1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Marak Aksi Mogok, Serikat Buruh Kian Diminati di Jerman

6 Februari 2024

Mogok kerja lintas sektor yang melanda Jerman justru memperkuat posisi serikat buruh. Sebagian besar serikat pekerja melaporkan lonjakan jumlah anggota baru yang mengakhiri tren penyusutan sejak dua dekade terakhir.

Aksi mogok kerja pegawai di bandar udara Frankfurt, Februari 2024
Aksi mogok kerja pegawai di bandar udara Frankfurt, Jerman, 01/02Foto: Jörg Halisch/dpa/picture alliance

Ketika aksi mogok merajalela di Jerman, kini giliran petugas menara pengawas di 11 bandar udara yang berhenti bekerja.

Namun, maraknya mogok kerja tidak lantas meruntuhkan reputasi serikat buruh. Malah sebaliknya, Verdi, yang menggawangi 1,9 juta tenaga kerja lintas industri di Jerman, tahun ini mengaku mencatatkan rekor pendaftaran anggota baru sejak 22 tahun berdiri, yakni sebanyak 193.000 orang.

Serikat lain mengumumkan tren serupa. Serikat Masinis GDL, misalnya, juga mencatatkan kenaikan keanggotaan sebanyak 18 persen, sementara serikat buruh gastronomi melaporkan 20.000 anggota baru tahun lalu. Diyakini, semakin banyak tenaga kerja berusia muda di Jerman yang bergabung ke dalam sebuah perserikatan.

Stefan Körzell, fungsionaris Konfederasi Serikat Buruh Jerman, DGB, mengamini tren tersebut, dengan melaporkan lonjakan jumlah anggota di delapan organisasi perserikatan yang dinaunginya. "Kami sangat senang," kata dia kepada DW.

"Ini adalah isyarat positif. Kami menghadapi piramida usia seperti pada organisasi lain, atau partai politik, gereja, dan klub-klub lain. Saya kira, melalui kebijakan dan advokasi yang baik selama dua tiga tahun terakhir, kami berhasil membalikkan tren berkurangnya anggota serikat buruh."

Airport security staff go on strike in Germany

01:20

This browser does not support the video element.

Tren sementara gabung serikat buruh?

Namun begitu, Körzell mengakui bahwa penambahan jumlah anggota pada tahun lalu bersifat anomali. Pasalnya, keanggotaan serikat buruh di Jerman terus menurun sejak beberapa dekade terakhir. Keanggotaan DGB misalnya anjlok dari 9,3 juta orang pada pertengahan tahun 1990-an menjadi sekarang 5,6 juta orang.

Pergeseran demografi yang ditandai dengan gelombang pensiun generasi tua diyakini sebagai faktor utama di balik kemunduran serikat buruh di Jerman.

Verdi mengaku harus mendapatkan 150.000 anggota baru per tahun untuk bisa mengimbangi "penyusutan alami" jumlah anggota. Sebab itu, tren peningkatan jumlah pendaftaran keanggotaan dipandang sebagai sebuah kebetulan. Meski begitu, mayoritas anggota yang berusia muda dianggap membawa isyarat positif. Verdi mengaku sebanyak 50.000 anggota baru tahun ini berusia di bawah 28 tahun.

"Kita menyimak tren in di semua level," kata Körzell. "Bahkan serikat buruh yang tidak mencatatkan penambahan bersih jumlah anggota, mereka kini memiliki lebih banyak kaum muda." 

Pemogokan Sektor Publik Nyaris Lumpuhkan Jerman

01:46

This browser does not support the video element.

Koreksi alami pasar tenaga kerja

Torsten Schulten, peneliti dari Yayasan Hans Bökler yang dekat dengan DGB, meyakini himpitan ekonomi melambungkan peran serikat buruh di kalangan muda. "Kita tidak boleh lupa bahwa Jerman mencatat angka inflasi yang tinggi sejak beberapa tahun terakhir sehingga upah buruh tidak lagi cukup," kata dia. "Dan ini menciptakan masalah besar bagi penduduk berpendapatan rendah. Siapa kalau bukan serikat buruh yang bisa menegosiasikan kompensasi atau perbaikan upah?"

Stefan Körzell juga meyakini, menguatnya dukungan bagi serikat buruh berkaitan dengan krisis tenaga kerja setelah pandemi corona dan perang di Ukraina. Serikat buruh, menurutnya, berperan besar dalam meminimalisir ancaman pemecatan massal, melalui kolaborasi dengan pemerintah dan korporasi memperjuangan kontrak jangka pendek dan kompensasi.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Faktor penting lain, kata Torsten Schulten, adalah bahwa buruh meyakini lebih dibutuhkan oleh perusahaan lantaran kelangkaan tenaga kerja. "Mereka tidak takut dipecat," ujarnya. "Tapi kelangkaan buruh terampil tidak lantas mendorong perbaikan kondisi kerja. Jadi masih dibutuhkan aktivisme dan advokasi yang kuat."

Marcel Fratzscher, peneliti di Institut Penelitian Ekonomi Jerman DIW, membenarkan pandangan tersebut. "Kita memiliki 1,8 juta lapangan kerja yang masih belum terisi. Kini tenaga kerja tampil lebih percaya diri dan menuntut kondisi kerja dan upah yang lebih baik."

(rzn/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait