Diusulkan AS dan didukung oleh 123 negara termasuk Cina, resolusi Majelis Umum PBB tentang kecerdasan buatan atau AI dimaksudkan sebagai “langkah penting pertama.”
Iklan
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan suara bulat mengadopsi resolusi global pertama mengenai kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), Kamis (22/03).
Resolusi ini dimaksudkan untuk mendorong negara anggota PBB memastikan bahwa teknologi AI "aman, terjamin dan dapat dipercaya."
"Hari ini, seluruh 193 anggota Majelis Umum PBB berbicara dalam suara bulat, dan bersama-sama, memilih untuk mengatur kecerdasan buatan, alih-alih membiarkannya mengatur kita," kata Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Linda Thomas-Greenfield.
"Ini baru langkah pertama. Saya tidak berlebihan, tapi ini langkah awal yang penting," ujarnya.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Resolusi yang bersifat tidak mengikat ini diusulkan oleh AS dan disponsori bersama oleh Cina dan 122 negara lain.
Suara bulat yang mendukung sebuah resolusi di PBB adalah hal yang jarang terjadi, terutama dengan latar belakang volatilitas geopolitik yang tengah berlangsung.
Iklan
Seluruh dunia berlomba meregulasi AI
"Rancangan, pengembangan, penerapan, dan penggunaan sistem kecerdasan buatan yang tidak tepat atau berbahaya… menimbulkan risiko yang dapat… melemahkan perlindungan, pemajuan, dan kesempatan menikmasi hak asasi manusia dan kebebasan mendasar," demikian disebut dalam resolusi itu.
Resolusi ini muncul ketika pemerintah di seluruh dunia tengah mengerjakan inisiatif untuk membentuk dan mengatur perkembangan AI. Ini terjadi di tengah kekhawatiran bahwa AI dapat meningkatkan risiko terjadinya penipuan, menyebabkan hilangnya lapangan kerja, dan bahkan mengganggu proses demokrasi.
Kecerdasan Buatan: Akankah Robot Humanoid Menggantikan Manusia?
Robot yang dilengkapi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mengambil alih lebih banyak tugas dari manusia. Apa yang mampu dilakukan oleh mesin itu? Apakah mereka akan segera menggantikan manusia?
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Einstein sebagai panutan
Perusahaan Hanson Robotics yang berbasis di Hong Kong mengembangkan robot mirip manusia dan dikenal dengan robotika yang dilengkapi teknologi artificial intelligence (AI). Salah satu robot itu dinamakan "Profesor Einstein", terinspirasi dari fisikawan terkenal itu. Inovasi ini bertujuan agar pengetahuan dan humor Einstein dapat diakses oleh generasi mendatang.
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Semirip mungkin dengan manusia
Untuk membuat robot yang bisa semirip mungkin dengan manusia, kulit nanoteknologi yang disebut Frubber digunakan dalam proses pembuatannya. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan sistem operasi android yang menampilkan ekspresi wajah yang realistis. Nantinya perusahaan juga ingin memberikan robot kemampuan yang dimiliki manusia seperti cinta dan kasih sayang.
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Robot Sophia: Seorang warga dan duta besar
Perusahaan Hanson Robotics menciptakan robot humanoid sejak 2007 dan berkembang pesat dalam 10 tahun dengan modelnya "Sophia", yang menjadi robot pertama dan sejauh ini satu-satunya yang memiliki kewarganegaraan. Setelah dirilis ke publik, Arab Saudi menjadikan robot itu sebagai warganya. "Sophia" juga bekerja untuk PBB sebagai "duta inovasi".
Foto: ISAAC LAWRENCE/AFP/Getty Images
Dari pencuci piring hingga penjelajah luar angkasa
Robot "Beomni" adalah robot serbaguna, yang menurut pabrikan AS Beyond Imagination, dapat digunakan dalam berbagai cara. "Beomni" mampu membuka botol, memberikan suntikan, sehingga dapat digunakan dalam bidang gastronomi dan bidang medis. Bahkan direncanakan akan mampu melakukan perjalanan ke luar angkasa untuk membantu membangun konstruksi luar angkasa.
Foto: YouTube/CNET
Seni yang dibuat oleh kecerdasan buatan
Robot humanoid tidak hanya bisa melakukan tugas-tugas praktis, mereka bahkan punya kemampuan artistik seperti halnya dengan "Ai-Da Robot." Robot humanoid dari Engineered Arts adalah seniman dengan wajah manusia dan lengan robot. Dikembangkan pada tahun 2019, "Ai-Da" adalah sistem seni robotik pertama di dunia. Dengan bantuan algoritme, robot ini bisa menghasilkan gambar, lukisan, dan pahatan.
Foto: Avalon/Photoshot/picture alliance
Asli dan palsu
Ini adalah foto ahli robot Jepang, Hiroshi Ishiguro, yang berdiri di samping robotnya "Geminoid", yang terlihat seperti saudara kembarnya. Ishiguro dianggap sebagai bintang pop dalam penelitian robotika Jepang dan telah membuat tiruan android untuk Menteri Transformasi Digital Jepang, Taro Kono. Robot Ishiguro sedang dalam serangkaian workshop di Amerika Serikat, tanpa sang pembuatnya.
Foto: Naoki Maeda/AP Photo/picture alliance
Rekan seperjuangan
Robot humanoid juga sedang dikembangkan di Jerman. Pada musim gugur 2022, "Lena" menyelesaikan uji coba di kantor. Robot perempuan buatan laboratorium penelitian Leap in Time Lab yang dilengkapi kecerdasan buatan ini bekerja bersama rekan manusia selama delapan minggu. Di akhir fase uji coba, Lena telah memperluas kosa katanya sedemikian rupa sehingga dia mampu memberikan presentasi.
Foto: Boris Roessler/dpa/picture-alliance
Ilmuwan dan pelopor AI memperingatkan akan bahaya
Semakin banyak tugas yang diambil alih kecerdasan buatan, semakin besar pembahasan tentang dimensi etis dari perkembangan ini. Geoffrey Hinton, yang dikenal sebagai "ayah baptis AI", takut kehilangan kendali atas AI dan memperingatkan "risiko serius bagi umat manusia". Banyak yang mungkin segera "tidak lagi mengenali apa yang benar," katanya. Hinton baru saja mengundurkan diri dari Google. (ha/)
Pada bulan November 2023, AS, Inggris, dan puluhan negara lainnya menandatangani perjanjian internasional yang tidak mengikat tentang cara menjaga kecerdasan buatan tetap aman sehingga tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Perjanjian ini sebagian besar berasal dari sudut pandang keamanan siber.
Uni Eropa, pada tanggal 13 Maret, menyetujui serangkaian peraturan komprehensif pertama mengenai AI yang kemungkinan akan berlaku pada bulan Mei atau Juni. Sementara itu, negara-negara seperti AS dan Cina sedang menyusun pedomannya masing-masing.
Negara-negara lain seperti India dan Jepang juga telah melakukan upaya penting dan merilis pedoman AI. Namun, masih sangat sedikit dari upaya-upaya ini yang memiliki pengaruh signifikan atau memiliki kekuatan hukum.