Jumlah energi yang diperlukan manusia saat ini tidak terbayangkan di abad sebelumnya. Bersamaan dengan itu, manusia merusak sumber hidup esensial. Untuk keperluan apa saja energi itu dan bagaimana batasi kerusakannya?
Iklan
Hingga saat ini, kita hanya mengenal satu planet di jagad raya yang mengembangkan format kehidupan lebih tinggi, yakni planet Bumi. Dan planet ini terus mengembangkan satu spesies, yang lebih maju dari spesies lainnya. Manusia. Mereka hidup dalam masyarakat yang kompleks dan menciptakan banyak peralatan serta peradaban.
Untuk itu, manusia memerlukan energi. Bahkan kini membutuhkan sangat banyak energi. Ahli geologi Reinhold Leinfelder mengungkap,para ilmuwan pernah mencoba menghitung dalam sebuah kerja besar, seberapa banyak manusia telah menggunakan energi.
Dalam 70 tahun terakhir, yang disebut zaman antroposen atau zamannya manusia, kebutuhan energi manusia meningkat satu setengah kali lipat dari penggunaan sepanjang 1.200 tahun sebelumnya. "Jadi terlihat sangat jelas, bagaimana penggunaan energi juga mengalami akselerasi", demikian disimpulkan Reinhold Leinfelder. Di zaman antroposen, manusia mengubah ekosistem dunia secara masif.
Manusia memakai 170 trilyun Kilowatt-jam energi setiap tahunnya. Juga populasi manusia terus tumbuh, dari delapan milyar saat ini, jumlahnya akan mencapai 10 milyar pada tahun 2050.
Dalam perburuan energi, manusia mengekploitasi habis-habisan planet bumi. Semua habitat, dalam jangka panjang terancam akan rusak. Yang paling fatal: semua ini punya keterkaitan tidak terpisahkan, dan terutama terlihat dari bahan pangan manusia.
Kebutuhan manusia melebihi kapasitas regenerasi alam
Volker Mosbrugger ahli paleontologi dari Museum Senkenberg di Frankfurt memaparkan, manusia hidup dari alam. Tapi tiap tahun manusia membutuhkan lebih banyak dari alam, ketimbang yang bisa tumbuh. Lebih jauh lagi, kita makan atau memakai modal, darimana kita hidup.
Iklan
Ia menekankan, ini tentu absurd. Karena itu berarti, bahan makanan saat ini, untuk manusia sejatinya adalah pemusnahan energi. Kehilangan energi terbesar ada pada produksi daging dari peternakan industrial, persentasenya hingga 90%.
Sedangkan padang penggembalaan dan budidaya pakan ternak memakan 80% dari lahan pertanian global. Ini Intervensi serius terhadap sebuah sistem yang ringkih.
Lapar umat manusia kelihatnya tidak pernah terpuaskan. Produk murah, monokultur dan hasil panen massal menggerus tanah makin parah. Cadangan air tanah di seluruh dunia menciut drastis.
Contohnya di Almeria, Spanyol, kawasan ini ibaratnya kebun sayurnya Eropa. Ahli geologi Reinhold Leinfelder mengatakan, tentu saja perkebunan memerlukan banyak air, dan juga perlu pupuk. "Agar prosesnya cepat dan hasil produksi tinggi dan juga murah, manusia menggunakan banyak fosfat, yang sumbernya akan habis. Selain itu juga nitrogen, yang separuhnya masuk ke perairan umum, dan pada akhirnya memberi pupuk berlebihan ke lautan", papar Mosbrugger.
Bukan itu saja, manusia membuang sekitar sepertiga dari seluruh produksi bahan pangan, yang diangkut dan didistribusikan ke seluruh dunia.
Ketika Tanah Subur Menghilang
Permintaan global akan bahan pangan, pakan ternak dan biomassa untuk membuat energi terus meningkat. Ironisnya akibat erosi dan tataguna lahan yang salah, setiap tahun 24 milyar ton tanah subur hilang dari muka bumi.
Foto: eoVision/GeoEye, 2011, distributed by e-GEOS
Habitat Bawah Tanah
Pada segenggam tanah hidup milyaran mikroorganisme yang menjamin bahwa lapisan humus menyimpan bahan nutrisi dan air untuk tanaman. Tanah juga merupakan penyimpan unsur Karbon kedua terbanyak setelah lautan, jauh lebih banyak ketimbang semua hutan di muka bumi dijumlahkan.
Foto: picture-alliance/dpa
Dihampari Beton dan Aspal
Kota-kota besar di seluruh dunia terus tumbuh meraksasa, lahan pertanian menghilang di bawah hamparan hutan beton dan aspal. Di bawah lapisan artifisial ini mikroorganisme dan binatang kecil dalam tanah mati kehabisan nafas. Air hujan tidak lagi meresap ke dalam tanah, melainkan terus mengalir menjadi banjir.
Foto: imago/Jochen Tack
Hilang Dihembus Angin
Lapisan kulit bumi yang peka, ibarat lapisan kulit manusia yang perlu perlindungan dari sengatan matahari, terpaan angin dan sergapan udara dingin. Lahan luas banyak yang mengalami kekeringan, dan pada saat dibajak dengan mesin lapisan Tipis tanah subur tergerus, terbawa angin dan lenyap.
Foto: WWF/E. Parker
Gurun Meluas
Eksploitasi lahan lewat penggundulan hutan, pemupukan berlebihan dan pengangonan ternak memicu kawasan yang sudah langka air menjadi kawasan gurun. Faktor iklim seperti kemarau panjang makin mempercepat reaksi berantai penggurunan yang dipicu aktivitas manusia yang tak ramah lingkungan.
Foto: picture-alliance/dpa
Tergerus Air
Ketika curah hujan tinggi menerpa lapisan hutan beton dan aspal, di saat lapisan salju mencair melanda daerah aliran sungai yang tidak lagi memiliki kawasan peresapan, dampaknya adalah gerusan air yang membawa lapisan subur dari kawasan ladang dan pertanian.
Foto: picture-alliance/dpa
Tanah Menjadi Asam
Budidaya Monokultur di lahan sangat luas memerlukan tambahan pupuk dan pestisida dalam jumlah besar, agar tetap bisa memberi keuntungan. Kebutuhan pupuk dan pestisida akan terus meningkat. Dampaknya lebih 40 persen lahan pertanian di dunia terancam hama kebal pestisida dan kehilangan kesuburan akibat tanah jadi asam karena terlalu banyak diberi pupuk kimiawi.
Foto: Yasuyoshi Chiba/AFP/Getty Images
Penggaraman Mengancam
Di sejumlah bendungan besar, akibat perubahan iklim air menguap lebih cepat ketimbang turunnya hujan. Tanah jadi kering, dan garam yang sebelumnya terlarut dalam air tertinggal di permukaan tanah. Dampaknya tanah tidak bisa lagi ditanami. Intrusi air asin juga jadi masalah besar di banyak kawasan pesisir.
Foto: picture-alliance/dpa
Tercemar Berat
Banyak lahan yang terkontaminasi limbah industri, sisa amunisi dan peralatan perang atau akibat pemupukan berlebihan. Pemulihan kembali tanah yang tercemar sangat sulit dan mahal onhkosnya. Cina saat ini menghadapi masalah besar terkait kontaminasi, karena dilaporkan 20 persen lahan pertanian di negara itu tercemar berat limbah beracun dan berbahaya.
Foto: Reuters
Lapisan Tanah Dikupas
Untuk menambang bahan mentah tanah dikupas dan digali. Misalnya di kawasan batubara muda di Jerman ini, dimana lapisan tanah dikupas lapis demi lapis. Akibatnya tata guna lahan untuk tujuan lainnya, seperti Biotop bagi perlindungan keragaman hayati, pertanian atau pemukiman juga dimusnahkan.
Foto: pommes.fritz123/flickr cc-by-sa 2.0
Pemulihan Perlu Waktu Lama
Alam perlu duaribu tahun, untuk memulihkan kembali lapisan tanah subur setebal 10 sentimeter dimana tanaman tumbuh dan nutrisi serta air bisa disimpan. Untuk melindungi tanah subur ini, PBB mencanangakan tahun 2015 sebagai "Tahun Tanah Internasional".
Foto: WWF/E. Parker
10 foto1 | 10
Pangan, pabrik dan mobilitas pelahap energi terbesar
Ahli Paleontologi Volker Mosbrugger mengatakan, pelahap energi terbesar di satu sisi adalah produksi bahan pangan serta pabrik produksi, dan di sisi lainnya seluruh sektor mobilitas.
Sejauh ini, kita hanya membatasi tindakan untuk mereduksi konsumsi energi besar di pabrik-pabrik. Di masa depan, juga penting harus semakin memperhatikan sektor mobilitas, jadi bukan hanya pabrik besar.
Sektor lalu lintas di seluruh dunia memproduksi lebih dari 8 milyar ton CO2 per tahun volumenya seperempat dari total emisi global CO2 per tahun. Selain itu ada tambahan emisi gas rumah kaca lainnya. Bahkan, jika manusia tidak bergerak, mereka juga mengkonsumsi energi.
Internet sejauh ini hanya memakai satu persen dari total kebutuhan listrik global. Tapi jejaring internet, jika diibaratkan sebuah negara, sekarang ini sudah menjadi konsumen listrik terbesar sedunia. Sekitar 4,5 milyar manusia di dunia terhubung secara online. Energi yang diperlukan buat 20 kali pencarian, bisa menyalakan sebuah lampu hemat energi selama satu jam.
Pelahap energi sebenarnya adalah alat pendingin untuk server besar internet, yang harus terus dihidupkan. Frankfurt merupakan salah satu simpul terbesar internet global.
"Kami memprediksi, dalam 10 tahun mendatang, kebutuhan energi ini akan meningkat hingga 14 persen. Ini pertumbuhan dalam skala besar, yang akan tiba, seiring dengan digitalisasi menyeluruh. Instalasi 5G saja dan nanti 6G merupakan pelahap energi besar," diperingatkan Mosbruger.
Inilah basis untuk teknologi penggunaan data intensif seperti rumah pintar atau kendaraan otonom. Revolusi digital bisa dibilang baru saja dimulai.
Sebenarnya setiap orang dalam aktivitas kesehariannya, bisa melakukan perubahan kecil, untuk mereduksi kerusakan bumi. Namun yang harus berubah besar-besaran terutama sistem dalam ekonomi dan bisnis.
Menurut Reinhold Leinfelder, sejauh ini smartphone memiliki komponen Lithium, demikian pula yang lainnya, yang jika didaurulang juga mengandung emas. "Artinya, kita harusnya menyadari ada nilai yang sepadan, bahwa apa yang pernah kita peroleh, benar-benar dipertahankan dalam siklus"
World Cities Day: Upaya Kota-kota Dunia Atasi Perubahan Iklim
Jumlah orang yang tinggal di perkotaan diperkirakan akan membengkak pada dekade mendatang, menambah tekanan pada kota metropolitan untuk mengurangi jejak karbon. Jadi, bagaimana upaya mengatasinya?
Foto: Reuters/S. Pamungkas
Tantangan pertumbuhan berkelanjutan
Menurut PBB, wilayah perkotaan menghabiskan lebih dari dua pertiga energi dunia dan bertanggung jawab atas 70% emisi karbon. Kota juga merupakan rumah bagi lebih dari separuh penduduk planet ini. Dengan perkiraan peningkatan populasi perkotaan, upaya kota-kota ini menangani air, polusi, limbah, transportasi dan energi menjadi sangat penting unguk mengatasi perubahan iklim.
Foto: Getty Images/AFP/T. Aljibe
Kopenhagen: Komitmen netralitas iklim
Kopenhagen berencana menjadi kota netral karbon pertama di dunia pada tahun 2025. Untuk sampai pada tujuan ini, ibu kota Denmark ini ingin 75% perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki, bersepeda atau dengan transportasi umum. Harga parkir mobil pun dinaikkan dan diinvestasikan untuk ratusan kilometer jalan sepeda. Sistem pemanas kota juga beralih menggunakan biomassa ramah lingkugnan.
Foto: Alexander Demianchuk/TASS/dpa/picture-alliance
Bogota: Mobilitas bagi jutaan orang
Data PBB menunjukkan bahwa sistem angkutan cepat bus di ibu kota Kolombia yang diluncurkan sejak tahun 2000 ini berhasil menurunkan emisi CO2 dan meningkatkan kualitas udara. Jaringan TransMilenio di Bogota mengangkut 2,4 juta penumpang setiap harinya dan mencakup 85% wilayah kota. Pemerintah berencana membuka metro pada 2022 dan mengganti bus diesel dengan bus hybrid dan lsitrik pada 2024.
Foto: Transmilenio Colombia
Johannesburg: Bertani di kota
Afrika dengan pertumbuhan kota tercepatnya di dunia menjadi tatanngan baru terkait permasalahan iklim seperti kerawanan pangan dan air. Di Johannesburg, Afrika Selatan, penduduk seperti Lethabo Madela menanam tanaman obat dan sayuran. Pejabat mengatakan kepada Reuters bahwa ada 300 pertanian semacam ini di kota berpenduduk 4,4 juta ini - di atap rumah, halaman belakang dan tanah kosong.
Foto: Guillem Sartorio/Getty Images
Singapura: Ruang hijau
Selain menyediakan makanan, taman juga dapat mendinginkan kota, menyerap CO2 dan mencegah banjir. Pusat bisnis Singapura terkenal akan jaringan area hijau dan taman yang mengesankan, termasuk Gardens by the Bay yang ikonik. Semua bangunan baru di negara-kota padat penduduk ini harus memiliki beberapa bentuk vegetasi, seperti taman gantung atau atap hijau.
Foto: picture-alliance/robertharding/B. Morandi
Oslo: Fokus kepada kualitas udara
Ibu kota Norwegia ingin mengatasi polusi udara dengan membuat semua mobil bebas emisi pada 2030. Oslo, dengan penduduk sekitar 690.000 orang, saat ini memiliki jumlah kendaraan listrik per kapita tertinggi di dunia. Pengemudi mendapatkan fasilitas seperti kredit pajak, akses jalur bus dan perjalanan gratis di jalan tol. Ketika polusi tinggi, kota dapat melarang sementara penggunaan mobil diesel.
Foto: DW/L.Bevanger
Seoul: Berurusan dengan sampah
Seoul berhasil kurangi limbah secara dramatis sejak tahun 1990-an dengan sistem "bayar saat membuang". Kota padat penduduk di Korea Selatan ini mendaur ulang 95% limbah makanannya, misalnya dengan tempat sampah otomatis yang menimbang dan menagih penduduk atas apa yang mereka buang dengan kartu identitas yang bisa dipindai. Limbah makanan kemudian diubah menjadi kompos, pakan ternak atau biofuel.
Foto: CC BY 2.0 kr
Rotterdam: Air dan pasang naik
Rotterdam rentan terhadap ancaman iklim seperti pasang naik karena berada di bawah permukaan laut. Untuk berlindung dari banjir, telah dibangun taman di puncak gedung untuk menyerap limpasan air, "alun-alun air" untuk menampung air hujan dan garasi parkir yang dirancang sebagai waduk. Pemerintah juga membangun struktur terapung - termasuk peternakan sapi ini - untuk menahan air yang merambah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Corder
Reykjavik: 100% energi terbarukan
Islandia dapat menghasilkan energi terbarukan dengan cukup murah berkat melimpahnya sumber daya hidro dan panas bumi. Ibu kotanya, Reykjavik, adalah kota Eropa pertama yang sepenuhnya mengandalkan listrik terbarukan untuk menghangatkan rumah dan kolam renang. Bahan bakar fosil masih digunakan untuk transportasi dan perikanan, tetapi kota ini berharap dapat menghapus emisi tersebut pada tahun 2040.
Foto: picture-alliance/U. Bernhart
Vancouver: Bangunan hijau
Bangunan merupakan sumber utama emisi di kota karena daya yang mereka gunakan untuk penerangan, pendinginan dan pemanas. Vancouver ingin menjadikan semua bangunan baru netral karbon pada tahun 2030 dan bangunan lama pada tahun 2050. Contohmya Vancouver Convention Center yang memiliki atap hijau dengan 400.000 tanaman untuk mengisolasi panas dan menggunakan air laut untuk pemanasan dan pendinginan.
Foto: robertharding/Martin Child/picture-alliance
Surabaya: Sampah botol plastik untuk tiket bus
Sampah plastik merupakan salah satu permasalahan utama. Kota terbesar kedua di Indonesia ini terpilih oleh Guangzhou Institute for Urban Innovation sebagai salah satu kota paling berkelanjutan. Pemerintah kota meluncurkan proyek bus 'Suroboyo' yang memungkinakan penumpang membayar tiket dengan botol plastik bekas dan berhasil mengumpulkan hingga 250 kg sampah plastik tiap harinya. (Ed.: st/ae)
Foto: Reuters/S. Pamungkas
11 foto1 | 11
Manusia membutuhkan ekonomi sirkular
"Apa yang kita butuhkan, adalah ekonomi sirkular yang sebenarnya", ujar Reinhold Leinfelder. Menurutnya, kita harus belajar dari biosfer. Energi matahari memberi kehidupan, apa yang tidak dibutuhkan lagi akan terurai, dan dari situ tercipta sesuatu yang baru. Tidak ada yang hilang.
Di dalam sebuah sistem tata nilai, di mana uang nyaris menentukan segalanya, manusia harus dimasukkan ke dalam neracanya, sebagaimana mereke marusak planet bumi.
Sektor pertanian di Jerman saja, memproduksi hasil panen senilai 21 milyar euro setiap tahunnya. Sementara ongkos produksinya mencapai 90 milyar euro, jika seluruh faktor kerusakan lingkungan ikut dihitung. Ini sebuah bisnis dengan kerugian amat besar.
"Kami menyebutnya eksternalisasi," kata Volker Mosbrugger, "Tidak ada manusia yang membayar untuk itu. Namun tiba-tiba masyarakat dihadapkan dengan masalah karbondioksida, nitrat dalam air tanah dan fosfat dalam ekosistem. "Dan masyarakat pula yang harus menanggung ongkosnya," tegas Mosbrugger, dan menambahkan, ini sebetulnya masalah besar, di mana kita harus melakukan perubahan.
Sebuah perubahan komprehensif menjadi sangat penting, agar planet Bumi punya masa depan. Untuk makhluk hidup paling cerdas di muka Bumi, kita seharusnya benar-benar dapat melakukan hal itu. (ml/as)