1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

291008 Migrationskonferenz Manila

29 Oktober 2008

Menurut perkiraan serikat buruh, krisis keuangan global dapat menghapus jutaan tempat kerja di negara-negara berkembang. Karena itu, jumlah pekerja migran dan imigran gelap akan meningkat secara nyata.

Pekerja migran di JermanFoto: DW/Peter Deselaers

Di sela-sela konferensi internasional tentang migrasi dan pembangunan di Manila, Direktur Organisasi Buruh Internasional ILO Sharan Burrow mengingatkan pada dampak krisis keuangan yang menghantam Asia 10 tahun silam. Dikuatirkan, para pekerja migran di negara-negara berkembang akan sangat menderita akibat krisis saat ini. Burrow memperhitungkan, sampai 20 juta pekerja migran bisa kehilangan pekerjaan.

Burrow mengatakan, "Berkaitan dengan krisis keuangan global, sejumlah negara sudah mengindikasikan bahwa mereka akan membatasi tenaga kerja asing. Yang terkena dampaknya bukan hanya pekerja bangunan, tapi terutama, tenaga kerja wanita dalam jumlah besar. Mereka lah yang pertama akan dipulangkan dan menghadapi pengangguran serta kemiskinan di negara asal mereka."

Sekjen PBB Ban Ki-moon menyerukan pada negara-negara dimana para pekerja migran mencari nafkah untuk melindungi hak mereka sebagai pekerja dan manusia.

"Adalah naif untuk berfikir bahwa krisis saat ini tidak berdampak pada arus migrasi lintas negara, juga pada persepsi masyarakat tentang imigran di tengah-tengah mereka. Arus migrasi sudah berbalik mundur. Kita melihat arus pekerja migran, meninggalkan sejumlah negara yang mengalami krisis, terutama di sektor konstruksi dan pariwisata, yang mempekerjakan banyak pekerja asing", kata Ban.

Utusan khusus PBB urusan migrasi Peter Sutherland mengatakan, para buruh asal Polandia yang bekerja di negara-negara barat mulai kembali ke tanah airnya menyusul terjadinya krisis keuangan global. Pemerintah di Manila menyatakan prihatin atas laporan yang menyebutkan Hong Kong berencana membekukan pembayaran upah ratusan ribu pekerja asal Thailand akibat menurunnya laju pertumbuhan ekonomi. Spanyol juga menginformasikan pada Manila mengenai penangguhan perjanjian untuk menerima pekerja kesehatan Thailand, akibat krisis keuangan global.

Sementara itu, di Manila, dimana Forum Global untuk Migrasi dan pembangunan dilangsungkan hingga Kamis ini (30/10), ratusan orang berdemonstrasi bagi perlindungan untuk pekerja migran. Christopher Ng dari Jaringan Kerja Serikat Buruh Internasional mengkritik, konferensi tersebut tidak memutuskan tindakan mengikat apapun guna melindungi pekerja migran.

Christopher Ng mengatakan, "Pekerja migran adalah insan manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia. Mereka memiliki hak sebagai manusia dan pekerja. Kami menuntut agar ditetapkan peraturan dan mekanisme untuk menjamin bahwa hak-hak itu dihormati, dan peraturan itu diberlakukan di seluruh dunia.

Pada kesempatan yang sama, Sekjen PBB Ban ki-moon mendesak negara-negara berkembang untuk tidak mengawasi pekerja asing terlalu keras. Ia berargumen, mobilitas pekerja dapat menjadi alat untuk mengangkat ekonomi dunia keluar dari kubangan masalah. Dunia bisa meredakan dampak krisis keuangan global dengan menjamin bahwa orang-orang dengan kapabilitas tepat, bisa cepat dipekerjakan di tempat yang tepat. (rp)