Keberhasilan menyelenggarakan Asian Games menempatkan Indonesia sebagai kandidat kuat untuk menjadi tuan rumah Olympiade 2032. Tapi mampukah Indonesia menggelar pesta olahraga terakbar sejagad itu?
Iklan
Hingga beberapa pekan silam, gagasan Indonesia menjadi tuan rumah Olympiade mungkin akan menjadi bahan tertawaan. Tapi penyelenggaraan Asian Games yang dinilai sukses boleh jadi menempatkan Indonesia sebagai kandidat serius untuk menggelar even olahraga terbesar sejagad tersebut.
Hingga kini tidak ada satupun negara di Asia Tenggara yang membahas penyelenggaraan Olympiade musim panas secara serius. Artinya bahkan pencalonan diri pun sudah dianggap langkah maju di kawasan yang sedang menikmati pertumbuhan ekonomi pesat itu.
Baca Juga: <a href="https://p.dw.com/p/34COm/" target="_blank"> Media Asing: "Indonesia Gelar Asian Games Terbaik Sepanjang Massa"</a>
Meski kekhawatiran terhadap infrastruktur, terorisme, polusi dan kemacetan, Indonesia berhasil menuntaskan pembangunan dan renovasi semua venue serta menjamin penyelenggaraan yang mulus tanpa insiden berarti. Presiden Joko Widodo yang sedang membidik kemenangan di Pilpres 2019 secara mengejutkan mengumumkan pencalonan diri Indonesia untuk 2032.
Bahkan Presiden Komite Olmypiade Internasional, Thomas Bach, pun ikut mendukung langkah tersebut. "Anda bisa melihat semua bumbunya sudah ada, Anda melihat bangsa yang muda dan sangat antusias," katanya ketika menghadiri acara penutupan di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, (2/9).
Semarak Penutupan Asian Games 2018
01:40
"Mereka mencintai olahraga, bekerja dalam organisasi dengan efisiensi yang tinggi. Jadi saya kira Indonesia akan menjadi kandidat yang kuat."
Antusiasme Bach terhadap Indonesia boleh jadi meruah lantaran banyak kota calon penyelenggara yang mengundurkan diri, lantaran biaya penyelenggaraan yang terlampau mahal.
September silam Paris dan Los Angeles dipilih sebagai tuan rumah Olympiade 2024 dan 2028. Sementara tuan rumah Olympiade 2032 baru akan diumumkan secara resmi pada 2025. Untuk itu Indonesia harus bersaing dengan Jerman, India, Cina dan Australia.
Tommy Apriantono, dosen olahraga di Institut Teknologi Bandung, mengatakan Indonesia harus mengerahkan semua sumber daya untuk menjaga peluang terpilih sebagai tuan rumah Olympiade.
Baca Juga: <a href="https://p.dw.com/p/2vlV9/" target="_blank"> Olympiade Tokyo 2020 Dituding Percepat Deforestasi di Indonesia"</a>
"Kita berhasil menggelar Asian Games meski sejumlah kelemahan. Saya kira Indonesia cukup mampu, tapi kita harus benar-benar mempersiapkan diri untuk itu," ujarnya. "Ini adalah kesempatan Indonesia untuk menjadi bangsa yang diakui di dunia," imbuhnya
Sementara Budiarto Shambazy, redaktur senior harian Kompas, mengatakan pencalonan Indonesia "sangat realistis."
"Pada saat ini pencalonan Indonesia baru sebatas pernyataan presiden. Tapi saya kira ini cukup untuk mengambil langkah selanjutnya dan menunjuk pihak yang akan bertanggungjawab dalam proses pencalonan," imbuhnya. Namun begitu ketua panitia penyelenggara Asian Games 2018, Erick Thohir, sudah lebih dulu mengatakan tidak ingin mengemban tugas serupa di 2032. Saat itu, katanya, dia sudah pensiun.
rzn/ap (afp)
Emas untuk Indonesia di Asian Games 2018
Kegemilangan kontingen Indonesia pada Asian Games 2018 sudah melampaui torehan pada ajang serupa tahun 2014 di Korea Selatan. Cabang olahraga mana saja yang berhasil menyumbang medali emas untuk Indonesia?
Foto: Reuters/C. Mcnaughton
Penyumbang emas pertama
Defia Rosmaniar (23 tahun) menjadi atlet pertama yang menyumbangkan medali emas untuk Indonesia di ajang Asian Games 2018. Atlet cabang olahraga taekwondo itu meraih gelar dalam nomor pertandingan poomsae, seni yang dipadu iringan musik. Emas kedua datang dari Lindswell Kwok dari cabang Wushu. Ia meraih total skor tertinggi (19,50) di antara 16 pewushu lainnya saat turun di nomor Taijijian.
Foto: picture alliance / Photoshot
Duet emas dari sepeda gunung
Emas ketiga disumbangkan Tiara Andini Prastika. Atlet dari cabang sepeda gunung nomor downwhill putri itu tercatat sebagai yang tercepat dalam Asian Games 2018. Saat berlomba di Khe Bun Hill Subang, Senin (20/08), Tiara membukukan waktu dua menit 33,056 detik, dan mengalahkan atlet Thailand, Vipavee Deekaballes dengan selisih waktu 9,598 detik...
Foto: picture-alliance/Xinhua
Downhill putra turut sumbang prestasi
... Khoiful Mukhib juga meraih medali emas pada mountain bike nomor downhill putra, Senin (20/8). Dia menjadi yang tercepat di nomor downhill dengan catatan waktu 2 menit 16,687 detik. Torehan waktu Khoiful lebih cepat 1,497 detik dari Shengshan Chiang asal Taiwan. Raihan emas dari Khoiful ini membuat tim sepeda Indonesia sukses mengawinkan emas pada nomor downhill putra dan putri.
Foto: picture-alliance/Xinhua
Angkat besi kian populer
Eko Yuli Irawan penuhi tugasnya sebagai lifter andalan Indonesia di Asian Games 2018. Medali emas untuk Eko Yuli Irawan dikalungkan langsung Presiden RI Joko Widodo yang hadir di JIExpo Kemayoran. Pria berusia 29 tahun itu tercatat sebagai sebagai lifter pertama yang menyumbang medali emas di ajang Asian Games. Ia berharap olahraga angkat besi bisa populer layaknya sepak bola dan bulu tangkis.
Foto: picture-alliance/Xinhua
Dua emas dari paralayang
Dua emas disumbangkan cabang olahraga paralayang untuk kontingen Indonesia di Asian Games 2018. Tim beregu putra yang diperkuat Hening Paradigma, Thomas Widyananto, Rony Pratama, Jafro Megawanto berhasil mencatat skor terbaik pada nomor akurasi. Sehari setelahnya, emas kedua dari cabang paralayang disumbangkan Jafro Megawanto pada nomor akurasi tunggal putra di Gunung Mas Puncak.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Emas dari panjat tebing
Atlet putri, Aries Susanti Rahayu menyumbangkan satu emas saat berlaga di Jakabaring Sport City, Palembang. Ia menjadi yang tercepat pada babak final ketika berhadapan dengan wakil Indonesia lainnya, Puji Lestari. Raihan ini membuat panjat tebing sekaligus menyumbang satu emas dan satu perak untuk kontingen Indonesia di ajang Asian Games 2018.
Foto: Reuters/E. Su
Dayung sumbang emas ke-9
Medali emas dipersembahkan cabang olahraga dayung bagi kontingen Indonesia pada Asian Games 2018, Jumat (24/8/2018). Tim putra Indonesia dari nomor Men's Lightweight Eight (LM8-) unggul atas tim Uzbekistan dan Hong Kong pada perlombaan di Jakabaring Rowing Lake. Indonesia mendapat lima medali dari cabang dayung, yakni satu medali emas, dua perak dan dua perunggu.
Foto: Getty Images/AFP/B. Kurniawan
Emas dari tenis
Pasangan ganda campuran, Christopher Benjamin Rungkat dan Aldila Sutjiadi, berhasil menyumbangkan medali emas kesepuluh pada Asian Games 2018 dari cabang olahraga tenis, Sabtu (25/08). Kedua atlet tenis ganda campuran itu mengalahkan pasangan dari Thailand dengan skor 6-4, 5-7, 10-7 di Arena Tenis Jakabaring, Palembang. (kompas.com, detik.com, bola.com)
Foto: picture-alliance/Photosport/A. Cornaga
Emas terbanyak dari Pencak Silat
Indonesia tampil mendominasi di cabang olah raga bela diri ini. Dari 14 nomor final mereka ikuti, 11 medali emas sudah direbut pesilat-pesilat nasional. Namun ada sejumlah kejanggalan dikeluhkan negara peserta Asian Games 2018 di cabang ini.
Foto: Imago/Xinhua
Dua emas dari bulutangkis
Dari cabang olah raga bulutangkis, Indonesia mendapatkan dua emas, dua perak, dan empat perunggu. Medali emas diperoleh Jonatan Christie pada nomor tunggal putra dan Kevin Sanjaya Sukamuljo dengan Marcus Fernaldi Gideon dari nomor ganda putra.
Foto: Getty Images/AFP/S. Tumbelaka
Sepak takraw berikan emas terakhir
Indonesia menambah perolehan emas Asian Games 2018 dari cabang olah raga sepak takraw Indonesia yang berjaya di final nomor kuadran putra. Kemenangan ini membuahkan medali emas ke-31.Tim sepak takraw putra Indonesia diperkuat Muhammad Hardiansyah Muliang, Nofrizal, Saiful Rizal, Husni Uba, Rizky Abdul Rahan Pago, dan Abdul Halim Radjiu.