Pulau Spanyol yang biasanya dipenuhi hiruk pikuk turis Jerman dan Inggris ini sekarang sepi. Angka kemiskinan mulai meningkat, dan musim liburan berikutnya juga tak mungkin menyembuhkan luka dan duka pandemi.
Iklan
Tom Mardorf menganggap dirinya sebagai orang yang cukup berada dan menjadi bagian khusus penduduk Mallorca. Dia punya dua rumah di Mallorca dan sudah tinggal di sini sejak 1996 sebagai "penghuni paruh waktu". Pengusaha Jerman itu punya bisnis kosmetik organik dan nutrisi suplemen.
Pria Jerman berusia 58 tahun itu sebenarnya penduduk Malta, tetapi dia selalu datang ke Mallorca sesering mungkin. Tapi tahun ini, suasananya sungguh lain dan "mengejutkan", katanya kepada DW.
"Sesi liburan musim panas yang dibatalkan telah meninggalkan luka yang parah di mana-mana," katanya. "Kemiskinan telah meningkat dengan cepat."
Setelah lockdown pertama selama musim semi 2020, Mallorca sebenarnya jadi resor wisata Spanyol pertama yang diizinkan untuk dibuka kembali. Tapi hanya untuk periode yang singkat. Setelah dua bulan, angka infeksi kembali meningkat cepat dan pulau itu ditutup lagi untuk wisatawan selama musim panas, sampai sekarang. Mallorca disebut sebagai kawasan wisata yang paling menderita dari semua resor wisata Spanyol.
Ketergantungan besar pada pariwisata
Sekitar 75% dari seluruh pendapatan pulau itu berkaitan secara langsung atau tidak langsung dengan industri pariwisata. Maraknya serbuan pengunjung diiringi dengan peningkatan standar hidup dan kenaikan harga barang-barang dan biaya hidup. "Sisi buruk pariwisata massal itu sekarang menjadi terlihat secara brutal," kata Tom Mardorf.
Iklan
Pemerintah daerah sekarang sedang berdebat soal kemungkinan memperpanjang lockdown atau melakukan langkah pelonggaran. Tapi masih banyak yang takut akan terjadi lagi kondisi darurat seperti pada masa puncak pandemi tahun lalu. Sampai saat ini, mayoritas suara di pemerintahan cenderung memperpanjang lagi masa lockdown, namun berjanji akan ada "langkah-langkah penyeimbangan".
Pada masa-masa kritis tahun lalu, Tom Mardorf juga turut menyumbangkan keterampilan profesionalnya sebagai pedagang dan pengelola. Bekerja sama dengan gereja setempat, dia mengorganisir sebuah "bank makanan" dan turut menggalang dana. Dengan bantuan sumbangan pribadi, timnya yang terdiri dari 27 orang membeli makanan untuk menghidupi sekitar 70 keluarga.
Dampak Virus Corona Terhadap Turisme
Pandemi COVID-19 mengancam kehidupan sehari-hari di seluruh dunia. Khususnya sektor turisme terpengaruh, demikian juga para wisatawan.
Foto: SeaLink Travel Group
Perbatasan Australia tetap tertutup sampai bulan Desember
Australia memperpanjang pembatasan perjalanan selama tiga bulan lagi. Perbatasan tetap ditutup untuk wisatawan dari luar negeri sampai tanggal 17 Desember. Namun, pemerintah mengumumkan bahwa perjalanan domestik akan diperbolehkan segera untuk penduduk Australia. Hanya di negara bagian Victoria dengan metropolis Melbourne ada pengecualian berdasarkan lockdown sejak awal Juli.
Foto: SeaLink Travel Group
“The Edge” di New York dibuka lagi
Sejak tanggal 2 September, wisatawan bisa menikmati lagi pemandangan dari geladak kaca di lantai ke-100 gedung “30 Hudson Yards” yang terletak di Manhattan barat. Hanya beberapa hari setelah dibuka bulan Maret, geladak harus ditutup karena pandemi Corona. Dengan ketinggian 335 meter (1099 kaki) “The Edge” adalah lokasi wisata luar ruangan tertinggi di dunia barat.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Horsten
Jerman memperluas peringatan perjalanan global
Pemerintah Jerman memperluas peringatan perjalanan untuk sekitar 160 negara di luar Uni Eropa sampai tanggal 14 September. Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Jerman keputusan dari hari Rabu tgl 26 Agustus berdasarkan kenaikan laju infeksi Corona. “Situasi tidak akan mereda sampai tengah September sehingga peringatan perjalanan di seluruh dunia belum bisa dicabut”.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Arnold
COVID-19 menghantam turisme di Berlin
Selama 6 bulan pertama 2020 angka wisatawan di Berlin berkurang 59% dari tahun sebelumnya. Kantor Statistik mengumumkan tgl 10 Agustus bahwa hanya 2,7 juta wisatawan datang ke Berlin, angka terendah sejak 2004. Bahkan kemerosotan wisatawan dari luar negeri lebih buruk lagi: angkanya anjlok sampai 70 persen. Sejak Juni, angka wisatawan mulai naik dan sekarang mencapai 30-40% dari tahun sebelumnya.
Foto: picture-alliance/dpa/K. Nietfeld
Tes COVID-19 wajib untuk masuk Jerman
Siapa saja yang memasuki Jerman dari daerah berisiko tinggi wajib tes virus corona sejak 8 Agustus, sesuai dengan perintah menteri kesehatan Jens Spahn. Sekarang, banyak negara tergolong sebagai daerah berisiko, termasuk Amerika Serikat dan Brasil. Di Uni Eropa, Luxembourg, daerah Belgia Antwerpen dan daerah Spanyol Aragon, Catalonia dan Navarre tergolong daerah berisiko tinggi sejak awal Agustus.
Foto: Reuters/F. Bensch
Nepal buka puncak Everest bagi para pendaki
Meskipun situasi virus Corona tidak jelas, Nepal membuka puncak Everest bagi para pemanjat dan pendaki gunung pada musim gugur. Untuk mendukung sektor turisme, pemerintah memperbolehkan pendaratan penerbangan internasional sejak tanggal 17 Agustus. Negara Himalaya itu menutup perbatasannya pada bulan Maret menjelang musim semi yang biasanya mengajak ratusan pendaki gunung ke Nepal.
Foto: Vittus Länger
Penerbangan dibayangi ketakutan
Jumlah penerbangan wisata di dalam Eropa meningkat lagi. Menurut statistik asosiasi transportasi udara internasional (IATA), 62% penumpang takut terkena infeksi oleh penumpang yang duduk di sebelahnya. Menurut IATA, inilah alasan utama penurunan jumlah penumpang wisata yang sekarang hanya 45% dari biasanya. (bo/hp)
Foto: picture-alliance/ANP/J. Groeneweg
7 foto1 | 7
Kemiskinan datang "diam-diam"
Salah satu anggota tim adalah mantan pekerja hotel Paul Cameron. Warga negara Inggris berusia 40 tahun itu mengatakan, meningkatnya kemiskinan Mallorca memang tidak langsung terlihat. Seperti misalnya tidak ada peningkatan mendadak jumlah pengemis di jalan. Kemiskinan datang "diam-diam," katanya seraya menambahkan bahwa tidak hanya para pekerja restoran dan hotel yang kehilangan pekerjaan, melainkan juga sampai para arsitek dan pengacara.
"Kelihatan makin banyak orang di tinggal di tenda-tenda di sepanjang jalan," katanya kepada DW. Dia sendiri harus menghidupi istri dan ketiga anaknya dari tabungan mereka, tapi itu saja tidak cukup.
Bartji, seorang pemilik restoran berusia 55 tahun dari Belanda, mengatakan bahwa tekanan finansial dari lockdown makin lama makin dramatis. Dia sendiri terpaksa meminjam uang dari bank sampai 23.000 euro untuk menutupi biaya operasional. Bantuan dari pemerintah Spanyol datang terlalu lambat.
"Saya sejauh ini menerima bantuan langsung hanya sekitar 2.000 euro. Situasinya benar-benar dramatis," katanya