1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Makin Sulit Mencari Apartemen di Perkotaan Jerman

21 September 2018

Menemukan apartemen di kota-kota Jerman perlu kerja keras. Apalagi bagi mereka dengan dana terbatas. Kritikus mengatakan, jika tidak segera ditangani, ini dapat menimbulkan konsekuensi politik dramatis.

Wohnungsgesuch in Berlin-Prenzlauer
Foto: Imago/Seeliger

"Ini membuat sangat frustrasi," keluh Michiko Park, yang bekerja di rumah penampungan wanita Troisdorf dekat kota Bonn. Tugasnya mencari apartemen sewaan di sekitar kota-kota di Jerman, misalnya Köln atau Bonn, untuk ibu muda dengan anak yang membutuhkan perlindungan karena mengalami kekeradasan dalam rumah tangga.

"Kadang-kadang," kata Michiko Park, "ibu-ibu ini mendapatkan sampai lima penolakan dalam sehari - yang benar-benar punya dampak psikologis pada mereka."

Jürgen Schönfeldt sangat menyadari kesulitan itu. Dia pengacara yang bekerja untuk asosiasi para penyewa Jerman Mieterverein cabang Bonn. Organisasinya mewakili 22.000 penyewa dan membantu menyelesaikan berbagai sengketa dengan pihak pemberi sewaan. Organisasi mereka cukup kuat, tapi tetap tidak berdaya menghadapi kondisi langkanya apartemen kosong.

"Hari-hari ini, sudah biasa ada sampai 50 calon penyewa yang datang meninjau apartemen yang akan disewakan dalam sehari," kata Schönfeldt. "Situasinya dramatis."

Terutama janda dengan anak kesulitan diterima sebagai penyewa apartemenFoto: picture-alliance/dpa/M. Kusch

Selama bertahun-tahun, kata Schönfeldt, organisasinya Mieterverein sudah memperingatkan pemerintahnya tentang kurangnya perumahan yang terjangkau di kota-kota Jerman. Tetapi para politisi tidak pernah menghiraukannya.

"Pemerintah Kota sering mengatakan, tidak perlu apartemen tambahan," ingat Schönfeldt. Menurut mereka, populasi Jerman akan turun, jadi percuma membangun rumah sekarang dan hanya akan membuat suplai rumah terlalu berlebihan. Itu memang prediksi lama. Itulah sebabnya pada 1990-an, pemerintah Jerman menjual sebagian besar bangunan dan tanah milik negara dan berhenti membangun perumahan baru.

Bisa berdampak politik dramatis

Hasilnya, saat ini banyak kota bahkan hampir tidak punya perumahan umum berkualitas rendah dan murah. Schönfeldt percaya ini adalah perkembangan berbahaya, yang pada akhirnya dapat menimbulkan konsekuensi politik dramatis. "Orang-orang jadi semakin frustasi, dan menyalurkan kemarahannya dalam pemilu dengan memilih partai ekstrem," katanya.

Bernd Viebach bekerja untuk biro real estate yang berbasis di Bonn, Kraft Immobilien, salah satu yang terbesar di wilayah ini. Dia setuju situasi di pasar penyewaan Jerman memang ketat. "Tapi sebenarnya ada perumahan yang cukup, hanya saja didistribusikan tidak merata," katanya. Dia mengatakan, di pedesaan ada banyak apartemen dan rumah kosong, namun tidak semua orang mau tinggal di desa.

Viebach mengakui, daerah pedesaan di Jerman diabaikan selama bertahun-tahun. Infrastruktur transportasi umum tidak memadai, jaringan internet jarang tersedia dan tidak ada cukup sekolah. Sehingga dapat dimengerti, hanya sedikit orang, terutama kaum muda, yang bersedia hidup di pedesaaan.

Situasi di perkotaan makin meruncing dengan adanya Platform swa rumah jangka pendek seperti Airbnb. "Satu dari tiga apartemen di Bonn sekarang ditawarkan di Airbnb, di kota Dusseldorf bahkan separuh dari semua apartemen," kata Viebach. Artinya, apartemen-apartemen itu tidak ditawarkan lagi di pasaran sewa biasa. (hp/yf)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Oliver Pieper Reporter meliput isu sosial dan politik Jerman dan Amerika Selatan.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait