1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiCina

Makin Banyak Proyek Batu Bara Cina di Luar Negeri Mangkrak

16 Juni 2021

Aliran investasi Cina untuk pembangkit listrik batu bara terhadang oleh kebijakan iklim di banyak negara. Sebuah studi mengungkap, kini kian banyak proyek yang dibatalkan, antara lain akibat konflik lingkungan

Pembangkit listrik tenaga uap di Hangzhou, Cina.
Pembangkit listrik tenaga uap di Hangzhou, Cina.Foto: Zhou Changguo/dpa/picture alliance

Satu per satu proyek pembangunan pembangkit listrik batu bara yang dibiayai Cina di luar negeri berguguran. Menurut sebuah studi yang dirilis Rabu (16/6), sejak 2017 jumlah proyek yang dibatalkan mencapai 4,5 kali lebih besar ketimbang yang disahkan. 

Riset yang digelar Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) itu mencatat, betapa investasi batu bara kian tergerus oleh upaya mereduksi emisi karbondioksida di banyak negara. 

Pembangkit listrik bertenaga batu bara tidak cuma menghasilkan emisi Co2 yang tinggi, tetapi juga merupakan salah satu sumber polusi udara paling besar. CREA menyimpulkan, gelombang pembatalan proyek pembangunan PLTU menyiratkan masa depan muram bagi industri tersebut.

Sejak 2016, sepuluh bank internasional yang tercatat paling banyak berinvestasi di sektor batu bara adalah milik Cina. Menurut CREA, sekitar 12 persen pembangkit batu bara di luar Cina ikut dibiayai dan dibangun oleh perusahaan Cina.

Saat ini beragam proyek berkapasitas total 80 gigawatt yang dibiayai Cina di seluruh dunia masih terus dikerjakan. Namun begitu, CREA meyakini akan semakin banyak proyek yang dibatalkan seiring meningkatnya tekanan publik.

Selain membiayai pembangunan pembangkit listrik di luar negeri, Cina juga tercatat sebagai pengguna batu bara terbesar di dunia. Dalam komitmen iklimnya, Beijing berencana akan memproduksi gas rumah kaca hingga puncaknya di tahun 2030, dan perlahan mengurangi emisi ke titik nol pada 2060.

Investasi di berbagai jenis sumber energi di dunia pada 2020 (Sumber: Badan Energi Internasional/IEA).

Pergeseran politik energi di Cina

Presiden Xi Jinping April silam mengatakan, baru akan mulai mengurangi konsumsi batu bara pada 2026, dan sepenuhnya berhenti pada 2050. Tahun lalu, Cina bertanggungjawab atas lebih dari separuh produksi energi batu bara di seluruh dunia.

Aliran investasi Cina belakangan memicu kekhawatiran, lantaran didominasi proyek infrastruktur atau pertambangan yang kerap memicu konflik lingkungan. Dalam sejumlah kasus, proyek-proyek tersebut diwarnai pelanggaran HAM. 

Saat ini sejumlah proyek yang dibiayai Cina diperkarakan oleh organisasi lingkungan hingga ke lembaga internasional. Mereka mengimbau Beijing agar mengarahkan investasi untuk sebalknya membiayai proyek energi hijau.

Pemerintah Cina sudah mengindikasikan ingin mengurangi investasi batu bara di dalam atau luar negeri. Menyusul perubahan yang diputuskan bank sentral awal tahun ini, "batu bara bersih” sudah tidak lagi memenuhi syarat untuk mendapat investasi hijau.

Industrial and Commercial Bank of Cina termasuk salah satu institusi keuangan terbesar yang sudah mengambil sikap. ICBC saat ini menyimpan aset batu bara terbesar, dan selama ini merupakan sumber investasi paling gemuk untuk proyek batu bara. 

Akhir Mei silam, salah seorang petinggi ICBC mengatakan pihaknya sedang menyusun "rencana dan kerangka waktu untuk penarikan mundur dari investasi batu bara,” kata Zhou Yueqiu, ekonom kepala di ICBC.

rzn/as (rtr,afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya