1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Mengubah Kebiasaan Makan demi Perlindungan Lingkungan

Riesta Palupi Hasanah
31 Juli 2020

Banyak orang di Jerman yang sangat peduli terhadap lingkungan. Saya sendiri jadi ikut senang mengonsumsi makan organik bersama mereka. Bagaimana bisa? Oleh Riesta Palupi Hasanah.

Foto Riesta Palupi Hasanah di bagian produk organik di supermarket Jerman
Produk-produk organik di supermarketFoto: Privat

Sejak beberapa tahun, konsumsi makanan "bio" atau makanan organik sudah menjadi tren di keluarga-keluarga Jerman. Banyak rumah tangga yang memutuskan untuk mengganti gaya hidup dan kebiasaan makan mereka dengan mengkonsumsi makanan sehat itu, meskipun harganya dua sampai tiga kali lebih mahal dibanding bahan makanan biasa.

Riesta Palupi HasanahFoto: Privat

Apa yg memengaruhi mereka?

Seperti kita tahu, banyak orang di Jerman yang sangat peduli terhadap lingkungan. Pergerakan tersebut merupakan salah satu kampanye untuk menyelamatkan lingkungan. Bagaimana bisa?

Pertama, bahan makanan bio atau organik ditanam dengan pupuk alami yang tidak merusak lingkungan, karena tidak menggunakan pestisida dalam membantu pertumbuhannya. Jika tanaman ditanam dengan mengunakan pestisida, lama kelamaan unsur hara yang ada di dalam tanah akan hilang, dan tanahpun akan menjadi rusak. Mengkonsumsi makanan bio juga bisa mengurangi polusi tanah dan air. Selain itu, pestisida berasal dari bahan kimia, jadi dianggap kurang baik bagi tubuh manusia, bahkan katanya bisa menyebabkan kanker.

Kedua, daging bio dipercaya jauh lebih sehat karena hewan diternak dalam keadaan yang tidak stres. Maksudnya, hewan ternak itu diberi kebebasan untuk bergerak, seperti di Indonesia misalnya ayam kampung, dilepas begitu saja dan mencari makan di alam bebas serta tidak diberi pakan buatan yang mengandung bahan kimia atau disuntik hormon.

Makanan organik di supermarket di WetzlarFoto: Privat

Sapi juga diternak di dalam kandang yang luas di alam terbuka, bukan di dalam kandang yang sempit dalam jumlah besar. Sapi-sapi pun bisa bergerak lebih bebas dan katanya bahagia. Menurut penelitian, daging yang berasal dari peternakan seperti ini lebih segar dan lebih sehat.

Pengalaman pribadi dengan makanan bio atau organik

Tahun 2014, ketika saya bekerja sebagai aupair ( pengasuh anak), saya tinggal di satu keluarga Jerman yang dalam kesehariannya mengonsumsi makanan bio. Ketika saya bertanya: mengapa kalian memutuskan untuk mengganti kebiasaan makan kalian? Dan bahkan menjadi vegetarian? Mereka menjawab, karena ada salah satu anggota keluarga yang mengidap kanker dan hal itu sangat menyedihkan, ketika ia pergi untuk selamanya. Mereka sadar bahwa menjaga kesehatan sangatlah penting dan mereka memutuskan untuk mengkonsumsi makanan organik.

Satu alasan lagi mengapa mereka menjadi vegetarian, adalah untuk menyelamatkan lingkungan. Karena dalam peternakan sapi, begitu banyak gas methan yang dihasilkan yang bisa merusak atmosfer. Tidak hanya dari kotorannya, saat sapi mencerna makannya pun begitu banyak gas methan yang dihasilkan. Saya pribadi akhirnya ikut senang mengkonsumsi makanan organik bersama mereka, buktinya karena sering mengkonsumsi sayur dan buah, berat badan saya di Jerman turun beberapa kilo. 

Setiap minggu saya membantu mereka untuk berbelanja di toko khusus produk-produk bio di bilangan Wetzlar, sebuah kota kecil 1 jam dari Frankfurt, Hessen. Keluarga asuh saya sudah menjadi langganan tetap di sana dan sudah mengenal semua pekerja di sana. Waah…. Jika saya perhatikan, dalam satu minggu mereka bisa menghabiskan biaya sekitar 70 sampai 80 euro atau sekitar Rp.1.000.000. WOOOW…

Bagi saya sih uang segitu sangat banyak. Dengan uang segitu saya bisa membeli tas atau sepatu mahal.

Oh ya, di Jerman gerakan tersebut semakin marak alias semakin menjadi tren. Ditambah lagi banyak yang mendukung gerakan ini. Tidak sulit menemukan bahan makanan organik di Jerman, karena di setiap supermarket ada Bio-Ecke atau pojok bio, di mana dijual aneka produk organik. Tetapi ibu asuh saya sih bilang, dia lebih suka berbelanja di toko khusus bio. Karena menurutnya, keasliannya lebih terjamin, dan tidak sulit membedakan apakah makanan tersebut bio atau tidak. Produk bio biasanya memiliki Bio-Siegel atau label bio dan sudah melalui berbagai tes.

Produk bio (organik) dari supermarket di JermanFoto: Privat

Seberapa pentingkah mengonsumsi makanan bio?

Terkadang saya bertanya: Haruskah kita juga mengganti makanan kita dengan produk-produk organik di Indonesia? Sayangnya, di Indonesia gerakan tersebut belum begitu didukung. Belum banyak toko yg menjual produk-produk organik. Tidak semua supermarket menjual atau menyediakan produk organik, walaupun di zaman sekarang seseorang bisa saja saja membelinya secara online, tetapi biaya pengirimannya pun masih terbilang mahal.

Saya pribadi belum mengganti makanan saya. Tetapi saya memiliki sedikit lahan di belakang rumah saya, yg saya tanami dengan beberapa jenis sayuran seperti pokcoy, kangkung, bayam, cabai dan rempah-rempah seperti sereh, kunyit kencur dan lengkuas. Tetapi karena tidak menggunakan pupuk kimia, mereka tumbuh sangat lama, jadi saya pergi ke tukang sayur. Tapi bisa dikatakan, saya juga menanam sendiri tanaman organik. Hehehe…

Akhir kata, saya ingin menyampaikan bahwa sah-sah saja, jika seseorang mengambil keputusan untuk menganti kebiasaan makan mereka. Jika mereka merasa siap untuk mengeluarkan anggaran yang lebih besar untuk berbelanja bahan makanan organik, mengapa tidak? Saya pribadi menyiasatinya dengan membeli buah atau sayur yang tumbuh sesuai musimnya dan berasal dari petani lokal, karena tidak membutuhkan waktu yang lama untuk ditranspor, sehingga tidak menggunakan bahan pengawet khusus. Dan juga berbelanja harian, karena sayurnya lebih segar dan tidak lama disimpan dalam kulkas.

Jadi, apakah kalian juga ingin mengganti kebiasaan makan kalian?

*Riesta Palupi Hasanah adalah pengajar Bahasa Jerman di Jakarta. Juga memiliki Blog pribadi ethariesta.wordpress.com

**DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri. (hp)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait