berbagai kendala dan kesulitan. Tantangan tidak hanya menyangkut situasi saya sebagai perantau yaitu: hidup mandiri, berada jauh dari keluarga dan teman-teman serta tidak bisa aktif kehidupan berbudaya dan beragama di daerah saya sebagai orang Bali. Tidak dapat saya pungkiri tantangan juga datang dari tingkat kesulitan kegiatan perkuliahan serta integrasi dengan rekan-rekan riset di sini.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, kiat-kiat saya adalah, pertama, saya berusaha merubah perspektif saya. Saya selalu melihat keberadaan saya disini sebagai kesempatan yang sangat amat besar untuk melihat hal baru dan berusaha selangkah lebih maju tiap harinya, atau singkatnya belajar dan belajar.
Kedua, komunikasi aktif. Berada dalam lingkaran orang-orang hebat disini, tentunya ekspektasi mereka sangat besar. Saya tidak pernah mengalami diskriminasi tetapi lebih ke harapan mereka bahwa kualitas saya sejajar. Dari yang saya lihat, bagi mereka tidak terlalu penting siapa yang lebih baik dari siapa. Yang ada hanya yang tahu lebih dulu atau yang belum tahu. Karena itu orang Jerman sangat menekankan komunikasi yang baik. Kalau mereka lebih paham, mereka dengan senang hati memberi tahu tanpa menggurui tapi kalau ada yang mereka belum ketahui, mereka akan langsung bertanya tanpa ragu. Hal-hal positif seperti itu yang selalu saya berusaha untuk tiru.
Ketiga, kemandirian juga sangat penting. Seringkali bos saya mengasumsikan saya sudah tahu apa yang harus saya kerjakan. Ditengah kesibukan beliau saya harus bisa mencari orang yang paham dan membantu saya kalau beliau tidak ada waktu.
Terakhir juga adalah efektifitas dalam bekerja. Ditengah-tengah kesibukan saya dan rekan-rekan riset saya, saya harus mampu membuat perencanaan untuk beberapa waktu ke depan. (na/ts)
*Simak serial khusus #DWKampus mengenai warga Indonesia yang menuntut ilmu di Jerman dan Eropa di kanal Youtube DW Indonesia. Kisah putra-putri bangsa di perantauan kami hadirkan untuk menginspirasi Anda.