Mampukah Bantuan Tunai Tingkatkan Angka Kelahiran di Jepang?
16 Desember 2022
Pemerintah Jepang berniat membagikan uang tambahan senilai USD 592 atau lebih dari sembilan juta Rupiah untuk setiap kelahiran bayi. Langkah itu dirancang untuk menghadang kemerosotan pada jumlah populasi
Iklan
Meski baru sebatas rencana, inisiatif bantuan tunai sudah dikritik tidak akan mampu meyakinkan pasangan muda yang kewalahan menghadapi lonjakan harga dan pendapatan yang stagnan. Langkah serupa pernah dicanangkan di masa lalu, tanpa membuahkan hasil yang diharapkan.
Saat ini pun, setiap pasangan di Jepangsudah dijanjikan bantuan tunai sebesar lebih dari Rp 47 juta bagi bayi yang baru dilahirkan. Kementerian Kesehatan, Buruh dan Kesejahteraan mengusulkan agar bantuan diitingkatkan menjadi Rp. 57 juta per kelahiran.
Rencananya, aturan ini akan mulai diberlakukan di awal tahun fiskal pada 1 April 2023 mendatang.
Inisiatif Tokyo diperkenalkan setelah pengumuman jumlah populasi teranyar oleh Badan Pusat Statistik. Menurut laporan tersebut, penduduk Jepang berkurang dari 128 juta menjadi 125,7 juta antara 2017 hingga 2021.
Kondisi memburuk
Adapun hasil riset prapandemi yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet, populasi Jepang akan merosot menjadi 53 juta orang pada tahun 2100.
Negara Termahal di Dunia 2020
Negara-negara Eropa paling prominen dalam ranking 20 negara termahal dunia, yang dikeluarkan majalah CEOWORLD. Lima negara Asia juga termasuk di dalamnya.
Foto: Getty Images
Swiss
Ranking dibuat berdasarkan tingginya biaya hidup (Cost of Living Index) di negara-negara yang disurvei. Majalah Ceoworld mencatat, Swiss berada di posisi teratas dengan skor 122,4. Sebagian besar wilayah negara ini terletak di pegunungan Alpen. Foto: Davos, Swiss
Foto: DW/M. Kasper-Claridge
Norwegia
Norwegia berada di posisi ke dua dengan skor 101.43. Norwegia merupakan negara dengan kepadatan penduduk terendah kedua di Eropa. Foto: Gubuk nelayan tradisional di pulau Lofoten.
Foto: Imago Images/robertharding/E. Rooney
Islandia
Skor Islandia dalam Cost of Living Index 2020 adalah 100.48. Negara ini memiliki populasi hanya sebanyak 332.529 penduduk. Sementaranya luasnya 103.000 km persegi. Ini menjadikan Islandia negara dengan penduduk terjarang di Eropa.
Foto: picture-alliance/E. Rhodes
Jepang
Pada Cost of Living Index, skor Jepang 83.35. Penduduk Jepang berjumlah 128 juta orang, dan berada di peringkat ke-10 negara berpenduduk terbanyak di dunia. Foto: Tokyo dengan latar belakang gunung tertinggi Jepang, gunung Fuji.
Foto: Getty Images/K.Nogi
Denmark
Skor negara ini adalah 83.00. Denmark pernah menjadi negara yang memiliki iklim bisnis terbaik, berdasarkan ranking yang dibuat majalah Forbes. Foto: Ibukota Denmark, Kopenhagen dengan rumah warna-warni dan kapal layar kecil.
Foto: picture-alliance/imageBROKER/K. Petersen
Bahama
Pada Cost of Living Index, skor Bahama 82.51. Negara itu terdiri dari sekitar 700 pulau di kawasan Karibia. Foto: kawasan Harbour Island di ibukota Bahama, Nassau. (Sumber: Ceomagazine, Standard; Ed.: ml/ha)
Foto: Getty Images
6 foto1 | 6
Isu keuangan selama ini menjadi hambatan terbesar bagi laju kelahiran di Jepang. Menurut Kementerian Kesehatan, hanya sekitar 385.000 bayi yang dilahirkan pada enam bulan pertama tahun 2022. Jumlah tersebut berkisar 5 persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pemerintah memprediksi angka kelahiran di penghujung tahun akan lebih rendah ketimbang tahun lalu yang sebesar 811.604 kelahiran. Diyakini, kelahiran bayi di Jepang tahun ini tidak akan mampu mencapai angka 800.000, yang berarti jumlah terendah sejak pencatatan sipil pertama pada 1899.
Iklan
Kebijakan jangka pendek
"Bantuan pemerintah sangat membantu ketika saya melahirkan putra saya dan kami sangat bersyukur. Tapi uang tersebut tetap tidak membantu menutupi semua biaya rumah sakit,” kata Ayako, seorang ibu rumah tangga di Tokyo.
Biaya persalinan di Jepang rata-rata berkisar Rp. 54 juta, lapor harian Mainichi Shimbun. "Kami sebenarnya ingin punya anak lagi,” tutur Ayako lagi. "Tapi saya dan suami memutuskan situasinya sangat tidak memungkinkan.”
Pemerintah nasional dan daerah sebenarnya memiliki beragam insentif untuk orang tua. Termasuk di antaranya adalah tawaran kendaraan gratis atau sebuah rumah di pedesaan tanpa dipungut biaya sewa. Kebanyakan bantuan diberikan dalam bentuk uang tunai.
"Kebijakan ini tidak akan secara ajaib mengentaskan masalah populasi di Jepang,” kata Noriko Hama, Guru Besar Ekonomi di Universitas Doshisha, Tokyo.
"Kita tidak bisa memberikan uang kepada pasangan muda dan mengharapkan mereka akan punya anak lebih banyak. Masalahnya adalah buruknya infrastruktur sosial,” imbuhnya.
Mengintip Tempat Anak-Anak Tidur di Seluruh Dunia
Seniman Inggris James Mollison melanglang buana, dari Cina, Jepang, Nepal, AS hingga ke Brasil untuk memotret anak-anak dan mengintip kamar tidur mereka. Hasil karyanya "Where Children Sleep" dipamerkan keliling dunia.
Foto: James Mollison/Flatland Gallery/Utrecht/Paris
Kamar sempit
Dong, 9 tahun, tinggal di Provinsi Yunnan di barat daya China. Dia berbagi kamar dengan saudara prempuan, orang tua dan kakeknya. Keluarga itu miskin dan hanya memiliki sepetak tanah yang ditanami padi dan tebu. Dong berkata, jika besar nanti, ia ingin menjadi polisi, karena bisa "mengejar pencuri dan berlari kesana kemari".
Foto: James Mollison/Flatland Gallery/Utrecht/Paris
Ruang tidur luas
Harrison, 8 tahun, menjalani hidup yang sangat berbeda. Keluarga itu tinggal di sebuah rumah mewah di New Jersey, AS. Dia memiliki TV sendiri, kamar mandi dan dua ruang bermain besar. Dia adalah anak tunggal dan bersekolah di sekolah swasta. Perjalanan ke sekolahnya perlu waktu dua jam bermobil, tapi ibu Harrison menikmati waktu bersama putranya di dalam mobil. Harrison ingin menjadi dokter hewan.
Foto: James Mollison/Flatland Gallery/Utrecht/Paris
Dunia mainan
Kaya, 4 tahun dan orang tuanya tinggal di apartemen kecil di Tokyo. Rak-rak di kamar anak itu penuh dengan boneka. Ibu Kaya menjahit sendiri gaun gadis itu, biasanya sampai tiga potong dalam sebulan. Namun Kaya harus memakai seragam sekolah saat di kelas. Jika besar nanti, dia ingin menjadi seniman komik dan menggambar anime Jepang.
Foto: James Mollison/Flatland Gallery/Utrecht/Paris
Tempat tidur bersama di lantai
Tidak setiap anak memiliki tempat tidur sendiri. Rumah Indira, 7 tahun di Kathmandu, ibukota Nepal hanya punya satu kamar. Di malam hari, ia dan saudara-saudaranya tidur bersama di atas kasur di lantai. Indira telah bekerja di tambang granit selama empat tahuun, pekerjaan yang berbahaya, karena banyak anak di sana tidak memakai kacamata pengaman. Dia ingin menjadi penari suatu hari nanti.
Foto: James Mollison/Flatland Gallery/Utrecht/Paris
Tempat tidur susun, bergaya asrama
Sherap, 10 tahun tinggal di sebuah biara di Nepal. Bocah itu berbagi kamar dengan 79 anak laki-laki lain yang sedang dilatih sebagai biksu. Mereka tidur di ranjang susun dan memiliki sedikit barang pribadi. Orang tua Sherap mengirimnya ke sana. Mereka percaya, jika salah satu putra mereka masuk biara, itu akan membawa keberuntungan bagi keluarga.
Foto: James Mollison/Flatland Gallery/Utrecht/Paris
Ratu kecantikan
Jasmine, 7 tahun dan keluarganya tinggal di sebuah rumah besar di Kentucky, AS. Mahkota dan ikat pinggang yang dia menangkan dalam kontes kecantikan anak-anak menghiasi kamarnya. Dia berlatih untuk pertunjukan panggung setiap hari. Ini hobi mahal, orang tuanya harus merogoh kocek hingga beberapa ribu dolar per kontes.
Foto: James Mollison/Flatland Gallery/Utrecht/Paris
Gelar tikar di lantai tanah
Ahkohxet, 8 tahun adalah anggota suku Kraho, yang tinggal di lembah Amazon di Brasil. Warga Kraho percaya bahwa Bumi diciptakan oleh matahari dan bulan. Warna merah di dada anak laki-laki itu adalah bagian dari ritual suku. Sungai terdekat memasok air bagi mereka. Warga suku menanam separuh dari kebutuhan makanan mereka sendiri di tanah yang tidak subur.
Foto: James Mollison/Flatland Gallery/Utrecht/Paris
Seorang bintang pop dan mimpi
Thai, 11 tahun bersama saudara-saudaranya dan orang tuanya tinggal di lantai tiga sebuah blok apartemen di Rio de Janeiro. Orang tuanya tidak terlalu kaya, tetapi mampu bertahan hidup di kota. Gadis itu telah menghiasi kamarnya dengan poster Felipe Dylon, bintang pop Brasil. Pameran "Where Children Sleep" berlangsung di Museum Edwin Scharff di kota Neu-Ulm Jerman hingga 6 Februari 2022. (rs/as)
Foto: James Mollison/Flatland Gallery/Utrecht/Paris
8 foto1 | 8
Jepang sering dikeluhkan mengalami kekurangan tempat penitipan anak bagi orang tua yang bekerja. Sementara hampir semua kegiatan ekstrakurikuler atau olahraga tergolong berbiaya mahal. "Jika situasinya tidak membaik, angka kelahiran di Jepang juga tidak akan meningkat.”
Utopia demografi
Salah satu beban keuangan terbesar bagi orang tua adalah biaya "juku” atau kelas tambahan yang dibutuhkan agar anak bisa lolos ke sekolah atau perguruan tinggi ternama.
Bagi orang tua, perguruan tinggi dipastikan membebani kas keluarga, bahkan jika sang anak bekerja sambilan untuk menambah uang saku.
"Kebijakan ini khas pemerintahan Jepang yang berpikir jika mereka membagi-bagikan uang, masalahnya akan tuntas,” kata Prof. Noriko. "Pemerintah benar-benar hidup dalam utopianya sendiri. Mereka tidak mengerti masyarakat, ketakutan dan kebutuhan mereka.”
"Sampai kita punya pemerintahan yang benar-benar memahami kebutuhan masyarakat, situasi ini tidak akan berubah.”