Perusahaan keluarga di Jerman sering disebut sebagai motor utama perekonomian nasional. Tetapi sistem manajemennya jauh dari fleksibel dan dinamis, masih konservatif dan didominasi kaum pria.
Iklan
Nicola Leibinger-Kammüller adalah kekecualian. Dia menjabat Direktur UtamaTrumpf, perusahaan mesin dan teknologi laser Jerman. Namun, dia hanyalah segelintir eksekutif perempuan di jajaran atas sektor bisnis keluarga di Jerman. Menurut survei terbaru AllBright Foundation yang dirilis Rabu (10/06), hanya 7 persen posisi manajemen senior di 100 perusahaan keluarga terbesar Jerman ditempati oleh perempuan.
Perusahaan keluarga di Jerman, banyak yang didirikan lebih dari seratus tahun lalu, cenderung memelihara "budaya kepemimpinan yang nampak setua perusahaan itu sendiri," kata AllBright Foundation dalam laporan terbarunya berjudul: Perusahaan Keluarga di Jerman - Kaya Tradisi, Miskin Perempuan.
AllBright Foundation adalah organisasi nirlaba independen dengan kantor pusat di Stockholm dan Berlin. Yayasan Jerman-Swedia ini bertujuan "mempromosikan lebih banyak perempuan dan keberagaman di jajaran eksekutif sektor bisnis."
Sangat homogen di jajaran atas
Hampir tidak ada lagi perusahaan keluarga di Jerman yang masih dijalankan oleh keluarga tradisional. Bisnis operasional dalam banyak kasus dikelola oleh direksi yang disewa, atau anggota keluarga yang mengandalkan staf profesional dari luar keluarga.
Tetapi satu hal tetap tidak berubah, jajaran kepemimpinan perusahaan didominasi oleh pria lanjut usia. Mereka sering mendapatkan posisi itu melalui jaringan pribadi yang eksklusif, yang sulit dimasuki kaum perempuan.
Menurut survei AllBright Foundation, hanya 3% posisi Direktur Utama di 100 perusahaan keluarga terbesar Jerman yang diduduki perempuan. AllBright Foundation menyebutkan, kontinuitas perekrutan ini berdampak "negatif bagi perusahaan." Namun yayasan itu juga mencatat bahwa beberapa pemilik perusahaan keluarga sekarang “menyadari kelemahan itu” dan mempertimbangkan lebih banyak pelamar perempuan untuk mengisi jabatan direktur utama.
Keberagaman bisa meningkatkan inovasi
Di jajaran dewan komisaris, situasinya tidak berbeda. Hanya 36 perempuan saat ini berada di jajaran Dewan Komisaris dari 100 perusahaan keluarga terbesar Jerman. Menurut AllBright Foundation, pemilik perusahaan memang lebih sering memilih pria untuk mewakili kepentingan mereka dalam badan-badan pengambilan keputusan utama. Tidak mengherankan, lebih banyak perempuan duduk di Dewan Komisaris, jika pemilik perusahaan seorang perempuan. Demikian juga dengan komposisi jajaran direksi.
Reinhold von Eben-Worlee, presiden Asosiasi Perusahaan Keluarga Die Familienunternehmer, mengatakan bahwa hasil survei AllBright Foundation memang memperlihatkan dengan jelas kurangnya kesetaraan gender di sektor bisnis ini. "Intinya: Kompetensi perempuan dalam manajemen masih diremehkan di perusahaan-perusahaan keluarga Jerman," tulisnya dalam lampiran laporan survei.
Para penyusun laporan survei AllBright Foundation juga menyimpulkan: "Susunan tim kepemimpinan yang beragam bisa meningkatkan inovasi, dan pada akhirnya membuat keputusan yang lebih baik."
(hp/rap)
Sains Berutang Budi pada Perempuan-perempuan ini
Meski seksisme yang merajalela, sejumlah perempuan mampu membuktikan betapa gender tidak menentukan bakat seseorang. Hasil kerja mereka menjadi landasan kemajuan sains di era modern.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Thissen
Ada Lovelace, Matematika
Terlahir tahun 1815, Ada Lovelace adalah pakar matematika berbakat yang menulis instruksi program komputer pertama pada pertengahan abad 18. Ada termasuk ilmuwan paling pertama yang meyakini kalkulator memiliki kemampuan melebihi fungsinya sebagai alat menghitung. Namanya melambung setelah membantu pionir komputer, Charles Babbage, mengembangkan mesin komputasi pertama, Analytical Engine
Foto: public domain
Marie Curie, Fisika Nuklir
Marie Curie adalah perempuan pertama yang memenangkan hadiah Nobel, yang pertama mendapat dua penghargaan bergengsi itu dan satu-satunya manusia yang memenangkan hadiah Nobel di dua bidang yang berbeda. Dilahirkan pada 1867, Curie termasuk ilmuwan paling dikenal dalam sejarah berkat risetnya di bidang radiasi nuklir dan penemuan dua elemen baru, yakni radium dan polonium.
Foto: picture alliance/United Archiv
Rosalind Franklin, Kimia
Rosalind Franklin tidak pernah mendapatkan hadiah Nobel, meski karyanya bernilai penting buat ilmu pengetahuan. Pasalnya perempuan Yahudi asal Inggris ini berhasil mengungkap rahasia struktur molekuler DNA dan RNA. Berbekal hasil penelitian Franklin, dua ilmuwan lain, James Watson dan Francis Crick, berhasil menemukan DNA Heliks Ganda dan mendapat hadiah Nobel di bidang Kedokteran.
Foto: picture-alliance/HIP
Dorothy Hodgkin, Kimia
Pionir Biokimia Inggris, Dorothy Hodgkin, berteman dekat dan sering bekerjasama dengan Franklin. Ia mengembangkan teknik Kristalografi protein yang mampu mengungkap struktur biomolekul dan menjadi perempuan ketiga yang memenangkan Nobel Kimia pada 1964. Lima tahun setelah kemenangannya itu, Hodgkin kembali mencatat sejarah sains setelah berhasil mengurai struktur Insulin.
Foto: picture-alliance/dpa/Leemage
Elizabeth Blackburn, Biologi
Perempuan Amerika berdarah Australia ini memenangkan hadiah Nobel di bidang Medis pada 2009 silam. Bersama dua ilmuwan lain, Carol Greider dan Jack Szostak, Elizabeth Blackburn mengungkap bagaimana enzim telomer melindungi dan mengurangi kerusakan DNA, serta berperan pada proses penuaan. Hasil risetnya itu mendasari penelitian Kanker hingga kini.
Foto: picture-alliance/dpa/S.Merrell
Jane Goodall, Primatologi
Goodall bisa jadi merupakan pakar simpanse paling berbakat dalam sejarah. Ia menghabiskan puluhan tahun mempelajari perilaku sosial dan interaksi intim primata cerdas ini di Tanzania. Goodall yang juga menemukan bahwa satwa memiliki kepribadian unik sering dituduh melakukan Antropomorfisme alias mendefinisikan hewan berdasarkan atribut manusia.
Foto: picture alliance/Photoshot
Rita Levi-Montalcini, Neurobiologi
Dilahirkan di Italia 1909, karir Montalcini sempat mandek lantaran diskriminasi anti Yahudi yang marak di era Benito Mussolini. Karena dilarang bekerja, dia lalu membangun laboratorium di kamar tidurnya sendiri. Pada 1986 ia mendapat hadiah Nobel setelah berhasil mengosolasi Faktor Pertumbuhan Syaraf (NGF) dari jaringan kanker. Montalcini berusia 100 tahun ketika memenangkan Nobel.
Foto: picture-alliance/maxppp/Leemage
Jocelyne Bell-Burnell, Fisika
Pada 1967 Jocelyne Bell-Burnell menemukan sinyal yang berotasi secara berkala. Sinyal yang awalnya diduga pesan dari mahluk luar angkasa itu ternyata adalah bintang neutron. Penemuan tersebut dirayakan sebagai salah satu pencapaian terbesar Astronomi di abad ke-20. Hingga kini, keputusan panitia Nobel tidak menghargai hasil kerja Jocelyne masih menjadi kontroversi. (rzn/yf)