UU di Kosta Rika yang melarang pernikahan sesama jenis ditolak Mahkamah karena bertentangan dengan konstitusi. Parlemen diberi waktu 18 bulan untuk membuat UU baru.
Iklan
Dalam sebuah keputusan yang dipuji para pendukung LGBT dan dikecam kalangan gereja, Mahkamah Agung Kosta Rika menyatakan undang-undang yang melarang pernikahan sesama jenis bertentangan dengan konstitusi.
Dalam putusannya Rabu malam (8/8), Mahkamah menyatakan UU itu diskriminatif dan harus segera diubah.
Hakim Fernando Castillo mengatakan kepada wartawan, larangan itu tidak konsisten dengan pendapat yang dikeluarkan pada bulan Januari oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia Inter-Amerika, yang menyatakan pasangan homoseksual harus memiliki hak yang sama untuk menikah sebagaimana pasangan heteroseksual.
Mahkamah Agung memberi anggota parlemen Kosta Rika waktu 18 bulan untuk mencabut UU itu dan menerapkan aturan yang baru. Jika mereka gagal memenuhi batas waktu itu, maka pernikahan sesama jenis akan secara otomatis menjadi legal.
Kalangan gereja menentang
Presiden Kosta Rika Carlos Alvarado menyambut putusan Mahkamah Agung.
"Kami akan terus melakukan kebijakan yang menjamin tidak ada orang yang akan menghadapi diskriminasi karena orientasi seksual atau identitas gender mereka, dan bahwa perlindungan negara diberikan kepada semua keluarga dalam kondisi yang sama," tulisnya di Twitter.
Namun Enrique Sanchez, anggota parlemen gay pertama di negara itu, mengatakan dia memperkirakan parlemen tidak akan mampu menyepakati undang-undang baru dalam waktu dekat.
"Apa yang saya lihat akan terjadi adalah, bahwa aturan itu akhirnya akan dinyatakan tidak konstitusional dalam waktu 18 bulan," kata Sanchez.
Keputusan mahkamah dikecam beberapa politisi dari kalangan gereja. Anggota parlemen Jonathan Prendas mengatakan bahwa keputusan itu "meletakkan pistol ke kepala kita" untuk mengubah hukum.
Kosta Rika, yang memiliki tradisi Katolik yang kuat, selama beberapa dekade terkahir juga mengalami kebangkitan gereja-gereja evangelis. Saat ini, anggota parlemen evangelis mengisi 14 dari 57 kursi di Dewan Perwakilan. Pernikahan sejenis menjadi isu yang sangat diperdebatkan selama pemilihan presiden Kosta Rika bulan April lalu.
Taiwan, Pertama di Asia Akui Pernikahan Sesama Jenis
Mahkamah konstitusional Taiwan mendukung pernikahan sesama jenis- Ini menjadikan Taiwan tempat pertama di Asia yang mengakui pernikahan sesama jenis. Keputusan penting itu mengubah hidup kaum LGBT di negara itu.
Foto: Reuters/T.Siu
Daphne & Kenny: 'Begitu undang-undang lolos, kita dapat perlindungan hukum
Daphne dan Kenny akan menikah pada akhir tahun 2017, lima bulan setelah Kenny berlutut di hadapan Daphne melamarnya, tepat pada saat digelarnya demonstrasi lesbian, gay, biseksual dan transgender di boulevard terbesar di Taipei. Keduanya mencoba pakaian pernikahan. Sampai saat ini, pasangan sesama jenis di Taiwan hanya dapat mendaftar sebagai pasangan hidup.
Foto: Reuters/T.Siu
Daniel Cho dan Chin Tsai: 'kita akan jadi yang pertama dalam antrean'
Hak-hak mereka seringkali terbatas dibandingkan pasangan suami istri heteroseksual. "Daniel pindah ke New York karena pekerjaan, tapi karena pemerintah Taiwan tidak mengakui hubungan kami, saya tidak dapat ajukan visa pasangan untuk pergi bersamanya ke NY. Jika undang-undang tersebut lolos, kami yang pertama antre mendaftar perkawinan." ujarnya.
Foto: Reuters/T.Siu
Hare Lin & Cho Chia-lin: 'Taiwan dapat berubah'
Hare Lin, berprofesi sebagai penerbit. Cho Chia-lin, seorang penulis. Keduanya percaya pada dunia yang berpikiran terbuka: "Ketika saya pertama kali mengadakan parade gay tahun 2003, hanya ada sekitar seribu orang peserta, namun beberapa tahun kemudian, pawai dihadiri 60 ribu orang," kata Lin."Juga ada artis, politisi, anggota dewan dan calon presiden yang gay. Saya percaya dunia bisa berubah."
Foto: Reuters/T.Siu
Aktivis hak LGBT, Chi Chia-wei: 'akan melanjutkan perjuangan'
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, yang dalam kabinetnya juga terdapat menteri transgender, menulis di Twitter: "Menyelesaikan perbedaan adalah awalnysa, lalu dibutuhkan semakin banyak dialog dan pemahaman."Aktivis hak-hak Gay Chi Chia-wei setuju: "Jika Taiwan menolak ke arah perbaikan, kami akan melanjutkan usaha kami dan membuat negara pelangi, bahkan sebuah revolusi."
Foto: Reuters/T.Siu
Wang Yi & Meng Yu-mei: 'Taiwan adalah negara demokratis'
Taiwan terkenal dengan parade gay tahunannya yang memamerkan semangat komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender. Seniman Wang Yi berkata, "Anda pikir kami ingin lewati proses berat ini? Kami memiliki hubungan yang sulit dengan orang tua kami. Tapi saya merasa diskusi tentang pernikahan sesama jenis harus dilakukan di bawah payung aturan hukum."
Foto: Reuters/T.Siu
Huang Chen-ting & Lin Chi-xuan: 'berjuang untuk perlakuan yang adil'
Huang Chen-ting dan Lin Chi-xuan: "Kami sama dengan pasangan heteroseksual. Diskriminasi ada dalam banyak bentuk, dari warna kulit, sampai orientasi seksual, tapi kita semua adalah manusia. Kita semua berjuang untuk perlakuan yang adil," kata Chi-xuan. Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan mayoritas penduduk Taiwan mendukung pernikahan sesama jenis.
Foto: Reuters/T.Siu
Leber Li dan Amely Chen: 'cinta antara kami kuat‘
Leber Li menyetir mobil membawa Amely Chen dan putra mereka Mork. "Adalah impian kami untuk bisa memiliki anak, kami memiliki anak melalui inseminasi buatan, tapi hanya satu dari kita yang bisa terdaftar menjadi ibu. Ini sangat tidak adil. Bayi itu memiliki cinta dua ibu. Keluarga terbentuk asalkan ada cinta," kata Chen.
Foto: Reuters/T. Siu
Huang Zi-ning dan Kang Xin: 'Kami adalah generasi penerus'
Pelajar Huang Zi-ning dan Kang Xin berpose selfie di Taoyuan. "Kelompok anti perkawinan sejenis mengatakan bahwa mereka menentang, karena ingin melindungi generasi berikutnya Tapi saya adalah generasi berikutnya Mengapa mereka mendengarkan orang-orang yang akan meninggal dunia dan bukan suara kami? Kita perlu keluarkan pendapat," Kata Zi-ning. (Ed: Nadine Berghausen/ap/as)