Polisi Mesir dituduh jadi dalang "dihilangkannya" banyak warga sipil sejak awal 2015. Diduga itu langkah membungkam oposisi. Demikian laporan Amnesty International.
Iklan
Amnesty International mempublikasikan laporan penghilangan sengaja warga sipil itu hari Rabu dan mengecam keras kepolisian Mesir. Menurut laporan itu, kepolisian dan aparat hukum bertanggungjawab dalam meningkat drastisnya jumlah orang yang "hilang," sejak awal 2015.
Korban sering mengalami "penganiayaan menyeramkan," termasuk syok sengatan listrik pada bagian tubuh yang sensitif, juga pemerkosaan. Departemen Dalam Negeri Mesir menyangkal melakukan kesalahan, namun membenarkan laporan bahwa banyak orang berada dalam, tahanan, tanpa merinci apakah prosesnya sesuai hukum.
Represi kelompok oposisi
Organisasi HAM yang berbasis di London itu menuduh, tindakan penyiksaan ditujukan untuk menekan oposisi. Penculikan seseorang sudah jadi instrumen standar polisi di Mesir. Setiap orang yang berani buka mulut harus memperhitungkan risiko itu. Demikian dikatakan Philip Luther, kepala bagian Timur Tengah dan Afrika Utara Amnesty International.
Menurut laporan, ratusan warga Mesir ditangkap di rumah mereka. Banyak dari mereka merupakan pendukung Mohammed Morsi, presiden yang pertama kali dipilih secara demokratis. Setelah ditangkap, mereka diangkut ke pusat penahanan yang dioperasikan oleh badan keamanan negara. Di tempat penahanan itulah sebagian dari mereka disiksa. Mohammed Morsi digulingkan kudeta militer yang dipimpin Abdel Fattah al Sissi bulan Juli 2013. Al Sissi sekarang jadi presiden Mesir.
"Metode penyiksaan, seperti dilaporkan saksi dan korban, termasuk syok listrik di bagian tubuh yang sensitif, seperti genital, bibir dan telinga. Juga tangan atau kaki yang diikat saat mengenakan borgol dan ditelanjangi. Demikian halnya dengan penyiksaan seksual termasuk pemerkosaan, pemukulan dan ancaman," demikian tercantum dalam laporan.
Salah satu warga yang mengalami penyiksaan adalah, Mazen Mohamed Abdallah. Remaja 14 tahun itu ditangkap September lalu. Ia sudah mengalami "penyiksaan mengerikan" berkali-kali, termasuk diperkosa dengan tongkat kayu, dengan tujuan agar ia memberikan pengakuan palsu. Demikian dinyatakan Amnesty International.
Laporan badan HAM tak dipedulikan
Musim Semi Arab: Awalnya dan Situasi Sekarang
Musim Semi Arab terjadi 2010 lalu. Namun, negara-negara Arab yang dulu dilanda revolusi masih tetap bergelut dengan berbagai masalah. Di banyak tempat, revolusi bahkan tak menunjukkan bekas. Berikut situasi lima negara.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Khalil Hamra
Tunisia, awalnya...
Peristiwa politik yang disebut "Revolusi Yasmin" diawali kerusuhan massal di seluruh negeri akhir Desember 2010. Awalnya peristiwa pembakaran diri penjual sayur Mohamed Bouazizi (17 Des 2010). Lalu 14 Januari 2011 Presiden Ben Ali meninggalkan Tunisia. 17 Januari 2011 PM Mohamed Ghannouchi dirikan pemerintahan sementara. 27 Februari 2011 Ghannouchi turun, dan digantikan PM baru Béji Caïd Essebsi.
Foto: AP
Tunisia, situasi sekarang
17 Jan 2011 Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi dirikan pemerintahan sementara. 27 Feb 2011 setelah sejumlah aksi protes besar-besaran, Ghannouchi turun, dan PM baru Béji Caïd Essebsi (foto). Tunisia hingga kini masih menghadapi banyak masalah. Antara lain masalah keamanan. Juli 2015 terjadi sebuah serangan teror di Sousse yang menyebabkan 38 orang tewas. 30 di antaranya berasal dari Inggris.
Foto: AFP/Getty Images/F. Belaid
Mesir, awalnya...
Perlawanan dimulai 25 Jan 2011, pada hari yang disebut "Hari Kemarahan“. 11 Feb Presiden Hosni Mubarak yang sudah berkuasa puluhan tahun turun jabatan, Dewan Militer ambil alih. Mereka jamin pemilu demokratis serta cabut situasi darurat yang sudah berlangsung 30 tahun. 2 Juni 2012 Mubarak dijatuhi hukuman seumur hidup. Setelah itu ia beberapa kali dihadapkan ke pengadilan karena sejumlah tuduhan.
Foto: AFP/Getty Images/M. Abed
Mesir, sekarang
Dalam pemilu antara 2011 dan 2012 Ikhwanul Muslimin dapat suara mayoritas di parlemen. Mohammed Mursi jadi Presiden. Partai liberal, kiri dan kekuatan sekuler protes dan memuncak Nov 2012. Serangkaian demonstrasi berakhir pada kudeta oleh militer. Mereka angkat Adli Mansur sebagai presiden sementara, dan akhirnya lewat pemilu Mei 2014, (Jenderal) Abdel al-Fattah al-Sisi (foto) jadi presiden.
Foto: Reuters
Libya, dulu...
Muammar Gaddafi (foto) diktator Libya antara 1969-2011. Ia penguasa yang paling lama bercokol di puncak kekuasaan Libya. Awal 2011 Musim Semi Arab menjalar ke Libya dan sulut demonstrasi di seluruh negeri. Gaddafi kehilangan kontrol. Maret sejumlah negara lancarkan serangan udara. Juni 2011 Gaddafi resmi dicari karena pelanggaran kemanusiaan. 20 Oktober 2011 Gaddafi tewas dibunuh saat buron.
Foto: Christophe Simon/AFP/Getty Images
Libya, situasi sekarang
Sejak 2011 Libya diguncang baku hantam antar milisi. Awalnya proses demokratisasi berjalan karena 2012 pemilu demokratis dilaksanakan. Partai sekuler ANK jadi kekuatan terbesar. Tapi partai Islam jadi mayoritas di parlemen. Pemerintah mayoritas Islam fundamental tidak mampu atau mau hapus milisi. Ansar al-Sharia bisa bergerak bebas. Presiden Nuri Abusahmain bahkan dirikan pasukan pribadi.
Foto: picture-alliance/dpa
Maroko, lima tahun lalu
Maroko adalah monarki konstitusional, dan sejak 1999 dipimpin Muhammad VI (foto). Negara miskin tapi stabil secara politik. Setelah seruan di Facebook, 20 Feb 2011 (Hari Kehormatan) ribuan berdemonstrasi tuntut reformasi politik dan demokrasi. Dalam kerusuhan jatuh korban tewas. Sebagai reaksi, Raja Maroko umumkan reformasi politik 10 Maret 2011.
Foto: Getty Images/AFP/A. Jocard
Maroko, situasi sekarang
Referendum konstitusi dilaksanakan setelah Musim Semi Arab. Perubahan yang disetujui 98% anggota parlemen, akui Tamazight jadi bahasa resmi disamping Arab. Sejumlah kewenangan dialihkan dari raja ke perdana menteri dan parlemen. Raja sekarang wajib angkat PM dari partai yang mayoritas di parlemen. Sebelumnya, Raja Maroko bisa mengangkat siapapun yang ia inginkan. Foto: istana raja.
Foto: DW/D. Guha
Aljazair, lima tahun lalu
Kerusuhan Aljazair (2010–2012) berkaitan dengan revolusi di Tunisia. Aksi protews warga awalnya disulut terus meningkatnya harga bahan pangan. Kerusuhan muncul secara spontan dan tidak terorganisir. Oposisi tuntut pencabutan situasi darurat, dan itu dipenuhi pemerintah tanggal 24 Feb 2011. Hingga pertengahan April ada kerusuhan dan demonstrasi. Foto: Presiden Abdelaziz Bouteflika
Foto: Rahim Ichalalen
Aljazair, situasi sekarang
Aljazair hingga sekarang tetap menghadapi banyak masalah. Presiden Bouteflika juga tetap berkuasa. Dalam pemilu 17 April 2014 ia terpilih jadi presiden untuk keempat kalinya. Menurut keterangan departemen dalam negeri, 81,5% suara diraih Bouteflika, dan 12,18% diraih penantangnya Ali Benflis. Foto: ibukota Aljir.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Schulze
10 foto1 | 10
Badan Nasional urusan HAM resmi Mesir menyatakan, sudah mengangkat 266 kasus penculikan ke Departemen Dalam Negeri mulai April 2015 hingga Maret 2016. Januari lalu, Departemen Dalam Negeri mengakui, lebih dari 100 orang, yang keluarganya mengajukan keluhan, memang berada dalam tahanan. Ditambahkan, mereka ditahan berdasarkan hukum. Departemen Dalam Negeri terus menyangkal mengambil tindakan di luar hukum.
Mohammed Morsi digulingkan kudeta militer yang dipimpin Abdel Fattah al Sissi bulan Juli 2013. Al Sissi sekarang jadi presiden Mesir. Pemerintahannya menyatakan organisasi Ikhwanul Muslimin, dari mana Mohammad Morsi berasal, beserta sayap politiknya sebagai organisasi teroris. Agustus 2013, militer yang dipimpin Al Sissi, yang ketika itu jenderal, melancarkan tindakan brutal yang mengakibatkan lebih dari 1.000 orang tewas.
Philip Luther dari Amnesty International mendesak presiden Mesir untuk menyampaikan pesan jelas agar praktek penculikan dihentikan, demikian halnya dengan penyiksaan oleh aparat keamanan. Bukan itu saja, ia juga menuntut agar Presiden Abdel Fattah al Sissi memerintahkan penghentian praktek perlakuan kejam kepada warga, dan menegaskan bahwa siapapun yang memerintahkan, melaksanakan atau ikut terlibat praktek-praktek itu akan diseret ke pengadilan.