Ada sebuah 'negara' bernama Aisenodni. Sepertinya sangatlah indah. Apa benar demikian? Dimanakah gerangan negara itu? Simak opini Sumanto al Qurtuby berikut ini.
Iklan
Alkisah ada sebuah negeri bernama Aisenodni dimana para penghuninya berpikiran, berpandangan, dan berperilaku mundur ribuan tahun ke belakang, sangat kontras dengan penduduk negeri-negeri maju yang berpikiran, berpandangan, dan berperilaku maju ribuan tahun ke depan.
Jika warga negara-negara maju memiliki visi dan spirit kemajuan (advancement) guna menyongsong hari esok yang lebih gemilang, maka warga negara Aisenodni ini justru bervisi dan berspirit kemunduran (backwardness) untuk menyongsong khayalan keindahan dan kesempurnaan masa lalu yang sebetulnya tidak pernah mereka alami.
Kalaupun penghuni Aisenodni berpikiran maju ke depan, yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana hidup indah di surga yang dikelilingi oleh alam hijau royo-royo plus bidadari-bidadari yang menawan. Dengan kata lain, masa depan yang mereka maksud adalah alam pascakematian. Memang tidak ada salahnya mengimajinasikan dunia pascakematian. Menjadi bermasalah jika mereka terlalu mengkhayal dengan dunia akhirat sementara melupakan alam nyata beserta makhluk dan problematikanya.
Pula, jika penduduk negara-negara maju hiruk-pikuk memikirkan, membicarakan, mendiskusikan, dan meneliti hal-ihwal yang berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta penemuan teknologi baru, para penghuni negeri Aisenodni justru hiruk-pikuk memikirkan, membicarakan, mendiskusikan, dan meneliti hal-ihwal yang berkaitan dengan akidah dan teologi serta praktik-praktik sosial-keagamaan tertentu yang dianggap sebagai bid'ah, sesat, haram, syirik, dan seterusnya.
Warga negara-negara maju berlomba-lomba menciptakan karya-karya seni yang artistik, adiluhung, dan memiliki nilai spiritualitas tinggi, sedangkan para penghuni negeri Aisenodni berlomba-lomba merusak dan menghancurkan karya seni (arca, kuil, sinagog, seni batu susun, dan sebagainya) karena semua itu dianggap bisa mengganggu keimanan dan akidah umat Islam. Benda-benda apapun yang dipandang bisa mengantarkan pada kemusyrikan, oleh kaum Aisenodni, harus dilumatkan dari muka bumi.
Pat Gulipat ala Rizieq Shihab
Rizieq Shihab yang dulu gemar beradu otot dengan penguasa kini menjadi primadona politik jelang Pilkada. Tapi meski kian berpengaruh, sepak terjangnya kerap membuat gaduh. Kini Rizieq kembali digoyang.
Foto: Getty Images/Adek Berry
Pelarian Terakhir
Sejak 2014 Rizieq Shihab menjadi pelarian terakhir buat calon pejabat tinggi yang kekurangan suara buat memenangkan pemilu. Saat itu Front Pembela Islam (FPI) didekati duet Prabowo dan Hatta hanya sebulan menjelang pemilihan umum kepresidenan. Kini pun Rizieq kembali dirayu dua pasangan calon gubernur DKI yang butuh dukungan buat menggusur Basuki Tjahaja Purnama.
Foto: picture-alliance/dpa/B.Indahono
Tolak Perempuan
Rekam jejak politik FPI sudah berawal sejak era Megawati. Dulu Rizieq menggalang kampanye anti pemimpin perempuan. Saat itu organisasi bentukannya mulai mendulang dukungan lewat aksi-aksi nekat seperti menggerudug lokasi hiburan malam. Namun di tengah popularitasnya yang meluap, Rizieq dijebloskan ke penjara karena menghina Sukarno dan Pancasila.
Foto: Adek Berry/AFP/Getty Images
Tanpa Daya Pikat
Sebulan menjelang pemilihan presiden pertama 2009, FPI mendeklarasikan dukungan buat Jusuf Kalla dan Wiranto. Serupa 2014, saat itu pun deklarasi dukungan oleh Rizieq gagal mendatangkan jumlah suara yang diharapkan. Pengamat sepakat, ormas agama serupa FPI belum memiliki daya pikat untuk menyihir pemilih muslim.
Foto: picture-alliance/dpa
Perang di Jakarta
Namun roda nasib berbalik arah buat Rizieq. Sejak 2013, dia telah menggalang kampanye menentang Gubernur Petahana Basuki Tjahaja Purnama lantaran tidak beragama Islam. Puncaknya pada 14 Oktober 2014 FPI menggalang aksi demonstrasi sejuta umat. Namun yang datang cuma ribuan orang. Pilkada DKI Jakarta 2016 akhirnya menawarkan panggung buat FPI untuk kembali menanamkan pengaruh.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Kampanye Anti Gubernur Kafir
Pidato Ahok yang mengritik politisasi Al-Quran untuk pemilihan umum dan pilkada menjadi umpan buat FPI. Bersama GNPF-MUI, Rizieq menyeret Ahok ke pengadilan dengan dakwaan penistaan agama. Ia pun menggelar aksi protes melawan Ahok yang kali ini mengundang ratusan ribu umat Muslim dari seluruh Indoensia. Manuver tersebut coba dimanfaatkan pasangan calon lain untuk menggembosi dukungan terhadap Ahok
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Koalisi Oposisi
Rizieq lagi-lagi naik daun. Ia pun didekati Agus Yudhoyono dan Anies Baswedan yang membutuhkan suara tambahan buat memenangkan pilkada. Untuk pertamakalinya FPI berpeluang memenangkan salah satu calon untuk merebut kursi strategis. Tapi serupa 2003, kali ini pun sepak terjang Rizieq di arena politik mendatangkan lawan yang tak kalah garang.
Foto: AFP/Getty Images
Pertaruhan Terakhir
Saat posisinya melambung, Rizieq Shihab terancam kembali diseret ke penjara dengan berbagai dakwaan, antara lain penghinaan simbol negara dan pornografi. Tapi sang Habib tidak tinggal diam dan memilih melancarkan serangan balik kepada Ahok, seakan nasibnya ditentukan pada hasil Pilkada DKI. Pertaruhan Rizieq menyimpan risiko tinggi. Namun jika berhasil, maka kuasa adalah imbalannya.
Foto: Getty Images/Adek Berry
7 foto1 | 7
Para penduduk negeri-negeri maju sibuk mendiskusikan masalah-masalah besar bagi alam semesta dan kemanusiaan global yang berpotensi mengganggu bagi kehidupan generasi mendatang seperti problem pemanasan global (global warming), penipisan lapisan ozon, kepadatan demografi di planet bumi, dan sebagainya, kemudian dicari solusi alternatifnya. Sementara itu, para penghuni negeri Aisenodni justru sibuk meributkan dan mengkhotbahkan masalah-masalah kecil yang sama sekali tidak penting seperti cadar islami, wisata reliji, hijab syar'i, busana Muslim/Muslimah, ompol onta, olahraga panahan, poligami, jubah, jenggot, dan semacamnya. Tidak seperti penduduk negeri maju, penghuni negeri Aisenodni hobi membesar-besarkan masalah mini, sepele, remeh-temeh, dan tak bermutu sama sekali.
Para penduduk negeri-negeri maju sibuk meriset dan menciptakan teknologi canggih seperti nuklir, robot, pesawat tanpa awak (drone) dan aneka teknologi baru di bidang Internet, otomobil, dan telekomunikasi. Sementara itu para penghuni negeri Aisenodni sibuk "meriset” dan menciptakan fatwa-fatwa baru yang mengharamkan ini-itu dan menghalalkan ini-itu.
Para penduduk negeri-negeri maju tidak menjadikan perbedaan pandangan dan praktik ritual-keagamaan sebagai sesuatu yang substansial karena itu bagian dari pluralitas pemikiran dan tindakan manusia yang harus dihargai. Sedangkan para penghuni negeri Aisenodni lain lagi perspektif mereka. Mereka bersikeras menyeragamkan keanekaragaman pandangan dan praktik ritual-keagamaan, khususnya di kalangan umat Islam, agar sesuai, dalam imajinasi mereka, dengan praktik keislaman Nabi Muhammad dan generasi Muslim awal.
Apa Yang Terjadi di Indonesia Selama 2017?
Tahun 2017 ditandai dengan dinamika politik pasca Pilkada DKI Jakarta dan wara wiri seputar Setya Novanto dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Tapi apa saja yang termasuk peristiwa besar di Indonesia sepanjang 2017?
Foto: Getty Images/E. Wray
Terbakarnya Zahro Express
MV Zahro Express, perahu wisata yang membawa 184 orang terbakar saat perjalanan ke Pulau Tidung di Kepulauan Seribu, Jakarta. Insiden pada malam pergantian tahun ini menewaskan setidaknya 23 orang tewas dan menyebabkan 17 orang hilang.
Foto: Reuters/D.Whiteside
Pembekuan Kerjasama Militer Australia
Secara sepihak TNI membekukan kerjasama pendidikan dengan militer Australia setelah seorang prajurit menemukan buku latihan yang menghina Pancasila. PM Malcolm Turnbull segera meminta maaf kepada Presiden Joko Widodo dan berjanji menindak pihak yang menyusun buku tersebut.
Foto: Reuters/J. Reed
Pilkada DKI Jakarta
Pilkada DKI 2017 ditandai dengan maraknya peredaran berita hoax dan ujaran kebencian di media-media sosial. Pemerintah akhirnya menggandeng penyedia jasa media sosial dan menindak kelompok yang terbukti menjajakan kabar bohong sebagai komoditas politik. Pilkada DKI sendiri dimenangkan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dengan perolehan 57.96% suara.
Foto: Getty Images/AFP/G. Chai Hin
Vonis Penjara Ahok
Setelah takluk pada Pilkada DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama divonis dua tahun penjara pada 9 Mei 2017 setelah dinyatakan bersalah dalam kasus penodaan agama. Dia sebelumnya mengritik penggunaan Al-Quran untuk kepentingan politik Pilkada yang mengundang aksi protes kelompok muslim garis keras. Ahok kemudian menolak mengajukan banding dan menerima vonis yang ditengarai sarat politik tersebut
Foto: Reuters/B. Ismoyo
Seribu Lilin buat Pancasila
Pada hari-hari setelah pembacaan vonis Ahok, jutaan orang di seluruh Indonesia menyalakan lilin sebagai tanda simpati. Selain menuntut pembebasan bekas gubernur itu, demonstran juga menyatakan kesetiaan pada Pancasila sebagai buntut maraknya intoleransi pada Pilkada DKI Jakarta.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/D. Roszandi
Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia
Organisasi Islam radikal, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), menjadi sasaran pertama Perppu Ormas yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo untuk membubarkan organisasi yang dianggap merongrong Pancasila. Namun HTI tidak tinggal diam dan melancarkan perlawanan hukum untuk menghadang niat Jokowi tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Rizieq Shihab Melarikan Diri
Pentolan Front Pembela Islam, Rizieq Syihab terbang ke Arab Saudi setelah mampir ke Malaysia seusai umrah. Ia diduga melarikan diri untuk menghindari penjemputan paksa Polisi yang mengajukan red notice ke Interpol. Menurut kuasa hukum Rizieq, Sugito Atmo Pawiro, Arab Saudi dipilih karena berada di luar ranah Interpol sehingga kliennya bisa terhindar dari penangkapan.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Indahono
Raib Duit First Travel
Kasus dugaan penggelapan uang sekitar 60.000 calon jamaah umrah dan haji First Travel menjadi salah satu peristiwa yang paling hangat selama 2017. Anniesa Hasibuan, perancang yang pernah tampil di New York Fashion Week, dituding menggelapkan dana jemaah senilai 550 milyar Rupiah. Hingga kini kedua tersangka, Annisa dan suaminya Andika Surachman mengaku tidak mengetahui kemana raibnya uang tersebut
Foto: Imago/Pacific Press Agency
Kunjungan Raja Salman
Jarang Indonesia mengalami kunjungan kenegaraan yang sedemikian mewah seperti saat Raja Salman bertandang ke Jakarta. Kunjungannya tersebut merupakan lawatan pertama kepala negara Arab Saudi selama hampir 50 tahun. Raja Salman tidak hanya melakukan pertemuan resmi dengan Presiden Joko Widodo, tetapi juga menikmati liburan selama lima hari di pulau Bali.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Pelantikan Gubernur DKI Jakarta
Setelah berhasil merebut kursi DKI 1 lewat Pilkada yang ditandai dengan maraknya intoleransi dan ujaran kebencian, pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dilantik di Istana Negara pada 16 Oktober 2017. Pelantikan sempat ditandai kontroversi seputar pidato pribumi Anies Baswedan yang dinilai bernuansa SARA.
Foto: Reuters/Beawiharta
Drama Setya Novanto
Komisi Pemberantasan Korupsi akhirnya menangkap Ketua DPR Setya Novanto atas dugaan korupsi proyek eKTP. Ia sebelumnya sempat dirawat di rumah sakit setelah mengalami tabrakan. Namun tim dokter menyatakan Setnov sehat dan bisa menjalani proses pengadilan.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Wara Wiri Gatot Nurmantyo
Manuver politik Panglima TNI Gatot Nurmantyo seputar pembantaian 1965 dan kedekatannya dengan kelompok Islam konservatif kian menyudutkan Presiden Joko Widodo. Ia ditengarai memiliki ambisi dalam Pemilu Kepresidenan 2019. Pada Desember Jokowi mencopot Gatot lebih dini dan menggantinya dengan Marsekal Hadi Tjahjanto.
Foto: Reuters/Beawiharta
Erupsi Gunung Agung
Setelah sempat bergolak selama berpekan-pekan, Gunung Agung akhirnya meletus dan memaksa 100.000 penduduk mengungsi dari tempat tinggalnya. Akibat erupsi tersebut, geliat pariwisata Bali menyusut tajam. Terutama penutupan bandar udara I Gusti Ngurah Rai membuat sektor pariwisata di pulau dewata itu mengalami kerugian hingga 234 milyar Rupiah per hari.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Lisnawati
13 foto1 | 13
Keragaman berkah atau petaka?
Bagi mereka, keragaman bukanlah berkah yang harus disyukuri tetapi malapetaka yang harus diratapi. Pluralitas, bagi kaum negeri Aisenodni, bukanlah medium untuk saling belajar dan memperkaya wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kebijaksanaan, melainkan sebagai penghalang bagi upaya purifikasi keagamaan atau penghambat bagi upaya mewujudkan Islam yang otentik, murni, dan pristine. Overdosis fanatisme dan puritanisme memang menjadi salah satu ciri menonjol penduduk negeri Aisenodni.
Ciri lain yang tak kalah pentingnya dari penghuni negeri Aisenodni adalah kegemarannya memproduksi dan kemudian mempercayai informasi dan berita-berita hoaks alias palsu demi menyenangkan sesama anggota atau penghuni negeri itu. Mereka meyakini kebenaran dan validitas berita-berita hoaks yang mereka buat sendiri. Sementara berita-berita valid yang berasal dari sumber-sumber yang akurat dan terpercaya malah tidak mereka gubris dan percayai. Akhirnya, tua-muda, laki-laki-perempuan semua terjerumus dalam kubangan informasi hoaks yang menyesatkan.
Karakteristik lain yang sangat menonjol dari penghuni Aisenodni adalah kegemarannya yang suka berbuat onar, gaduh, intoleran, dan bahkan tak segan melakukan hujatan dan kekerasan terhadap orang dan kelompok lain yang mereka anggap sebagai "lawan”, tak peduli apakah mereka itu tokoh agama, tokoh masyarakat, atau pejabat pemerintah. Para penghuni negeri Aisenodni ini nyaris tak mempunyai etika dan akhlak secuilpun sehingga bisa berbuat seenaknya atas nama ajaran agama, Kitab Suci, dan bahkan Tuhan.
Karena penghuninya yang tak bermoral, tak beretika, tak beradab, dan tak menghargai keanekaragaman masyarakat, agama, dan suku-bangsa, negeri Aisenodni pun akhirnya hancur-lebur berkeping-keping lantaran para penghuninya saling-hujat, saling-fitnah, dan saling-bunuh dengan bengisnya. Negeri Aisenodni yang dulunya elok dan menawan pun kemudian berubah menjadi "neraka” yang mengerikan.
Bagaimana Buddha Mengakar di Bumi Indonesia
Buddha di Indonesia dianut tak sampai 1% dari total penduduk atau hanya sekitar 1,8 juta orang. Meski kecil, agama Buddha pernah menoreh catatan sejarah penting yang membawa nusantara ke kancah dunia. Berikut faktanya.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Agama Klasik Indonesia
Agama Buddha adalah agama tertua kedua di Indonesia setelah Hindu. Ajaran Buddha mulai memasuki nusantara pada awal abad pertama lewat perdagangan di Jalur Sutra yang menghubungan Indonesia dan India. Bukti peninggalan Buddha kuno dari abad kedua dapat ditemukan di kompleks Stupa Batujaya di Karawang, Jawa Barat.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Sriwijaya Mendunia
Sriwijaya, kerajaan maritim terkuat beraliran Buddha dari abad ke-7 yang kekuasaannya membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Kamboja, Vietnam dan Filipina. Pangeran Sriwijaya bernama Dharmakīrti dikenal sebagai penyair dan menjadi filsuf di Universitas Nalada, India. Ia mengajarkan teori yang terangkum dalam “pramana“, dasar kurikulum pengajaran biksu di Tibet hingga kini.
Foto: picture alliance/CPA Media
Kawah Intelektual Asia
Buddha Indonesia pernah membawa Nusantara ke kancah Internasional karena menjadi pusat pengajaran Buddha yang mendatangkan peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Biksu Tiongkok bernama I-tsing pada tahun 682 menulis bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar kepada seorang mahaguru Buddha terkenal di masa itu bernama Sakyakirti.
Foto: Getty-Images/AFP/J. Kriswanto
Jatuh Bangun
Pengaruh ajaran Buddha mulai meredup sejak Islam memasuki nusantara pada abad ke-13. Setelah itu, hampir 450 tahun jejak keberadaan Buddha tidak terlihat lagi di Indonesia hingga akhirnya abad ke-17, para pendatang dari Tiongkok mulai menetap di nusantara dan kembali memperkaya keberagaman di Indonesia.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Trisnadi
Tak Hanya Etnis Tionghoa
Pengikut ajaran Buddha di Indonesia umumnya adalah etnis Tionghoa yang berada di Jakarta, Riau, Bangka Belitung, Sumatera Utara dan Kalimantan Timur. Namun, ada juga sebagian kecil penduduk asli Sasak yang dikenal sebagai penganut sasak Bodha, sebutan untuk warga Sasak yang menganut ajaran Buddha sejak pra-Islam.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Tokoh Buddha Indonesia
Salah satu pahlawan nasional yang dikenal sebagai pengagum Buddha adalah Jenderal Gatot Subroto. Ia dikenal sebagai pelindung agama Buddha dan sering hadir dalam upacara Waisak di Borobudur. Selain Gatot Subroto, R.A.Kartini dalam suratnya kepada Abendanon-Mandri juga menuliskan bahwa ia adalah anak Buddha, ketika menjelaskan alasan mengapa ia menjadi vegetarian.
Foto: Getty Images/AFP/A. Rochman
Ajaran Cinta Kasih
Agama yang diperkenalkan Sidharta Gautama ini dalam praktiknya bertujuan meminimalkan perbuatan menyakiti segala kehidupan. Itulah sebabnya praktik vegetarian sangat memainkan peranan mendasar dalam ajaran Buddha: Mahaparinirvana Sutra, memakan daging akan membunuh cinta kasih.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Candi Warisan Dunia
Candi Borobudur adalah warisan Buddha nusantara yang masuk daftar situs warisan dunia dan menjadi objek wisata yang paling banyak dikunjungi. Candi ini paling ramai pada bulan Mei ketika perayaan Tri Suci Waisak. Pelepasan lampion jadi atraksi yang menarik perhatian turis lokal. Candi ini pernah dibom seorang penceramah beraliran ekstrem, Husein Ali Al Habsyie pada pertengahn dekade 1980-an.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
8 foto1 | 8
Sebelum terlambat
Kepada penduduk Indonesia, jika kalian kelak ingin hidup maju dan bermartabat, dan bangsa kalian ingin menjadi bangsa yang besar dan adiluhung, maka jauhilah watak, karakteristik, pemikiran, dan perilaku yang ditunjukkan oleh penghuni Aisenodni. Indonesia adalah bangsa dan negara besar, maka jangan sampai kelak terjerembab menjadi bangsa dan negara kecil hanya karena masyarakatnya berwatak, berpikiran, dan berperilaku kerdil seperti yang ditunjukkan oleh kaum Aisenodni.
Indonesia adalah negeri yang indah dan majemuk dengan beragam etnis, suku, golongan, agama dan kepercayaan tinggal di dalamnya. Maka jangan sampai keindahan dan kemajemukan Indonesia itu di kemudian hari hanya tinggal kenangan saja karena dibumihanguskan oleh kelompok-kelompok intoleran dan antikemajemukan. Cukup banyak contoh negara dan peradaban di bumi pertiwi ini yang hancur-lebur karena ulah segelintir kelompok intoleran, radikal, tak beradab, dan gemar melakukan aksi kekerasan, baik atas nama agama, ras, etnis, suku, maupun rezim politik tertentu.
Daftar Pelanggaran HAM yang Belum Terselesaikan
Sejumlah kasus pelanggaran HAM di Indonesia berat tersandung oleh sikap batu lembaga negara. Kejaksaan Agung seringkali menjadi kuburan bagi keadilan. Inilah sebagian kasus besar yang masih menjadi PR buat pemerintah.
Foto: AFP/Getty Images/Dewira
Tragedi Trisakti
Pada 12 Mei 1998 demonstrasi mahasiswa menuntut pengunduran diri Suharto memuncak di kampus Universitas Trisakti, Jakarta. Komnas HAM mencatat jumlah korban kekerasan oleh aparat keamanan mencapai 685 orang, sementara tiga meninggal dunia akibat tembakan. Ironisnya berkas penyelidikan yang dikirimkan ke Kejaksaan Agung dinyatakan hilang pada Maret 2008 oleh Jampidsus Kemas Yahya Rahman.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/D. husni
Semanggi Berdarah
Kejaksaan Agung di bawah kendali Hendarman Supandji menjadi jalan buntu pengungkapan kasus pelanggaran HAM 1998. Berkas laporan Komnas HAM terhadap kasus kekerasan aparat yang menewaskan 17 orang (Semanggi I) dan melukai 127 lainnya pada November 1998 menghilang tak berbekas. Setahun berselang tragedi kembali berulang, kali ini korban mencapai 228 orang.
Foto: picture alliance/dpa
Hilangnya Widji Tukul
Satu per satu aktivis pro demokrasi menghilang tanpa jejak menjelang runtuhnya kekuasaan Suharto, termasuk di antaranya Widji Thukul. Ia diduga diculik aparat keamanan setelah dinyatakan buron sejak peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli 1996 (Kudatuli). Kasus Widji Thukul mewakili puluhan aktivis yang sengaja dilenyapkan demi kekuasaan.
Foto: Wahyu Susilo
Pembantaian 1965
Antara 500.000 hingga tiga juta nyawa simpatisan PKI melayang di tangan militer dan penduduk sipil setelah kudeta yang gagal pada 1965. Hingga kini upaya pengungkapan tragedi tersebut tidak pernah menyentuh pelaku. Adalah sikap membatu TNI yang melulu menjadi sandungan bagi penuntasan tragedi 1965.
Petaka di Wamena
Tragedi Wamena berawal dari penyerangan gudang senjata oleh orang tak dikenal yang menewaskan 2 anggota TNI pada April 2003. Aksi penyisiran yang kemudian dilakukan aparat menewaskan 9 penduduk sipil, sementara 38 luka berat. Seperti kasus sebelumnya, laporan penyelidikan Komnas HAM ditolak Kejagung dengan alasan tidak lengkap. TNI juga dituding menghalangi penyelidikan kasus tersebut.
Foto: picture-alliance/AP/dpa/A. Vembrianto
Pembunuhan Munir
Sosok yang sukses membongkar pelanggaran HAM berat oleh Tim Mawar dan mengakhiri karir Danjen Kopassus Prabowo Subianto ini meninggal dunia setelah diracun dalam perjalanan menuju Belanda. Pollycarpus Budihari Priyanto dinyatakan bersalah dan divonis 14 tahun penjara. Namun hingga kini kejaksaan sulit memburu tersangka utama yakni Muchdi Pr. yang dikenal dekat dengan Prabowo.
Foto: AFP/Getty Images/Dewira
6 foto1 | 6
Sebelum semua terlambat, warga negara Indonesia yang masih waras dan memiliki akal-sehat—apapun agama, kepercayaan, dan etnis kalian—mempunyai tanggung jawab moral-intelektual-spiritual untuk menjaga, merawat, mempertahankan, dan terus memperjuangkan negeri yang pluralis nan indah warisan para nenek-moyang leluhur bangsa ini, agar kelak jangan sampai mengalami nasib tragis seperti negeri Aisenodni yang tersungkur dan tertimbun dalam limbo sejarah.
Penulis: Sumanto Al Qurtuby (ap/vlz)
Dosen Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Dhahran, Arab Saudi. Ia pernah menjadi fellow dan senior scholar di berbagai universitas seperti National University of Singapore, Kyoto University, University of Notre Dame, dan University of Oxdord. Ia memperoleh gelar doktor (PhD) dari Boston University, Amerika Serikat, di bidang Antropologi Budaya, khususnya Antropologi Politik dan Agama. Ia menulis lebih dari 18 buku, ratusan artikel ilmiah, dan ribuan esai popular baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia yang terbit di berbagai media di dalam dan luar negeri. Bukunya yang berjudul Religious Violence and Conciliation in Indonesia diterbitkan oleh Routledge (London & New York) pada 2016. Manuskrip bukunya yang lain, berjudul Saudi Arabia and Indonesian Networks: Migration, Education and Islam, akan diterbitkan oleh I.B. Tauris (London & New York) bekerja sama dengan Muhammad Alagil Arabia-Asia Chair, Asia Research Institute, National University of Singapore.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Belanda: Masihkah Negara Panutan di Eropa?
Belanda, salah satu negara pendiri Uni Eropa, terkenal dengan warganya yang liberal dan toleran. Ekonominya tumbuh stabil dan tingklat pengangguran rendah. Tapi dalam pemilu kali ini ada yang berubah.
Foto: Fotolia/samott
Negara Panutan di Eropa?
Menjelang pemilu sudah terlihat pertanda, bahwa partai populis terus memimpin dalam angket. Mengapa negara yang dulu dijuluki negara panutannya Eropa dalam toleransi ini berubah drastis?
Foto: NBTC Holland Marketing
Tokoh Penyederhanaan Masalah
Dalam globalisasi, masalah politik, ekonomi dan kemasyarakatan semakin kompleks. Banyak orang merasa kewalahan. Di sinilah letaknya peluang besar bagi partai populis. Geert Wildes dengan partainya PVV menawarkan jawaban simpel bagi masalah rumit. Karena itu ia sukses mendulang suara pendukung.
Foto: SHK
Gagal Penuhi Janji
Kepala pemerintahan Mark Rutte dulu maju dengan janji mengurus pemulihan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan. Data ekonomi menunjukkan nilai positif. Masalahnya, kalangan menengah dan bawah tidak merasakan perubahan apapun. Bagi mereka situasi saat ini tidak lebih baik dari 5 tahun silam.
Foto: Getty Images/AFP/F. Florin
Kehilangan Kepercayaan Publik
Rutte dulu berjanji, tidak akan mengalirkan uang bagi negara lain yang dililit utang. Tapi sesaat setelah diangkat jadi PM, pemerintah Belanda menyepakati paket bantuan bagi Yunani. Kepercayaan publik terus turun. Situasi makin parah, setelah pemerintah menaikkan umur pensiun jadi 67 dan memotong bantuan sosial.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Tak Ada Yang Merasa Diuntungkan
Warga Belanda dengan cepat merasakan, harus membayar ongkos pertumbuhan. Mereka harus menerima pemotongan tunjangan pengangguran dan dampak penghematan asuransi kesehatan. Konjungktur tidak dirasakan rakyat. Walau angka pengangguran turun, tapi banyak warga Belanda merasakan, gaji mereka tidak lagi mencukupi memenuhi standar kehidupan seperti sebelumnya.
Foto: Reuters/M. Kooren
Refleks Nasionalistis
Dalam situasi semacam itu refleks nasionalistis muncul. Juga di Belanda yang terkenal berpaham liberal dan bertahun lamanya jadi negara panutan di Uni Eropa. Warga menentang penerimaan pengungsi. Bagi tokoh populis kanan sekelas Geert Wilders, refleks ini bagaikan bahan bakar tambahan untuk mesin propagandanya.
Foto: Getty Images/AFP/P. van de Wouw
Takut Warga Asing
Warga asing terutama kaum Muslim terutama jadi incaran Wilders. Setiap tampilan publiknya selalu dimbumbui peringatan, Belanda tidak lama lagi akan dilanda Islamisasi. Wilders juga meniru gaya Donald Trump, dengan menuding etnis tertentu sebagai penyebab memburuknya situasi. Wilders selalu menyerang migran Maghribi dan menyebutnya kesasar masuk Belanda.
Foto: Getty Images/AFP/A. Johnson
Bukan Budaya Kami
Islam di Eropa terlihat lewat masjid yang mereka gunakan. Banyak warga Belanda yang tidak ingin melihat ada masjid di wilayahnya. Ini juga refleks berikutnya yang dimanfaatkan Wilders. Ia menuntut pelarangan masjid di seluruh Belanda dan membuka polemik soal ideologi Islam serta mengritik mata uang Euro. Di sisi lain ia berjanji memperbaiki perawatan manula dan menaikkan pensiun.
Foto: Getty Images/AFP/B. Maat
Melindungi Diri Sendiri
Dalam atmosfir ketidakpuasan dan ketidakpastian, Wilders kelihatannya bisa memetik keuntungan. Argumen yang sering dilontarkan Geert Wilders, Belanda perlu tanggul untuk menahan gelombang Laut Utara, dan sebentar lagi untuk menahan imigran asing dan pengungsi. Penulis: Dirk Kaufmann (as/yf)