Kepolisian Malaysia membekuk tujuh tersangka teroris, tiga di antaranya merupakan warga negara Indonesia. Salah seorang tersangka diklaim berbaiat kepada kelompok teror Negara Islam Indonesia di Bandung.
Iklan
Kepolisian Malaysia menangkap tujuh tersangka teroris, tiga di antaranya merupakan warga negara Indonesia. Tersangka yang dibekuk antara 12 dan 17 Juli itu diduga merupakan anggota jaringan kelompok teror Islamic State di Asia Tenggara, klaim Inspektur Jendral Polisi, Mohamad Fuzi Harun.
Seorang tersangka asal Indonesia ditangkap setelah berbaiat dan mengikuti pelatihan militer dari kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Kelompok asal Bandung tersebut diyakini turut berafiliasi dengan Islamic State. Polisi menduga pria yang berusia 26 tahun dan menikah dengan seroang perempuan Malaysia itu berniat membawa isteri dan anak angkatnya ke Suriah untuk bergabung bersama ISIS.
"Isterinya seorang warga Malaysia yang juga sudah berbaiat kepada kelompok teror NII di Bandung," kata Fuzi.
Sementara warga Indonesia lain yang juga dijadikan tersangka berhubungan dengan anggota Jemaah Ansharut Daulah (JAD) yang turut membidani gelombang teror berupa serangkaian serangan bom di Surabaya. Seorang WNI lain yang mengaku anggota Islamic State ditangkap lantaran menyimpan 190 video dan foto aktivitas ISIS di ponselnya, serta mengunggah gambar tersebut ke akun Facebooknya.
Jejak Berdarah Aman Abdurrahman
Bahkan dari balik penjara pun Aman Abdurrahman mampu menghidupkan sel-sel teror yang telah mati untuk kembali beraksi. Pengaruhnya yang nyaris tidak berbatas membuat gentar Polri. Sebab itu ia kini dituntut hukuman mati
Foto: Reuters/Beawiharta
Yang Terakhir
Hukuman mati menjadi ancaman terakhir yang dihadapi Aman Abdurrahman, setelah sebelumnya menjalani lebih dari sepuluh tahun penjara. Rekam jejaknya penuh darah dan maut. Aman dianggap berbahaya karena pengaruh dan kapasitas keilmuannya yang kerap dijadikan pembenaran atas aksi-aksi teror di tanah air, termasuk untuk serangan bom oleh tiga keluarga di Surabaya dan Sidoarjo baru-baru ini.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Singa Tauhid Mencari Khilafah
Berkat loyalitas ideologinya, Aman Abdurrahman sering dijuluki "Singa Tauhid" oleh para jihadis. Reputasinya sebagai tokoh intelektual dibangun lantaran banyak mengkaji pemikian Abu Muhammad al-Maqdisi, ulama Yordania yang menjadi panutan ideologi kelompok teror Islamic State ISIS. Sebelum menjadi teroris, penganut Salafi itu rajin memberikan ceramah di Masjid As-Shofa di Lenteng Agung, Jakarta.
Kampanye ISIS di Nusantara
Menurut Suratno, dosen ilmu Filsafat di Universitas Paramadina dan Direktur The Lead Institute, selama di penjara Aman banyak membuat tulisan dan video berisikan ceramah yang dipublikasikan ke luar lewat jaringannya. Ia antara lain rajin mempromosikan ISIS ketika Abu Bakar Baghdadi mendeklarasikan negara Islam 2014 silam di Irak dan Suriah.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Mencari Surga Hingga ke Suriah
Kala itu ajaran Aman sudah banyak diadopsi oleh Mujahidin Indonesia Barat dan terutama Forum Aktivis Syariah Indonesia (FAKSI) yang pertama kali menyerukan agar Muslim Indonesia bergabung dengan kekhalifahan al-Baghdadi. FAKSI antara lain dikenal lewat sosok Bahrumsyah. Komandan ISIS di Asia Tenggara itu tewas saat bom mobil yang ia kendarai meledak secara prematur di Suriah 2017 silam.
Foto: Reuters
Panggilan Suci ke Nusakambangan
Setelah memperluas pengaruhnya dari balik jeruji penjara Nusakambangan, Aman akhirnya membantu pembentukan Jamaah Ansharud Daulah (JAD) pada 2015. Untuk itu ia memanggil Marwan alias Abu Musa dan Zainal Anshori untuk menjenguknya ke Nusakambangan dan meminta keduanya membentuk organisasi buat menaungi pendukung ISIS.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Geliat ISIS di Seluruh Penjuru Negeri
Baiat di Nusakambangan itu menjadi cikal bakal kelahiran teror ISIS di Indonesia. Setelahnya baiat serupa dilakukan di berbagai penjuru tanah air, antara lain di Jakarta, Bekasi, Bima, Lombok dan Poso. Aman bahkan dikabarkan berhasil membujuk Abu Bakar Ba'asyir dan jaringan teror lain buat mengucapkan sumpah setia kepada ISIS.
Foto: Getty Images/AFP/B. Nur
Teror Khilafah di Indonesia
Marwan memilih nama JAD untuk gerakan baru itu. Karena memiliki jejaring yang kuat, dia dibujuk Aman memimpin JAD di tingkat nasional dan Zainal Anshori di Jawa Timur. Sejak itu JAD mulai mematangkan rencana menebar teror khilafah di Indonesia. Mereka menggelar latihan militer di Gunung Panderman, Malang, jelang serangan pertama di Jalan Thamrin 2016 silam. (rzn/as - dari berbagai sumber)
Foto: Reuters/Beawiharta
7 foto1 | 7
Adapun seorang warga negara Malaysia berusia 34 tahun dituding melayangkan ancaman pembunuhan terhadap raja Malaysia, Sultan Muhammad V, Perdana Menteri Mahathir Mohamad dan Menteri Agama Mujahid Yusof Rawa. Polisi meyakini ancaman tersebut dibuat berdasarkan keyakinan bahwa sasaran pembunuhan merupakan "pemimpin tidak Islami yang pemerintahannya tidak berdasarkan hukum Syariah," kata Mohamad Fuzi.
Dua tersangka Malaysia lain adalah seorang perempuan dan seorang laki-laki berusia 20an tahun. Perempuan tersebut diduga mengirimkan uang sebesar US$ 10,300 kepada seorang militan Malaysia di Suriah, Muhammad Nasrullah, yang tewas pada Maret 2018. Sementara lelaki yang ditangkap dipercaya akan bergabung dengan ISIS di Suriah.
Ketujuh tersangka termasuk dalam ratusan orang yang ditangkap oleh kepolisian Malaysia sejak serangan granat di sebuah bar di Kuala Lumpur 2016 silam yang melukai delapan orang.
Daftar Serangan Teror JAD di Indonesia
Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan Islamic State alias ISIS adalah kelompok teror paling mematikan di Indonesia saat ini. Berikut serangan teror yang dilakukan anggota JAD di Indonesia sejauh ini.
Foto: REUTERS
Bom Thamrin, Jakarta
Serangkaian ledakan mengguncang Sarinah pada 14 Januari 2016 pukul 10.40 WIB. Para pelaku yang merupakan anggota JAD dan berjumlah tujuh orang membawa granat dan senjata api. Empat pelaku dan empat warga sipil tewas, sementara 24 lainnya mengalami luka-luka. ISIS mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut. Anggih Tamtomo alias Muhammad Bahrun Naim dicurigai mengarsiteki serangan di Jakarta
Foto: Reuters/Beawiharta
Serangan di Mapolres Surakarta
Seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di gerbang Mapolres Surakarta pada 05 Juli 2016. Kapolri saat itu, Badrodin Haiti, mengatakan pelaku yang bernama Nur Rohman memiliki hubungan dekat dengan Bahrun Naim. Keduanya sempat aktif di organisasi teror Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara yang juga ikut membentuk JAD. Serangan di Solo mengakibatkan seorang petugas mengalami luka-luka.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Surya
Bom Molotov di Samarinda
Serangan bom Molotov di Gereja Oikumene Sengkotek Samarinda pada 13 November 2016 menyebabkan empat orang anak-anak mengalami luka bakar, salah seorangnya yang bernama Intan Olivia Marbun akhirnya meninggal dunia. Pelaku yang bernama Juhanda merupakan anggota JAD Kalimantan Timur dan pernah dipenjara terkait teror bom buku tahun 2011 di Tanggerang.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/P. Utama
Bom Kampung Melayu
Dua ledakan di Kampung Melayu pada 25 Mei 2017 menewaskan lima orang dan melukai belasan lainnya. Wakapolri Komisaris Jenderal Syafruddin saat itu mengklaim ISIS melalui JAD bertanggungjawab atas kebiadaban tersebut. Buntutnya polisi menggelar operasi penggerebekan di seluruh Indonesia dan menangkap 22 tersangka teroris yang sebagian merupakan anggota JAD.
Foto: Reuters/Antara Foto
Ledakan di Bandung
Ledakan dahsyat mengguncang kawasan pemukiman penduduk di Jalan Jajaway, Bandung, 8 Juni 2017. Ledakan yang diduga berasal dari bom panci itu terjadi akibat kecelakaan, Polisi akhirnya menangkap lima terduga teroris lantaran memiliki bahan kimia untuk pembuatan bom. Mereka, termasuk Agus Wiguna, dipastikan berafiliasi dengan kelompok JAD Bandung Raya.
Foto: Reuters/Antara Foto/N. Arbi
Kerusuhan di Mako Brimob
Meski diklaim tidak direncanakan, pemberontakan narapidana teror di Mako Brimob, Depok, pada 9 Mei 2018 silam turut melibatkan anggota senior JAD. Aman Abdurrachman yang mendirikan organisasi teror itu bahkan sempat diminta menjadi mediator oleh para narapidana. ISIS sendiri mengaku bertanggungjawab dan mengklaim sudah merencanakan aksi yang menewaskan lima orang polisi dan seorang tahanan itu.
Foto: picture alliance / Photoshot
Serangan Bom Bunuh Diri di Surabaya
Tiga keluarga bertanggungjawab atas rangkaian serangan bom bunuh diri di tiga gereja dan mapolrestabes Surabaya, serta sebuah ledakan di Sidoarjo, pada Mei 2018. Para pelaku yang ikut mengorbankan anak-anaknya sebagai pelaku teror dikabarkan saling mengenal dan menjalin hubungan melalui jaringan JAD Jawa Timur. Salah seorang pelaku, Dita Oepriaro, adalah tokoh senior JAD.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Risyal Hidayat
Gagal di Riau
Sejak lama JAD Riau sudah merencanakan serangan kepada kepolisian. Akhir 2017 Densus 88 menggagalkan serangan dengan menangkap sejumlah figur kunci, serta mengamankan senjata api dan bom. Namun bukan JAD, melainkan Negara Islam Indonesia yang akhirnya berhasil melakukan serangan pada 16 Mai 2018. Seorang petugas meninggal dunia dalam insiden tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/D. Sutisna
Suami istri pelaku bom bunuh diri Makassar
Bom bunuh diri terjadi pada tanggal 28 Maret di gereja Katedral Makassar, saat umat merayakan Hari Minggu Palma. Dari hasil identifikasi polisi, pelaku merupakan pasangan suami istri berinisial LL dan EM dan merupakan bagian dari kelompok teroris JAD. Iniden itu dipicu oleh penangkapan terhadap 24 anggota JAD asal Sulawesi Selatan. (rzn/yf - detik, kompas, tribun, ap)