1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikFilipina

Putra Diktator Marcos Jr. Unggul dalam Pilpres Filipina

10 Mei 2022

Penghitungan suara sementara menunjukkan Ferdinand Marcos Jr. jauh mengungguli saingan terberatnya, Leni Robredo, dalam pemilihan presiden Filipina. Kemenangan ini akan mengembalikan dinasti Marcos ke tampuk kekuasaan.

Marcos Jr., putra mendiang diktator Ferdinand Marcos, menyampaikan pidato saat berkampanye di Lipa
Marcos Jr. mengantongi banyak suara dalam pemilihan presiden FilipinaFoto: REUTERS

Ferdinand Marcos Jr., putra diktator yang digulingkan, Ferdinand Marcos, memimpin dalam penghitungan sementara. Marcos Jr., mengantongi lebih dari dua pertiga suara dalam pemilihan presiden Filipina, Senin (09/05).

Dengan perhitungan 66,1 persen, Marcos meraup dukungan 21,7 juta suara, yakni lebih dari dua kali lipat dibanding perolehan 10,3 juta suara untuk saingannya Leni Robredo. Marcos hampir dipastikan akan menggantikan Presiden Rodrigo Duterte.

Para pejabat komisi pemilu mengatakan pemungutan suara itu relatif damai, meskipun terjadi beberapa tindak kekerasan di selatan negara itu yang bergejolak.

Komisi Pemilihan Umum melaporkan masalah terkait 2.000 mesin penghitung suara yang tidak berfungsi, terjadinya pemadaman listrik, nama-nama yang hilang dalam daftar pemilih, dan lainnya.

Siapa kandidat utama?

Ferdinand Marcos Jr., yang juga dikenal dengan julukan "Bongbong" bersaing dengan Wakil Presiden petahana Leni Robredo.

Marcos Jr. memimpin dengan lebih dari 30 persentase dan telah menduduki posisi teratas dalam setiap jajak pendapat tahun ini.

Tempat pemungutan suara dibuka pada pukul 6 pagi waktu setempat dan dibuka lebih lama dari biasanya, hingga pukul 7 malam, karena masih diberlakukannya tindakan pencegahan COVID-19.

Delapan kandidat lainnya, termasuk mantan bintang tinju Manny Pacquiao, Wali Kota Manila Isko Moreno, dan mantan Kepala Polisi Nasional Senator Panfilo Lacson, tidak banyak mendapat dukungan dalam survei preferensi pemilih.

Janji kandidat presiden

Kedua kandidat utama telah berjanji untuk memprioritaskan pemulihan ekonomi setelah pandemi. Robredo berkomitmen meningkatkan investasi untuk mengatasi perubahan iklim hingga mempromosikan kemitraan publik-swasta. Sementara Marcos Jr., tidak banyak memberikan rincian tentang kebijakannya, tetapi diperkirakan akan melanjutkan pendekatan yang sama seperti pendahulunya Duterte, mengejar konsolidasi kekuasaan.

Kritikus mengatakan Marcos sedang mencoba untuk menulis ulang sejarah kontroversial keluarganya untuk para pemilih muda, meskipun mereka percaya dia tidak mungkin meniru gaya otoriter ayahnya.

Putri Duterte, Wali Kota Davao Sara Duterte-Caprio, menduduki puncak survei sebagai pasangan wakil presiden Marcos Jr.

Apa yang dipertaruhkan?

"Sejarah mungkin terulang jika mereka menang. Mungkin kembali ada darurat militer dan pembunuhan (mereka yang terlibat dengan kasus) narkoba yang terjadi tanpa sepengetahuan orang tua mereka," kata pekerja hak asasi manusia Myles Sanchez kepada kantor berita AP mengenai kemenangan Marcos Jr./Duterte-Caprio.

Robredo yang berusia 57 tahun, adalah mantan pengacara hak asasi manusia. Dia telah berjanji untuk meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan, memerangi kemiskinan, dan meningkatkan persaingan pasar, jika menang dalam pemilu.

Sebelumnya, Robredo mengalahkan Marcos dalam pencalonan wakil presiden pada 2016. Dia juga telah mengkritik perang Duterte terhadap narkoba dan mengutuk "pembunuhan yang tidak masuk akal."

Jika Robredo mampu mengungguli Marcos Jr. dalam pilpres kali ini, keberhasilan itu akan menjadikannya sebagai perempuan ketiga yang memimpin Filipina setelah Corazon Aquino pada 1986 dan Gloria Macapagal-Arroyo pada 2001.

Robredo mencalonkan diri dengan Francis Pangilinan, seorang pengacara dan senator, dan survei terbaru menempatkan dia di tempat kedua, dengan dukungan 23%.

ha/pkp (AFP, AP, Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait