Marak Diskriminasi, Kamboja Didik Murid Sekolah Soal LGBT+
12 Desember 2019
Maraknya diskriminasi terhadap kelompok LGBT+ mendorong pemerintah memasukkan mata pelajaran orientasi seksual dan identitas gender ke dalam kurikulum nasional. Nantinya para guru juga akan mengikuti pelatihan khusus.
Iklan
Anak-anak sekolah Kamboja kelak akan menerima materi pelajaran tentang kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT+) untuk menanggulangi praktik perundungan dan diskriminasi di masyarakat. Rencana tersebut akan mulai diimplementasikan pada tahun 2020 mendatang.
Nantinya anak sekolah di kelas tujuh yang rata-rata berusia 13 tahun diwajibkan mengambil modul pelajaran tentang orientasi seksual dan identitas gender. Kedua materi pelajaran tersebut termasuk ke dalam program pendidikan seks, kata Yung Kunthearith, Wakil Direktur Departemen Pendidikan Kesehatan di Kementerian Pendidikan.
"Ini adalah tentang kesetaraan", kata dia kepada Reuters. "Kami ingin agar anak-anak kami menyadari isu ini dan mengetahui bahwa tidak seorangpun bisa didiskriminasi di sekolah atau di kehidupan sehari-hari."
Kamboja sejauh ini belum memiliki produk hukum yang melindungi hak sipil kelompok LGBT+. Meski tidak dianggap delik kriminal, pernikahan sesama jenis misalnya belum diakui negara. Masyarakat Kamboja belakangan secara perlahan mulai mengakui keberadaan kaum LGBT+ di negerinya.
Konstitusi yang diamandemen pada 2011 misalnya mengubah definisi pernikahan sebagai ikatan antara lawan jenis menjadi ikatan rumah tangga antara suami dan isteri. Dalam satu kasus pernikahan sesama jenis pada tahun 1995, Bhiksu Buddha dan pejabat tinggi pemerintahan provinsi ikut hadir meramaikan.
Hak-hak LGBT di Asia - Perjuangan Yang Berat
Bisa dibilang hak LGBT agak membaik di beberapa negara Asia dalam beberapa tahun terakhir. Tapi tetap saja tidak mudah hidup secara terbuka bagi komunitas LGBT, termasuk di Indonesia.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Momen pelangi di India
September 2018 bendera pelangi berkibar di India. Dalam keputusan penting, Mahkamah Agung menghapus pasal 377 KUHP India, sebuah langkah yang berarti homoseksualitas tidak lagi ilegal di negara Asia Selatan ini. Walau ini adalah cukup alasan untuk merayakannya, prospek pernikahan sesama jenis di India masih jauh.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Nath
Ratu kecantikan transgender
Thailand memiliki pendekatan yang lebih terbuka terhadap komunitas LGBT. Pada tahun 2019, negara ini menyelenggarakan kontes kecantikan untuk para kontestan transgender. Dalam pemilihan umum 2019, salah seorang kandidatnya juga transgender. Jadi tema ini juga mendapat perhatian politik. Walau demikian, pernikahan sesama jenis, masih tidak sah di Thailand.
Foto: Reuters/J. Silva
Belum bisa menikah di Taiwan
Tahun 2018, pasangan sesama jenis di Taiwan penuh harapan bahwa mereka bisa segera menikah. Namun harapan mereka pupus setelah warga menolak untuk melegalkan pernikahan sesama jenis dalam referendum. Namun, para aktivis LGBT tetap optimis bahwa Taiwan akan menjadi negara pertama di Asia yang memperkenalkan kesetaraan pernikahan atau setidaknya kemitraan sipil untuk pasangan sesama jenis.
Foto: Reuters/A. Wang
Menteri Malaysia abaikan komunitas LGBT
Menteri Pariwisata Malaysia Mohamaddin Ketapi memicu protes setelah membuat komentar tegas tentang komunitas LGBT. Ketika ditanya oleh wartawan menjelang pameran pariwisata terbesar di dunia, ITB Berlin, apakah kaum gay disambut di Malaysia, ia berkata: "Saya kira kita tidak memiliki hal seperti itu di negara kita." Para menteri lain juga membuat komentar menghina tentang LGBT.
Foto: picture-alliance/dpa/B. von Jutrczenka
Momen kebebasan yang langka
Para peserta pawai "gay pride" di Singapura menikmati momen langka di tempat terbuka. Meskipun Singapura progresif dalam banyak aspek, negara itu memiliki pandangan seksualitas yang sangat konservatif. (vlz/hp)
Foto: picture-alliance/Photoshot
5 foto1 | 5
Meski demikian, laporan organisasi HAM Cambodian Center for Human Rights, menyebut satu dari tiga kasus pelecehan seksual di tempat kerja berhubungan dengan kelompok minoritas seksual tersebut.
Lembaga itu juga mencatat keluhan di mana gay atau lesbian dipaksa menikah dengan lawan jenis oleh orangtua masing-masing atau diwajibkan mengikuti terapi konversi oleh dukun untuk mengubah orientasi seksual korban.
Sebab itu mata pelajaran LGBT+ diharapkan bisa "membibit pola pikir berbasis hak sipil, sehingga anak-anak bisa menyuarakan sikap mereka untuk mengubah praktik diskriminatif di masyarakat," kata Ryan Silverio, Koordinator Regional untuk ASEAN SOGIE Caucus, sebuah lembaga advokasi hak sipil.
Kebijakan tersebut menempatkan Kamboja ke dalam daftar negara progresif yang mulai membuka diri terhadap kelompok minoritas seksual. Thailand adalah negara Asia Tenggara lain yang telah lebih dulu memasukkan mata pelajaran LGBT+ ke dalam kurikulum nasional.
Untuk itu pemerintah sudah memberikan penyuluhan kepada setidaknya 3100 guru. Mereka dilatih agar bisa menyampaikan materi pelajaran dalam kerangka hak sipil, kata pegiat hak LGBT+, Srun Srorn, yang ikut merumuskan materi kurikulum bersama Kementerian Pendidikan.
Menurutnya kendati muncul penolakan oleh sekelompok guru "yang sangat homofobik," program penyuluhan diklaim diterima dengan "antusiasme." Bahkan lima orang guru memberanikan diri mengaku homoseksual di hadapan peserta. "Hal ini sudah merupakan kemenangan buat kami," kata Srun Srorn.
Menurutnya penyuluhan itu bisa mengakhiri praktik diskriminasi dan perundungan yang marak di kalangan murid dan guru.
"Kita harus mulai sekarang. Dalam waktu 10 atau 20 tahun, para murid ini akan menjadi pengusaha atau gubernur dan saat itu lah kita sudah harus berubah."
rzn/vlz (rtr,ap)
Kehidupan Waria di Kampung Bandan
Kampung Bandan di Jakarta Utara akan disulap menjadi stasiun megah. Di kampung ini menetap para waria yang hidupnya tergantung pada area itu. Banyak dari mereka mengonsumsi obat anti letih. Simak bagaimana kesehariannya.
Foto: DW/M. Rijkers
Membebaskan diri dari kekangan sosial
Sore hari Kezia sudah selesai merias wajah dan menata rambutnya. Sabtu adalah malam panjang buat waria seperti Kezia. Kezia sudah siap mengamen sebagai pekerjaan utamanya. Lahir sebagai Reza, Kezia memilih menjadi waria dan tinggal di Kampung Bandan, kawasan padat penduduk miskin meski ayahnya tergolong mampu dan sudah membelikan rumah untuk anak laki-lakinya di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat.
Foto: DW/M. Rijkers
Berjalan jauh dengan hak tinggi
Gaun, tas dan sepatu hak tinggi merupakan andalan Darno yang mengubah namanya menjadi Vera, dalam meraup rupiah. Dari jam 19 hingga 2 pagi, Vera menelan sirup obat batuk merek tertentu sebanyak 30 bungkus per hari agar kuat berjalan jauh, mengamen. Pilihan lain.,obat penenang atau pereda sakit yang dibeli dari apotek secara diam-diam. Pemakaian obat secara berlebihan bisa berakibat fatal.
Foto: DW/M. Rijkers
Ruang hidup di kamar sempit
Di kamar kontrakan berukuran 1,5 x 2,5 meter seharga 400 ribu rupiah sebulan ini, Ella dan Dede tinggal bersama. Pasangan ini sudah hidup bersama selama tujuh tahun. Dede bekerja menyewakan alat mengamen untuk para waria dengan ongkos lima puluh ribu rupiah seminggu.
Foto: DW/M. Rijkers
Komitmen pada kesetiaan
Ella bekerja mengamen tanpa kencan dengan pria lain karena ia sudah berkomitmen setia pada Dede. Sama seperti Vera, Ella mengaku memerlukan obat-obatan agar tidak letih berjalan kaki.
Foto: DW/M. Rijkers
Terbiasa hidup dengan obat anti letih
Kosmetik termasuk kebutuhan utama para waria. Alas bedak, bedak dan umumnya setiap waria bisa dandan sendiri. Namun ada kalanya para waria saling bantu merias wajah teman. Seperti yang lainnya, merekapun mengkonsumsi obat anti letih.
Foto: DW/M. Rijkers
Siap mencari nafkah
Butuh waktu minimal dua jam untuk merias wajah, mengubah raut muka pria menjadi perempuan. Selain rias wajah, rambut palsu atau wig menjadi pelengkap andalan para waria.
Foto: DW/M. Rijkers
Operasi payudara di Singapura
Christine operasi payudara di Singapura pada tahun 2015 silam. Butuh biaya 12 juta rupiah untuk menambah silikon padat seberat 100 cc. Christine mengaku bekerja sebagai PSK di Taman Lawang. Sama seperti Vera dan Ella, Christine mengaku mengonsumsi obat-obatan agar kuat berdiri dan tidak lekas lelah.
Foto: DW/M. Rijkers
Ketika mereka sakit...
Emak tinggal di kamar berdinding tripleks di lantai atas sebuah kamar kontrakan di Kampung Bandan. Sewa kamar sempit ini 250 ribu rupiah sebulan. Hari itu Emak sedang sakit di bagian kanan perut dan rongga dadanya sehingga ia tidak mengamen.
Foto: DW/M. Rijkers
Layanan kesehatan gratis belum diperoleh
“Saya baru mau periksa dokter nanti kalau pulang ke Cikarang,” tutur Emak sendu. Layanan kesehatan gratis bagi warga belum bisa diakses oleh kelompok marjinal ini.
Foto: DW/M. Rijkers
Aktif ikuti kegiatan rohani
Dian waria tertua di Kampung Bandan. Usianya sudah 67 tahun. Ia menjadi waria ketika berusia 19 tahun. Karena sudah tua, Dian cuma mengamen 2 kali seminggu. Waria kerap dinilai tak peduli soal keimanan. Namun Dian, yang baru memeluk agama Kristen, mengaku cukup relijius. Dian aktif mengikuti kegiatan rohani serta datang beribadah setiap Minggu di gereja. Saat beribadah ia memakai pakaian pria.
Foto: DW/M. Rijkers
Akan disulap menjadi stasiun
Terletak di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara, Kampung Bandan dikenal sebagai kampung waria. Saat ini ada sekitar 27 waria yang tinggal di sini, area padat penduduk di pinggir rel kereta api. Biaya sewa kamar bervariasi mulai dari 200 ribu hingga 400 ribu rupiah sebulan.
Foto: DW/M. Rijkers
Tantangan dari luar
Beberapa kalangan warga Kampung Bandan tidak menolak kehadiran para waria. Tantangan sebagai waria justru datang dari kelompok ormas keagamaan yang kerap menyerang waria jika bertemu di kendaraan umum atau di jalanan. Jika kampung ini berubah wajah menjadi stasiun modern, bagaimana nasib mereka nanti?(Monique Rijkers/ap/vlz)