Maskapai penerbangan milik Malaysia berencana melakukan PHK terhadap 30 persen karyawannya, sebagai bagian dari program restrukturisasi. Maskapai ini menelan kerugian berat pasca bencana yang menimpa dua pesawatnya.
Iklan
Perusahanan investasi milik negara, Khazanah Nasional, yang memegang 69 persen saham Malaysia Airlines, mengatakan, Jumat (29/08/14), bahwa dua kecelakaan yang menimpa dua pesawat tahun ini, penerbangan MH370 dan MH17, serta krisis keuangan yang tengah melanda, menjadi alasan untuk melakukan pembenahan. “Kami perlu satu awal baru,” dikatakan Direktur Azman Mokhtar.
Diperlukan biaya sekitar 1,44 miliar Euro untuk restrukturisasi dan investasi baru. Untuk itu, staf maskapai akan dikurangi dari sekitar 20.000 orang menjadi 14.000. Selain itu, Malaysia Airlines akan menghentikan rute yang tidak menguntungkan dan akan lebih sedikit mengoperasikan penerbangan.
Kecelakaan Tragis Pesawat Terbang
Lalu lintas udara tergolong paling aman dibanding lalu lintas darat atau laut. Tapi kecelakaan pesawat terbang pasti jadi berita besar.
Foto: imago/Rüdiger Wölk
Air Algerie
24 Juli 2014, pesawat Air Algerie yang membawa 110 penumpang jatuh di Mali. Insiden pesawat di ini, menambah daftar tragedi udara tahun 2014, setelah hilangnya Malaysia Airlines MH370, jatuhnya MH17 akibat tembakan rudal, dan kecelakaan ATR-72 yang dioperasikan TransAsia Airways Taiwan.
Foto: Reuters
MH17 Ditembak
17 Juli 2014, pesawat penumpang Malaysia Airlines MH17, rute Amsterdam- Kuala Lumpur jatuh di Ukraina terkena tembakan rudal darat ke udara. Seluruh dan kru --yang berjumlah hampir hampir 300 orang-- meninggal dunia.
Foto: AFP/Getty Images
Malaysia Airlines MH370
8 Maret 2014, Boeing 777-200 milik Malaysia Airlines terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing ketika tiba-tiba hilang dari radar di ketinggian 35.000 kaki. 239 penumpang dan awak nasibnya belum diketahui. Tim SAR mencari jejak pecahan pesawat di sekitar perairan Vietnam.
Foto: picture-alliance/dpa
Bhoja Air
20 April 2012, Boeing 737 milik Bhoja Air jatuh di dekat ibukota Pakistan, Islamabad, ketika berupaya mendarat saat badai. 127 penumpang dan awak pesawat tewas. Investigasi menunjukkan penyebab kecelakaan adalah pilot yang mengabaikan peringatan ko-pilot bahwa pesawat terbang terlalu rendah.
Foto: Reuters
Iran Air
9 Januari 2011, Boeing 727 milik Iran Air pecah berkeping-keping akibat terhempas di barat laut Iran. 77 penumpang dan awak tewas. Hasil investigasi penyebab kecelakaan hingga kini tidak diumumkan kepada publik.
Foto: picture-alliance/dpa
Air India
22 Mei 2010, Air India Express rute Dubai-Mangalore keluar landas pacu saat mendarat dan jatuh ke jurang. 152 penumpang dan awak tewas. Investigator menuding pilot yang bersalah. Keluarga pilot balik menuding manajemen maskapai penerbangan, menugasi pilot yang sudah kelelahan.
Foto: AP
Afriqyah Airways
12 Mei 2010, pesawat milik Afriqiyah Airways yang sedang terbang menuju Tripoli dari Johannesburg, jatuh di kawasan gurun pasir sekitar 2 km dari bandara, menewaskan seluruh 103 penumpang dan awak. Penyebab kecelakaan: pilot yang lelah dan kesalahan teknis.
Foto: AP
Pesawat Kepresidenan Polandia
10 April 2010, pesawat terbang yang ditumpangi Presiden Polandia Lech Kaczynski jatuh ketika berusaha mendarat saat cuaca buruk di kota Smolensk barat Rusia. Semua 96 penumpang termasuk presiden Polandia tewas. Penyebab kecelakaan: pilot dipaksa oleh pejabat tinggi di dalam pesawat untuk mendarat, walau cuaca buruk.
Foto: AP
Air France
1 Juni 2009, pesawat Air France tipe Airbus A330 terjebak badai saat penerbangan dari Rio de Janeiro ke Paris dan jatuh ke Samudra Atlantik menewaskan seluruh 228 penumpang dan awak. Penyebab kecelakaan: serangkaian kesalahan pilot dan terlambat bereaksi mengatasi masalah teknis.
Foto: picture alliance / dpa
Yemen Airways
30 Juni 2009, pesawat Airbus 310 milik Yemenia atau Yemen Airways yang sedang terbang menuju pulau Comoro jatuh ke Samudera Hindia, menewaskan 153 penumpang dan awak. Hasil investigasi penyebab kecelakaan: kesalahan pilot memasukan data pengendali hingga memicu masalah pada aerodinamik pesawat, serta diabaikannya peringatan bahaya oleh awak pesawat.
Foto: AP
10 foto1 | 10
Dilaporkan, akhir tahun 2014 Malaysia Airlines akan dihapuskan dari bursa Kuala Lumpur. Khazanah Nasional berharap, maskapainya dapat kembali meraup keuntungan dalam tiga tahun ke depan dan kembali menjual sahamnya di bursa lima tahun mendatang.
Rencana ini dikemukakan sehari setelah Malaysia Airlines mengeluarkan laporan keuangannya. Pada kuartal ke-dua, maskapai ini mengalami kerugian sekitar 74 juta Euro. Dengan demikian, pada paruh pertama tahun 2014, Malaysia Airlines telah merugi sebesar 180 juta Euro.
Maskapai yang tergabung dalam Alliant Oneworld yang diantaranya bersama British Airways dan Japan Airlines, selama tiga tahun terakhir tidak mampu meraup untung. Penyebab keterpurukan ini antara lain adalah meningkatnya persaingan dari maskapai penerbangan murah serta citra buruk akibat hilangnya pesawan MH370 bulan Maret lalu serta kecelakaan yang menimpa MH17 di Ukraina pada bulan Juli.