Hantaman partikel badai matahari ditambah lenyapnya pelindung medan magnet, membuat atmosfir planet Mars lenyap. Mars jadi gersang, dingin dan tak bisa lagi menunjang kehidupan.
Iklan
Mars Jadi Gersang Akibat Hantaman Badai Matahari
00:40
Planet Mars purba pada 4 milyar tahun silam, diduga punya atmosfir setebal di Bumi. Suhunya juga lebih hangat. Dengan itu, para peneliti astro-biologi menduga, Mars kemungkinan bisa menunjang eksistensi kehidupan berupa mikroba.
Tapi hantaman partikel badai matahari ditambah lenyapnya pelindung medan magnet, membuat atmosfir planet tetangga bumi itu lenyap. Planet jadi gersang, dingin dan tidak bisa lagi menunjang kehidupan. Inilah prakiraan para ilmuwan mengenai penyebab lenyapnya atmosir Mars.
Piring Terbang untuk Planet Mars
Bentuknya seperti pesawat mahluk luar angkasa, sejatinya wahana berwujud piring terbang yang belakangan sering terlihat di langit Pasifik adalah wahana pendarat milik NASA yang rencananya akan dipakai di Mars.
Foto: cc-by-nc/NASA/JPL-Caltech
Wahana Kargo untuk Mars
Low-Density Supersonic Decelerator (LDSD) dikembangkan NASA sebagai wahana berawak untuk mendarat di planet Mars. Dengan LDSD, NASA bisa mengirimkan muatan berbobot 2 hingga 3 ton, jauh dibandingkan dengan bobot maksimal 1 ton seperti yang dimiliki jenis wahana yang ada saat ini.
Foto: cc-by-nc/NASA/JPL-Caltech
Bermula dari Viking
Pengembangan LDSD berawal dari sistem parasut milik program Viking yang berhasil mendaratkan dua wahana nirawak di Mars tahun 1976. Sistem serupa digunakan untuk mengirimkan wahana Curiosity ke Mars 2012 silam. Sistem parasut Viking memungkinkan bobot maksimal yang lebih tinggi, serta menghemat bahan bakar.
Foto: cc-by-nc/NASA/JPL-Caltech
Parasut Terbesar
Menurut berbagai media, NASA mengucurkan dana sebesar 230 juta US Dollar untuk mengembangkan LDSD. Berbeda dengan pendahulunya, parasut yang digunakan NASA untuk piring terbang ini memiliki lebar 30 meter dan termasuk parasut paling besar yang pernah digunakan manusia.
Foto: cc-by-nc/NASA/JPL-Caltech
Tersandung di Ujicoba Perdana
Pada ujicoba perdana 2014 silam, piring terbang NASA berhasil melakukan serangkaian tes, kecuali saat parasut utama tidak mengembang kendati berhasil dilepaskan. Akibatnya wahana anyar ini terbang menghujam samudera Pasifik dengan kecepatan hingga 42 kilometer per detik. Beruntung ilmuwan bisa menyelamatkan kotak hitam dan data-data penerbangan yang tersimpan.
Foto: cc-by-nc/NASA/JPL-Caltech
Ujicoba Kedua
Untuk menyempurnakan sistem parasut pada LDSD, NASA menggelar uji terbang kedua pada awal Juni 2015. Kali ini NASA berniat menguji sistem parasut utama dan piringan balon yang mengembang di sekitar wahana untuk memperlambat laju terbang ketika memasuki atmosfer Bumi.
Foto: cc-by-nc/NASA
Parasut Terkoyak
Namun setelah fase awal yang berjalan lancar, ujicoba LDSD kembali mengalami kegagalan. Perkaranya lagi-lagi parasut utama yang kendati sukses dilepaskan, namun gagal mengembang karena mengalami kerusakan selama proses tersebut.
Foto: cc-by-nc/NASA
Selanjutnya di 2016
Dua ujicoba LDSD menunjukkan NASA masih harus menyempurnakan desain parasutnya sebelum wahana ini bisa mengangkut manusia ke Mars. Hingga pertengahan tahun 2016, badan antariksa AS ini berambisi menuntaskan kendala tersebut sebelum fase ujicoba ketiga digelar.
Foto: cc-by-nc/NASA/JPL-Caltech
7 foto1 | 7
Berbeda dengan bumi, planet Mars tidak memiliki inti logam berbentuk cair, yang membangkitkan medan magnet pelindung terpaan badai matahari.
Laporan terbaru yang diterbitkan dalam jurnal "Science" menyebutkan, hantaman partikel angin matahari secara bertahap mengikis atmosfir Mars. Yang tertinggal hanyalah selubung tipis gas di planet yang kini berwarna merah itu.
Rusia dan Eropa Lacak Kehidupan di Mars
Rusia dan Eropa luncurkan misi ExoMars dengan terget melacak adanya jejak kehidupan di planet Mars. Fase pertama misi: mencari lokasi terbaik di planet merah itu.
Foto: ESA
Siap Diluncurkan
Roket Proton-M buatan Rusia mengangkut Trace Gas Orbiter (TGO) dan pendarat Schiaparelli EDM. Membangun dua perangkat itu perlu waktu 10 tahun. Roket siap diluncurkan dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan setelah diisi penuh bahan bakar.
Foto: ESA
Separasi
Beberapa jam setelah diluncurkan, orbiter (hitam) dan pendarat (emas) akan melepaskan diri dari roket. Dimulai penerbangan selama 7 bulan menuju planet Mars. Kondisi orbital Mars dan Bumi Yang seharis menjadi keuntungan bagi misi ExoMars. Dengan itu waktu perjalanan jadi relativ lebih pendek.
Foto: ESA
Orbiter dan Pendarat Berpisah
Setelah 200 hari terbang di angkasa luar, wahana orbiter dan pendarat akan memisahkan diri tiga hari menjelang memasuki Orbit planet Mars. Diperhitungkan pemisahan dilakukan akhir Oktober. Kedua wahana robotik itu akan melakukan misi terpisah secara mandiri.
Foto: ESA
Misi Pendaratan
Wahana pendarat akan mendekati planet Mars dengan kecepatan 20.000 Kilometer per jam. Lokasi pendaratan : Meridiani Planum sebuah lokasi datar yang dipenuhi mineral hematit. Di bumi biasanya ditemukan di sumber air panas. Jadi siap mendarat di permukaan panas.
Foto: ESA
Pendaratan Empuk
Teorinya atmosfir Mars akan memperlambat laju wahana pendarat. Sebuah parasut akan bertindak sebagi rem yang menurunkan kecepatan hingga tinggal 200 kilometer per jam (gambar model). Pada ketinggian 1.2 Kilometer, roket booster untuk mengerem laju wahana akan dihidupkan, agar pendaratan berlangsung Mulus dan empuk.
Foto: ESA
Memindai Udara
Setelah mendarat di Mars, sejumlah instrumen di dalam wahana pendarat akan mengumpulkan data atmosferik selama 4 hari. Data ini akan menjadi informasi kritis bagi ilmuwan Rusia dan Eropa terkait pendaratan rover pada misi berikutnya. Baterai pada Schiaparelli hanya tahan 4 hari, setelah itu semua peralatan akan mati.
Foto: ESA
Orbiter Juga Bekerja
Orbiter di atas planet Mars juga akan melakukan tugasnya. Untuk itu posisi Orbiter akan dikoreksi terlebih dulu menggunakan Booster roket.
Foto: ESA
Melacak Jejak Gas
Tugas Orbiter adalah "mencium" atau "melacak" jejak gas yang ada di atmosfir Mars. Terutama dilacak keberadaan gas Metana. Karena gas ini bisa menjadi petunjuk adanya sisa atau bahkan aktifitas kehidupan yang masih eksis di planet merah. Tugas Orbiter mencium jejak gas akan berlangsung beberapa tahun, hingga misi berikutnya diluncurkan.
Foto: ESA
Rover ExoMars
Tahun 2018 akan diluncurkan misi ExoMars berikutnyam, untuk mendaratkan wahana penjelajah atau rover di lokasi yang saat ini sedang diteliti. Misalnya di Oxia Planum yang kaya unsur besi dan Magnesium dan berada 3000 meter di bawah permukaan dataran Mars. Diduga masih ada jejak air di sana.
Foto: ESA
Mengebor Sampel
Rover juga akan mengebor tanah di planet Mars untuk mengumpulkan sampel dari bawah permukaan. Harapan para ilmuwan Eusia dan Eropa, di kedalaman Mars akan ditemukan molekul organik. Ini bisa menunjukan jejak aktifitas biologis di Mars. Jika ditemukan ini menjadi sukses pertama bukti adanya jejak kehidupan di planet merah itu.