1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masa Depan Komunikasi

7 September 2017

Bagaimana komunikasi di masa depan? Di Universitas Bauhaus di Weimar peneliti mengadakan riset tentang "Mixed Reality". Beberapa orang bertemu dalam ruang virtual dan saling melihat dengan kaca mata spesial.

DW Shift Mixed Reality: Zukunft der Kommunikation
Foto: WDR

Di laboratorium Universitas Weimar para cendikiawan meneliti sistem komunikasi. Mitra bincang-bincang harus merasa seperti berada di ruang sama.

Stephan Beck, pakar sistem media mengatakan, "Bagi saya, sangat baik jika, misalnya, orang tua saya yang tinggal agak jauh, bisa bertemu saya lebih sering. Teknologi ini bisa memungkinkan orang tua saya mengunjungi saya secara virtual. Dan saya bisa menceritakan kepada mereka tentang dunia kerja dan hidup saya sehari-hari."

Dengan teknik ini, beberapa orang bisa berbicara secara bersamaan dan tiga dimensional. Untuk itu, mereka bertemu di dalam ruang virtual. Sementara mitra mengobrol berada di bagian lain gedung. Dengan kaca mata spesial setiap orang melihat proyeksi dari perspektif sendiri.

Alexander Kulik, yang pakar informatika mengungkap, kehadiran secara virtual bisa dipercaya karena semua yang berpartisipasi dalam obrolan saling punya persepsi. Mereka sadar akan kehadiran orang lain, dan sadar akan keberadaan tubuh mereka sendiri.

Mixed reality: The future of communication?

03:52

This browser does not support the video element.

Dengan sistem ini, interaksi punya kualitas baru, dan ada perpaduan antara yang virtual dan real. Inilah realita yang bercampuran atau Mixed-Reality. Demikian namanya, dan inilah yang ditawarkan bidang komunikasi untuk masa depan kita.

Berbagai ide dan penemuan

Perusahaan Microsoft menampilkan idenya HoloLens. Dalam lensa ini, monitor ada di dalam kaca mata. Dalam penggunaan HoloLens dan dalam teknik di laboratorium percobaan di Weimar, yang dicoba adalah semacam hubungan telefon dalam bentuk video tiga dimensi. Seseorang direkam ketika berbicara, kemudian diproyeksikan di lokasi lain. Gambaran virtual itu secara umum sama dengan aslinya.

Cara lain adalah menciptakan tokoh virtual secara baru sepenuhnya. Itu adalah model seperti ini, dari Institut Max Planck untuk sistem cerdas di Tübingan. Dengan peminday, para ilmuwan merekam tindak-tanduk banyak orang, dan kemudian menganalisanya dengan komputer.

Dengan bantuan algoritma rumit, avatar baru bisa diciptakan. Gerakannya tidak tergantung pada rekaman. Sebuah komputer bisa mengubah dan mengendalikan sepenuhnya.

Stephan Beck menjelaskan, "Tentu 'saya' yang virtual ini bisa diproyeksikan di tempat lain, tanpa orang harus ada di sana. Dan saya yang virtual ini bisa mengambil alih peran manapun yang saya inginkan. Di masa depan nanti, mungkin hanya saya yang virtual saja yang berbincang-bincang dengan proyeksi virtual lain, tanpa tahu apakah saya berbicara dengan orang yang nyata atau tidak.

Membuat tiruan yang virtual, dan berada di beberapa tempat sekaligus secara bersamaan. Itu sebuah pandangan ke masa depan yang tidak bisa diperkirakan sekarang.

Penulis: Jens Hahne (ml/as)