Masuk Masa "Blade Runner"
16 Juli 2014 Tetapi para ilmuwan juga memperingatkan, ketika perbedaan antara manusia dan robot tambah sempit, masyarakat dihadapkan pada masalah etis dan hukum yang belum bisa terbayangkan. "Komputer sudah bisa melampaui kemampuan manusia," kata pakar robot Hiroshi Ishiguro kepada kantor berita AFP. "Robot akan jadi sangat pintar dalam waktu dekat."
Berkembangnya fiksi ilmiah menjadi fakta ilmu pengetahuan adalah berkat orang-orang seperti Ishiguro, yang mengirim robot android tiruan dirinya, untuk pergi ke perjalanan bisnis di negara lain. "Ini menghemat waktu," katanya. "Bagian atas dan bawah tubuh bisa dimasukkan koper. Tapi kepala sangat rentan. Jadi dibawa ke kabin."
Robot sudah melaksanakan berbagai tugas di Jepang. Mereka memasak, membantu pasien melewati fisioterapi dan digunakan untuk perbaikan dan pembersihan setelah kecelakaan nuklir di Fukushima. Korea Selatan menggunakan robot untuk membasmi ubur-ubur, sementara robot dengan intelegensi artifisial yang bisa menganalisa tren pasar sudah jadi direktur perusahaan di Hong Kong. Suatu hari nanti diprediksikan, robot akan melaksanakan tugas-tugas rumah tangga, menjaga orang sakit, dan bahkan menyajikan kopi.
Tapi apa mereka tampak seperti manusia?
Ishiguro membuat "duplikatnya" dengan memakai alat elektronik berkekuatan tinggi, bagian-bagian yang bisa bergerak secara rumit, silikon dan rambut dari kepalanya sendiri. "Jika kita punya cukup pengetahuan tentang manusia, maka kita juga akan bisa membuat robot seperti manusia," dikatakan Ishiguro sambil menambahkan, "pengetahuan seperti itu biasanya berasal dari bidang ilmu syaraf atau ilmu kognisi.
"Robot dan android lebih penting sebagai cermin untuk merefleksi manusia. Begitu kami menjadi teman, batasan antara manusia dan robot hilang," kata Ishiguro, seorang professor di Universitas Osaka. Hilangnya batasan itu sudah lama mengkhawatirkan bagi banyak orang, seperti sering tampak dalam karya-karya populer.
Misalnya film produksi Hollywood dari tahun 1982, yang berjudul "Blade Runner." Film itu menceritakan situasi di tahun 2019, di mana ada robot-robot yang disebut replicant yang penampilannya tidak berbeda dari manusia biasa. Mereka dibuat lewat rekayasa genetika. Secara fisik mereka lebih unggul dari manusia biasa dan bisa menahan rasa sakit.
Protagonis film itu, yang diperankan Harrison Ford, bertugas mencari replicant yang lari dari tempat mereka ditahan untuk kerja paksa, dan hidup di antara manusia biasa. Masalah yang dihadapi protagonis adalah membedakan replicant dengan manusia biasa.
Jatuh cinta pada teknologi
2013, Hollywood mengeluarkan film lain menceritakan kemungkinan orang jatuh cinta pada teknologi, dalam film berjudul "Her". Dalam film itu, Joaquin Phoenix memainkan tokoh seorang pria pendiam yang kesepian, yang jatuh citna pada sistem operasi inteligen yang hanya ada di realita dalam bentuk suara perempuan di komputer dan alat-alat mobile yang dimilikinya.
Robot masa kini masih jelas berbentuk robot, yang sengaja didesain untuk tampak artifisial. Robot ASIMO dari Honda diperkenalkan tahun 2000 sebagai asisten yang bisa berpindah tempat, dan berpenampilan seperti astronot kecil.
Robot humanoid cerewet yang diberi nama Pepper dipertunjukkan baru-baru ini oleh perusahaan Jepang SoftBank. Robot itu mengaku bisa mengerti emosi orang, dan "70-80% percakapan spontan". Pepper, akan diperjualbelikan kepada masyarakat umum Februari 2015 dengan harga 2.000 Dolar. Pepper punya fitur manusia, yaitu kepala dan dua tangan. Tapi tubuhnya yang dari plastik warna putih jelas menunjukkan sifatnya yang artifisial.
ml/hp (afp)