Manusia Kemungkinan Berperan Dalam Kepunahan 'Hobbit'
31 Maret 2016
Spesies manusia modern diduga berperan besar dalam kepunahan manusia kerdil “Hobbit” di Pulau Flores. Demikian hasil penelitian terakhir yang menghitung ulang masa kepunahan Homo floresiensis.
Iklan
Penemuannya dulu spektakuler: Fosil dari gua di Indonesia timur itu mengungkap eksistensi spesies manusia yang tingginya rata-rata sekitar satu meter, sehingga dijuluki "Hobbit." Dulu dalam penelitian itu, spesies Hobbit ini disebutkan punah sekitar 12.000 tahun yang lalu.
Sekarang, satu dekade setelah penemuan spesies manusia kerdil ini menjadi berita utama, hasil perhitungan terbaru menunjukkan data mengejutkan. Penelitian terbaru menunjukkan, hobbit mengalami kepunahan jauh lebih awal - sekitar 50.000 tahun silam, bukan 12 ribu tahun lalu.
Punah karena manusia modern?
Penelitian terbaru menimbulkan spekulasi tentang apakah hobbit mengalami kepunahan akibat kehadiran manusia modern Homo sapiens di pulau Flores. Tapi hasil penelitian tersebut tidak mengubah banyak signifikansi ilmiah mengenai kehidupan mereka, kata Matt Tocheri dari Universitas Lakehead, Ontario.
Tocheri dan timnya menulis studi baru bersama tiga peneliti sebelumnya yang dulu membuat laporan penemuan itu pada tahun 2004. Kini penelitian terbaru itu dirilis dalam jurnal Nature.
Para hobbit yang dikenal dengan nama ilmiah sebagai Homo floresiensis, bermukim di pulau Flores. Otak manusia kerdil ini berukuran sebesar otak simpanse, namun bentuk tengkoraknya menyerupai Homo erectus, yang hidup di Afrika dan Asia. Mereka juga memiliki lengan panjang dan kaki pendek.
Tidak jelas posisi mereka dalam pohon keluarga manusia. Mereka mungkin keturunan dari nenek moyang yang tingginya normal, yang mengalami proses evolusi menyusut tinggi badannya karena terisolasi di pulau.
Hobbit membuat perkakas dari batu, yang ditemukan bersama dengan sisa-sisa kerangka di gua Liang Bua, flores. Analisis terbaru mengatakan sisa-sisa peninggalan terngkorak mereka berusia 100.000 hingga 60.000 tahun, sedangkan alat-alat batu mereka berkisar antara 190.000 sampai 50.000 tahun.
Para peneliti kemudian merevisi perkiraan usia asli, setelah penggalian terkini mengungkapkan lebih lanjut tentang data geologi gua. Sedimen dijadikan contoh untuk penetapan umur artefak dan fossil tulang. "Saya pikir itu adalah studi yang hebat," kata Bernard Wood dari Universitas George Washington.
Penelitian lanjutan
Namun tersisa pertanyaan, bahwa apakah kehadiran manusia modern Homo sapiens mengakhiri kehidupan hobbit, seperti kepunahan Neanderthal di Eropa dan Asia sekitar 40.000 tahun yang lalu?
Tidak ada bukti bahwa manusia modern mendiami Flores, jauh sebelum kepunahan hobbit. Tapi diketahui, manusia modern tinggal tidak jauh dari lokasi itu, yaitu di Australia, sekitar 50.000 tahun yang lalu, bertepatan dengan kepunahan hobbit.
"Hal ini tentu masih dugaan," kata antropolog Karen Baab dari Universitas Midwestern di Glendale, Arizona, yang mempelajari hobbit, namun tidak berpartisipasi dalam studi baru yang dilakukan Tocheri dan timnya.
Richard Roberts dari Universitas Wollongong di Australia mengatakan: "Apakah para hobbit akan punah jika manusia tidak pernah mendarat di Flores? Dan jawabannya adalah 'tidak.' Manusia modern kemungkinan besar jadi faktor penentu dalam kepunahan mereka, tapi kita masih harus mencari bukti kuat untuk mendukung dugaan ini," kata Roberts."Satu hal yang pasti, pertanyaan tersebut akan menjadi fokus utama penelitian lebih lanjut," pungkasnya.
Homo sapiens hidup di Afrika sekitar 200.000 tahun lalu. Mereka bermigrasi ke kawasan-kawasan lain di berbagai belahan dunia. Pertemuan dengan spesies manusia lain, seperti Neanderthal, menunjukkan tidak lama kemudian spesies lainnya mengalami kepunahan, dan manusia modern hingga sekarang menguasai bumi.
ap/as(trt/ap)
Ketika Mereka Masih Melangkah di Bumi....
Punahnya spesies kerap mengkhawatirkan kita, padahal ini bukan fenomena baru. Kematian massal sudah berkali-kali terjadi di bumi. Dan kehadiran manusia tidak membantu memperbaiki situasi...
Foto: Donald E. Hurlbert, Smithsonian Institution
Homo Floresiensis atau "Hobbit"
Orang yang memandang dengan serius ini ditemukan 2003 di pulau Flores, Indonesia. Tingginya tidak sampai semeter, kira-kira setinggi tokoh karya pengarang J. R. R. Tolkien, Hobbit, jadi dinamakan demikian. Hobbit kemungkinan berbeda dari manusia modern. Tetapi kedua jenis ini mendiami bumi, sampai Hobbit punah 15.000 tahun lalu. (Foto: Smithsonian’s Human Origins Program)
Foto: Smithsonian’s Human Origins Program
Brachiosaurus
Spesies ini menghilang dari bumi 150 juta tahun lalu, dan sekarang hanya tampak dalam film-film Hollywood. Sebagai salah satu spesies terbesar yang pernah hidup di bumi, hewan herbivora ini pasti punya selera makan besar dan metabolisme mengagumkan. Untuk mencapai ukuran dewasa yaitu 13 meter, hewan ini perlu sekitar 15 tahun. (Foto: Museum für Naturkunde Berlin)
Foto: Museum für Naturkunde
Quagga
Hewan yang tampak seperti persilangan Antara zebra dan kuda ini adalah sejenis zebra. Tepatnya: spesies zebra dari Afrika Selatan. Penampilannya yang tampak seperti campuran ini tidak berkaitan dengan kepunahannya. Spesies ini banyak diburu pembuka pemukiman, dan kalah dalam perebutan makanan dengan hewan domestik. Quagga terakhir mati 1883. (Foto: Museum für Naturkunde Berlin)
Foto: Museum für Naturkunde
Serigala Marsupialia
Apa ini serigala atau anjing? Hewan ini kerap disebut serigala Tasmania atau macan Tasmania. Sebelum punah, ia marsupialia terbesar yang carnivora. Asalnya dari Australia, dan lama bisa ditemukan di pulau Tasmania. Tetapi pemukim dan anjing-anjingnya mendesak spesies pemburu yang aktif di malam hari ini. Spesies ini punah di tahun 1930an. (Foto: American Museum of Natural History /J. Beckett)
Foto: AMNH/J. Beckett
Mamut Rambut Wol
Agar bisa menghadapi masa es, mamut rambut wol perlu kulit berambut tebal. Di Museum Smithonian yang bersuhu ideal, rambut tebal tidak diperlukan. Mamut ini, yang ukurannya hampir sama dengan mamut Afrika, punah 5.000 tahun lalu. Penyebabnya tidak asing lagi: perubahan iklim dan manusia pemburu. (Foto: Smithsonian Institution)
Foto: Courtesy of Smithsonian Institution
Trilobit Psychopyge Elegans
Mahluk yang hidup di samudra ini dulu termasuk kelompok binatang yang berhasil hidup selama 270 juta tahun. Tetapi menghilang 250 juta tahun lalu akibat kematian massal. Spesies ini sekarang 'berkarir' untuk kedua kalinya, yaitu di situs lelang untuk fosil langka. (Foto: Museum für Naturkunde Berlin)
Foto: Museum für Naturkunde
Paraceratherium
Leluhur badak yang hidup jaman sekarang ini berukuran lebih besar sedikit dari keturunannya. Dengan berat hingga 20 ton, pemakan tumbuhan ini butuh dedaunan dalam jumlah besar dan hidup di daerah hutan di Asia Tengah. Ketika hutan-hutan menghilang, juga karena sebab lain, leluhur badak ini juga punah. Itu terjadi 23 juta tahun lalu. (Foto: AMNH/D. Finnin)
Foto: AMNH/D. Finnin
Antrodemus
Dengan foto ini, Antrodemus pasti bisa digunakan dalam film “Jurassic Park” karya Steven Spielberg. Tapi spesies yang hidup di bagian barat Amerika Serikat ini sudah punah 150 juta tahun lalu. Hewan berkaki dua ini dulu berada di posisi teratas rantai makanan. (Foto: Smithsonian Institution)
Foto: Courtesy of Smithsonian Institution
Merpati Pengembara
Ini Martha. Seekor merpati pengembara, yang diberi nama berdasarkan istri presiden AS pertama, George Washington. Martha adalah yang terakhir dari spesiesnya, dan mati 1914 di kebun binatang Cincinnati, Ohio, AS. Ia berasal dari Amerika utara, tetapi menghilang dari kawasan itu ketika manusia mulai menebangi hutan dan memburunya untuk dimakan. (Foto: Donald E. Hurlbert, Smithsonian Institution)