1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

080411 Libyen Misrata

8 April 2011

Membedakan militer di Libya antara pasukan perlawanan dan pasukan Gaddafi serta bantuan humaniter di kota Misrata adalah dua masalah aktual yang sedang dihadapi masyarakat internasional di Libya.

In this image made from television, a dust cloud is seen following the explosion of a missile, outside the strategic oil port of Brega, Libya, Thursday, April 7, 2011. An apparent NATO airstrike slammed into a rebel combat convoy Thursday, killing at least five fighters and sharply boosting anger among anti-government forces after the second bungled mission in a week blamed on the military alliance. (AP Photo/National Transitional Council in Libya via AP Television News)
Pertempuran di Brega, LibyaFoto: AP


Di dalam NATO terjadi sengketa terbuka antara pimpinan politik dan pimpinan militer sehubungan sikap menghadapi kelompok perlawanan di Libya. Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen menyesalkan kematian sekitar 10 anggota pasukan perlawanan Libya akibat serangan pesawat jet tempur NATO. Padahal beberapa jam sebelumnya Komandan NATO Russel Harding menolak menyampaikan permintaan maaf karena kelompok perlawanan tidak menginformasikan kepada pasukan aliansi NATO mengenai penyerangan dengan panser. Sampai Kamis (07/04) lalu pasukan aliansi NATO tidak mengetahui bahwa kelompok perlawanan menggunakan kendaraan panser yang berhasil direbutnya dari pasukan Gaddafi. Juru bicara NATO Oana Lungescu kembali menekankan sulit menilai situasi di medan pertempuran

"Apa yang kami lihat adalah pasukan yang melintas dengan kendaraan sipil. Sulit untuk mengatakan siapa dan masuk ke kelompok yang mana. Selain itu pasukan yang setia kepada Gaddafi menyalahgunakan warga sipil dan memakainya sebagai perisai pertahanan. Mereka memarkir panser-panser di samping mesjid dan sekolah-sekolah. Hampir tidak mungkin melakukan serangan militer tanpa mengambil risiko jatuhnya korban sipil.“

Terutama sulit menilai situasi di Misrata, yang terletak 210 kilometer di timur ibukota Tripoli. Sejak beberapa pekan kota pelabuhan itu dikepung pasukan Gaddafi dan kembali menjadi sasaran tembakan. Jumat (08/04) pagi di timur Misrata kelompok perlawanan berhasil mendesak tentara lokal dari pasukan Gaddafi. Tapi akibat pertempuran itu ribuan penduduk melarikan diri dari rumahnya. Menurut keterangan PBB anak-anak juga menjadi korban dari serangan pasukan Gaddafi. Terdapat laporan tentang hal itu. Namun juru bicara Badan Urusan Anak-anak PBB UNICEF tidak dapat menyebutkan secara tepat jumlah korban yang tewas atau luka. Sementara itu tim investigasi hak asasi manusia PBB akan berangkat ke Libya untuk memeriksa tuduhan kasus pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pasukan yang pro Gaddafi dan kelompok oposisi. Komisi beranggotakan tiga orang itu ditunjuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB dalam sesi khusus yang digelar untuk membahas situasi di Libya di Jenewa Swiss, akhir Februari lalu.

Tim investigasi PBB itu menolak menyampaikan jadwal perjalanan mereka atas alasan keamanan. Namun ketua komisi, pakar kriminalitas Amerika Serikat Cherif Bassioni mengatakan tim beranggotakan tiga orang itu akan menuju Libya timur dan barat demikian pula ke Mesir dan Tunisia.

Tim investigasi PBB dijadwalkan bertolak dari Jenewa Minggu (10/04) besok dan diharapkan kembali akhir bulan ini.

Bassiouni mengatakan misi investigasi akan berlangsung secara fair, imparsial dan tranparan. Tujuan misi tersebut adalah memperoleh informasi sebagai bahan dalam laporannya. Untuk itu ,ereka akan berbicara dengan orang dari segala lapisan, organisasi pemerintah dan non pemerintah, maupun penduduk sipil

"Kami akan mengunjungi rumah sakit-rumah sakit. Jadi kami akan berbicara dengan orang-orang yang terluka. Kami akan pergi ke penjara, berbicara dengan mereka yang sedang ditahan. Kami akan berbicara dengan para pejuang, dengan warga sipil, dengan segala bentuk sumber informasi sejauh fasilitas fisik memungkinkan.“

Selain Bassiouni, anggota tim investigasi PBB adalah pengacara Kanada Philippe Kirsch yang merupakan hakim pada Mahkaman Kriminal Internasional antara tahun 2003-2009 serta Asam Khader, pengacara Yordania/Palestina yang dikenal sebagai pengacara urusan hak asasi dan pimpinan hak-hak perempuan.

Jürgen Stryjak/Dyan Kostermans

Editor: Rizky Nugraha