Mahkamah India memutuskan agar pemerintah mengizinkan perwira perempuan menduduki posisi komando di militer. Selama ini perempuan mengalami diskriminasi.
Iklan
Mahkamah Agung India awal minggu ini memerintahkan agar pemerintah memberikan posisi komando kepada perwira perempuan di militer dan memperlakukan mereka setara dengan rekan-rekan prianya.
Keputusan Mahkamah India juga mengharuskan perempuan diperlakukan setara dalam kesempatan mendapat pangkat, promosi dan pensiun. Perempuan juga harus diizinkan bertugas lebih lama di militer. Selama ini, perwira perempuan hanya dapat bertugas selama 10 sampai 14 tahun di militer.
"Ini adalah hari yang tidak terlupakan bagi kami. Ini adalah kemenangan besar dan akan sangat bermanfaat," kata Letnan Kolonel Anupama Agarwal kepada DW. Kemenangan ini merupakan perjuangan yang panjang dan sulit bagi para perwira perempuan, tambahnya.
Tidak mengisi peran tempur di militer
Angkatan bersenjata India merupakan salah satu yang terbesar dunia, tetapi jumlah perempuan hanya sekitar 4 persen dari total lebih dari satu juta personel.
Militer India sejak dulu menentang masuknya perempuan dalam tugas tempur, dengan alasan ada kekhawatiran tentang kerentanan perempuan jika mereka tertangkap musuh. Juga kemampuan fisik dan mental mereka dianggap tidak memadai untuk mengatasi penugasan di garis depan. Tetapi di angkatan udara dan angkatan laut India, perempuan sudah diizinkan mengisi posisi tertentu dengan peran tempur.
Beberapa pejabat tinggi militer menyatakan menyambut baik putusan Mahkamah Agung, namun beberapa kalangan mengingatkan: "Sekarang..., perwira perempuan harus membuktikan bahwa mereka layak untuk mendapatkan posisi komando. Ini adalah tentara yang sangat profesional," kata Letnan Jenderal Ravi Sawhney, mantan wakil panglima militer, kepada DW.
Potret Langka Gerilyawan Perempuan Kolombia
Sejak lama FARC mengobarkan perang gerilya melawan pasukan pemerintah di Kolombia. Terutama kaum perempuannya dikenal paling sadis. Inilah potret langka kehidupan banal para serdadu perempuan di hutan rahasia Kolombia
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Kaum Hawa Bersenjata
Seorang perwira militer Kolombia pernah berkata, "jika kau ditangkap, berdoalah bukan oleh gerilyawan perempuan." Tidak sedikit kaum hawa yang bertempur untuk pemberontak kiri Kolombia, FARC. Salah satunya Juliana yang pernah diperkosa oleh ayah tirinya saat berusia 16 tahun. Ia lalu melarikan diri dan bergabung bersama FARC. Di gambar ini Juliana terlihat bermesraan dengan kekasihnya, Alexis
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Kehidupan Setelah Perang
Sepertiga dari sekitar 7000 gerilayawan FARC adalah perempuan. Mereka kerap ditugaskan untuk mengumpulkan data intelijen, melaporkan pergerakan pasukan pemerintah dan membaur bersama penduduk urban buat menjadi informan. Menyusul perundingan damai di Havana, sebagian bekas gerilyawan FARC mulai menyusun rencana hidup pasca perang. Juliana misalnya berniat terjun ke arena politik.
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Sadis dan Menakutkan
Gerilyawan perempuan ditakuti karena dikenal sadis dalam menginterogasi tawanan perang. "Mereka lebih ideologis ketimbang para pria. Mereka tanpa ampun," tutur seorang perwira militer Kolombia. Dulu FARC berjuang demi nasib para petani, kini kelompok yang diilhami ideologi Marxisme dan perjuangan Che Guevara itu membiayai perjuangannya lewat perdagangan obat bius.
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Lahir lalu Dirampas
2014 silam BBC melaporkan bagaimana kelompok pemberontak Kolombia itu mewajibkan praktik aborsi buat gerilyawan perempuan yang hamil. Jika ada yang berhasil melahirkan, bayinya dirampas dan dibawa ke tempat lain. Laporan merujuk pada kesaksian sejumlah ibu yang berhasil melarikan diri dan kini kembali ke hutan demi mencari anak-anaknya yang hilang.
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Modern dan Terkoneksi
Yira Castro berperan sebagai mentor buat gerilyawan perempuan FARC. Sosoknya mewakili generasi baru tentara pemberontak, yakni modern dan terkoneksi dengan dunia luar. Castro banyak mewakili kelompoknya dalam perundingan damai di Havana, Kuba, yang telah berlangsung selama tiga tahun.
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Kesetaraan Gender
Banyak cerita yang menyebut perempuan dipaksa menjadi tentara atau direkrut saat remaja. Tapi potret dari dalam kamp persembunyian FARC ini tidak mengindikasikan ketimpangan gender semacam itu. Perempuan terkesan telah terbiasa berbagi tugas dengan pria. Mereka memanggul senjata, sementara lelaki memasak.
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Nomaden Hutan
Menu sarapan gerilayawan FARC tidak berbeda dengan hidangan yang lazim disantap kaum miskin di Amerika Selatan, yakni nasi, telur, sosis dan sayur kacang. Setiap regu hidup berpindah-pindah setiap harinya sembari membawa bahan pangan sendiri. "Di dalam FARC kami tidak pernah menyentuh uang," tutur seorang gerilayawan bernama Alexis, "kami mendapat semuanya, mulai dari obat-obatan hingga rokok."
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
Perang Tanpa Pemenang
Juan Pablo, 41, komandan front ke-35 FARC telah berperang sejak 25 tahun. "Perang ini akan berakhir tanpa pemenang," ujarnya. Menurut perjanjian damai ia ditugaskan melucuti pasukannya sendiri. Perang saudara di Kolombia tercatat sebagai salah satu konflik paling berdarah di dunia. Konflik ideologi itu menyisakan 220.000 korban tewas, 40.000 orang hilang dan lebih dari lima juta pengungsi
Foto: picture alliance/AP Photo/R. Abd
8 foto1 | 8
"Perempuan punya tanggung jawab membesarkan anak”
Mahkamah India mengeluarkan putusan ini hanya beberapa hari setelah pemerintah India mengatakan bahwa perempuan tidak cocok mengisi pos-pos seperti kolonel dan brigadir di ketentaraan, dengan alasan para perwira laki-laki belum siap menerima perwira perempuan.
Pemerintah juga berpendapat bahwa perwira laki-laki dan perempuan tidak dapat diperlakukan setara karena "kapasitas fisik perwira perempuan tetap menjadi tantangan untuk menjadi komando unit."
Bahkan Panglima Militer dan Kepala Staf Pertahanan saat ini, Jenderal Bipin Rawat, sebelumnya berkomentar bahwa perempuan tidak siap mengambil peran tempur karena mereka bertanggung jawab untuk membesarkan anak.
Sebagian besar negara mempekerjakan perempuan dalam berbagai peran di angkatan bersenjata mereka, tetapi hanya sedikit negara yang mengizinkan para perempuan untuk mengambil peran tempur. Negara-negara tersebut antara lain yaitu Australia, Jerman, Israel dan Amerika Serikat. (hp/ae)