Bintang induk Tata Surya ini diketahui punya siklus secara berkala melontarkan erupsi plasma bersuhu jutaan derajat Celsiu yang menciptakan badai kosmik. inilha riset bahaya matahari untuk kehidupan di muka Bumi.
Iklan
Matahari, membara. Kekuatan dasyat yang bisa berarti kehidupan atau maut bagi Bumi. Matahari memukau umat manusia sekaligus penuh rahasia.
Matahari sejak lama jadi topik riset Institut Max Planck bidang penelitian tata surya. Para peneliti misalnya ingin mengetahui, bagaimana munculnya erupsi matahari, dan mengapa ada siklus puncak aktivitas, dimana ejeksi korona terjadi lebih sering dan lebih dahsyat setiap sepuluh atau 12 tahun.
Pakar astronomi Prof. Sami Solanki mengungkapkan,"Kami menduga, itu diakibatkan semacam dinamo yang berada di bagian dalam matahari. Tapi bagaimana berfungsinya, kami belum tahu."
10 Fakta Ajaib Tentang Matahari
Ia membunuh dan menghidupkan, berbahaya sekaligus berguna: Matahari tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Berikut 10 fakta menarik ihwal bola api raksasa ini.
Foto: Paul Morley/Fotolia
Fenomena Sesaat
Tidak selamanya gerhana matahari dapat dilihat dari Bumi. Pada masa awal setelah pembentukan sistem tata surya, jarak Bulan dan Bumi masih terlalu pendek sehingga Bulan sepenuhnya menutupi Matahari ketika gerhana. Tapi karena Bulan bergerak menjauh 2 cm dari Bumi setiap tahun, dalam 600 juta tahun, gerhana tidak akan lagi tampil sempurna karena posisi Bulan yang terlalu jauh dari Bumi.
Foto: Paul Morley/Fotolia
Separuh Atau Seluruhnya
Bergantung pada geometri Matahari, Bumi dan Bulan, gerhana dapat terjadi 2 hingga lima kali dalam setahun. Orang yang berada di kutub utara atau selatan cuma bisa melihat gerhana matahari sebagian.
Foto: picture-alliance/ZB/J. Büttner
Berbahaya buat Mata
Gerhana matahari berlangsung antara 5 hingga 12 menit. Selama itu pula mereka yang ingin menyaksikan fenomena alam tersebut harus mengenakan kacamata khusus. Pancaran sinar yang muncul tiba-tiba selama gerhana dapat merusak mata manusia. Sebab itu ilmuwan melarang orang menatap langsung matahari selama gerhana.
Foto: Reuters
Raksasa Kecil di Jagad Raya
Matahari mengandung 99.86% massa yang ada di sistem tata surya kita. Artinya semua planet dan benda langit di sekeliling matahari cuma dibentuk dari 0,14 persen massa. Matahari bergerak dengan kecepatan 220 kilometer per detik ketika mengorbit inti galaksi. Sebab itu butuh waktu 225 hingga 250 juta tahun bagi matahari untuk mengelilingi galaksi Bima Sakti.
Foto: picture-alliance/dpa
Monster Gravitasi
Sangking besarnya, Matahari mampu memuat satu juta benda langit seukuran Bumi di dalamnya. Manusia yang memiliki berat badan 70 Kilogramm di Bumi akan berbobot 1960 kilogramm di permukaan matahari, lantaran gaya gravitasinya yang 28 kali lebih besar. Satu hari di permukaan matahari sama dengan 25,38 hari di permukaan Bumi
Foto: G. Rueter
Menelan Bumi
Matahari adalah bola gas terpanas di tata surya dengan suhu 15 juta derajat Celcius di bagian intinya. 72% gas yang membentuk matahari adalah Hidrogen, sementara 26% adalah Helium. Setiap detik matahari membakar empat juta ton Hidrogen. Ketika cadangan Hidrogen habis, matahari mulai mengolah Helium. Pada saat itu ia akan membesar menjadi raksasa merah dan menelan planet Mercuri, Venus lalu Bumi
Foto: picture-alliance/dpa
Perputaran Kutub
Ilmuwan mengungkap, setiap 11 tahun matahari memutar kutub magnetiknya, sehingga kutub utara menjadi selatan dan sebaliknya. Terakhir perputaran medan magnet matahari terjadi pada akhir 2013 silam. Lantaran massanya yang besar, medan magnet matahari mencapai hingga miliaran kilometer melampaui Pluto.
Foto: picture-alliance/dpa
Jalan Panjang Cahaya
Sinar matahari yang kita rasakan sebenarnya adalah partikel cahaya yang terbentuk melalui reaksi fusi di inti matahari. Namun butuh waktu lama untuk setiap partikel buat mencapai permukaan matahari. NASA menulis, setiap Foton yang dipancarkan matahari berusia antara 100.000 hingga 50 juta tahun. Tapi setelah sampai ke permukaan, cahaya cuma butuh waktu 8 menit dan 20 detik buat sampai ke Bumi
Foto: picture-alliance/dpa
Benturan Berbuah Cahaya
Termasuk jenis cahaya matahari yang paling unik adalah Aurora. Fenomena ini terbentuk akibat partikel bermuatan yang dibawa angin surya, menghantam medan magnetik Bumi. Benturan antara partikel plasma dengan Nitrogen dan Oksigen di atmosfer Bumi inilah yang kemudian melepaskan energi berupa cahaya kehijauan. Aurora juga muncul di planet lain semisal Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptun dan Mars.
Foto: dapd
Mati dan Terlahir Kembali
Matahari terbentuk dari sisa ledakan sebuah bintang raksasa miliaran tahun lalu. Di ujung hidupnya, bintang tersebut mulai memproduksi elemen berat seperti oksigen dan logam yang juga membentuk Bumi. Setelah ledakan, gas yang tersebar berotasi akibat gaya gravitasi dan membentuk bintang baru yang kita sebut matahari. Gambar ini menampilkan tata surya TW Hydrae ketika baru berusia 10 juta tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Obyek yang diteliti berlokasi sejauh 150 juta kilometer dari Bumi. Dan bersuhu panas luar biasa. Di dalam intinya tercipta panas 15 juta derajat Celsius, ketika atom hidrogen lumer menjadi atom helium. Fusi inti ini adalah sumber radiasi, kehangatan dan cahaya matahari, sejak 4,7 milyar tahun.
Medan magnet amorph
Matahari tampak bagi kita seperti bola membara yang bulat. Tetapi itu hanya kenampakan dari Bumi. Masa gas raksasa yang berotasi itu menimbulkan bidang magnet yang tak beraturan. Dari setiap garis medan magnet terbentuk ejeksi korona berupa gas panas yang mencuat hingga sejarak 80.000 km ke luar permukaan mathari.
Pada lingkaran ini terdapat plasma atau gas bersuhu tinggi. "Medan magnet matahari berubah-ubah setiap saat, dan berputar. Garis-garis medan magnet juga bisa saling bersilang. Suatu saat itu bisa menyebabkan seluruhnya tidak stabil. Akibatnya bisa dibayangkan, seperti jika karet gelang tertarik dan akhirnya terlempar", papar Prof. Sami Solanki dengan membuat perumpamaan sederhana.
Erupsi matahari yang dasyat seperti ini kerap terjadi. Jutaan ton gas dari matahari dan plasma sepanas jutaan derajat terlontar ke ruang angkasa. Sebuah badai plasma elektrik mencapai planet Bumi dalam waktu 12 jam. Medan magnet bumi melindungi manusia dari bombardemen partikel kosmik. Tapi di bagian kutub, di mana perisai pelindung paling lemah, molekul oksigen dan nitrogen tampak menyala di atmosfir, membentuk pendar cahaya kutub. Fenomena yang memukau dan tidak berdampak merugikan. Efek berbahaya badai matahari
Tapi badai matahari juga bisa berdampak buruk. Di orbit bumi, badai kosmik bisa menghancurkan satelit dan membahayakan astronot yang sedang bertugas. Badai matahari yang kuat bahkan bisa melumpuhkan pasokan listrik di bumi.
Rahasia Fenomena Pendar Cahaya Kutub
Cahaya kutub atau "Aurora" yang berpendar warna-warni di langit, ibarat menyihir ribuan turis untuk datang menonton. Apa sebenarnya dan bagaimana cahaya kutub ini terbentuk?
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Fenomena Langit di Kutub
Pendar warna warni yang terus bergerak di langit kutub, adalah fenomena magis selama jutaan tahun. Sebetulnya ada dua macam cahaya kutub, di belahan utara Bumi disebut "Aurora Borealis" dan di belahan selatan "Aurora Australis".
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Rantai Cahaya Multiwarna
Cahaya kutub terbentuk di sepanjang sabuk magnetik Bumi. Foto ini diambil dari stasiun ruang angkasa internasional ISS. Pendar cahaya seolah menggambarkan matahari yang baru saja terbenam. Aurora borealis bisa dilihat dari Skandinavia, Islandia, Greenland, Kanada, Alaska dan pantai utara Siberia.
Foto: picture alliance / ZUMA Press
Aurora Australis
Fenomena pendar cahaya di kutub selatan Aurora Australis tidak banyak dikenal, walau tidak kalah indahnya. Pasalnya di kawasan Antartika nyaris tak ada penguhininya. Foto ini diambil dari ruang angkasa oleh astronot Tim Peake dari ISS.
Foto: ESA/NASA/Tim Peake
Fisika Nuklir di Langit
Cahaya kutub terbentuk dari interaksi medan magnet Bumi dengan lapisan terluar Matahari atau Korona. Saat partikel angin Matahari memasuki atmosfir Bumi, medan magnet memblokir hujan partikel. Tapi di kawasan kutub sebagian partikel bisa menembus dan bertabrakan dengan molekul udara. Energi yang dilepaskan saat tabrakan memancarkan pendar warna indah, seperti di Islandia ini.
Foto: Getty Images/AFP/H. Kolbeins
Bentuk dan Warna
Bentuk dan warna cahaya kutub tergantung dari angin matahari. Pada prinsipnya ada empat bentuk dan warna, yakni: seperti mahkota, layar, busur dan pita. Warna hijau tercipta saat angin matahari bertabrakan dengan atom oksigen di ketinggian 100 kilometer dan warna merah jika atom oksigen berada di ketinggian 200 kilometer. Sementara warna ungu dan biru tercipta akibat tabrakan dengan atom nitrogen.
Foto: Getty Images/AFP/O. Morin
Keberuntungan atau Kebetulan?
Tidak ada jaminan, bahwa fenomena cahaya kutub akan muncul pada musimnya. Peristiwa alami ini amat tergantung dari berbagi aspek di luar angkasa maupun di Bumi. Faktor keberuntungan atau kebetulan juga memainkan peranan jika ingin menonton permainan cahaya langit ini. Lazimnya jika langit cerah dan gelap, peluang melihat cahaya kutub akan lebih besar.
Foto: picture-alliance/dpa
Kawasan Potensial
Kawasan yang potensinya amat besar untuk bisa menonton cahaya kutub adalah busur di sekitar medan magnet Bumi di kutub utara. Zona ini memanjang dari Greenland, Skandinavia utara, Islandia, Amerika Utara dekat kutub dan Siberia utara. Statistik mencatat, tanggal 23 September dan 21 Maret saat titik balik matahari, cahaya kutub selalu bisa terlihat di zona tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Cahaya Fotogenik
Keindahan cahaya kutub sebaiknya direkam dalam bentuk foto atau video. Dengan begitu Anda akan memiliki kenangan indah sepanjang masa. Jadi jika memburu cahaya kutub, jangan lupa bawa perlengkapan kamera dan berlatih dulu dengan bukaan rana optimal maupun pencahayaan panjang. Penulis:Hannah Fuchs (as/vlz)
Foto: Getty Images/AFP/J. Nackstrand
8 foto1 | 8
Prof. Sami Solanki menjelaskan lebih jauh, "Hidup kita sangat bergantung pada elektronik, pada listrik. Itu berperan dalam banyak hal. Itu bisa menyebabkan terhapusnya data, melumpuhkan komputer dan sebagainya. Bisa dibayangkan, misalnya kita sedang di dalam pesawat, dan komputer di pesawat tiba-tiba tidak berfungsi. Saya tidak mau ada di pesawat kalau itu terjadi."
Untuk memperbaiki sistim peringatan dini, tahun 2020, Badan Antariksa Eropa (ESA) akan mengirimkan wahana ruang angkasa nir awak ke matahari. Pesawat akan mengorbit mataharia, dan akan mengukur medan magnet yang terletak jauh di bawah permukaan, dengan dilindungi perisai anti panas setebal delapan sentimeter. Alat pengukurnya dibuat di Göttingen:
"Kami berharap di masa depan akan mampu memperkirakan seperti halnya ramalan cuaca, kapan akan terjadi erupsi dan sebagainya, papar pakar astronomi dari Institut Max-Planck itu.
Siapa tahu di masa depan, ramalan datangnya badai matahari ini juga akan termasuk dalam ramalan cuaca.
(DW inovator)
Menguak Misteri Tata Surya
Banyak rahasia Tata Surya hingga kini belum terungkap dan masih merupakan misteri. Beragam temuan astronomi mengungkap fakta menarik dari sistem tata surya, di mana Bumi berada.
Foto: picture-alliance/dpa
Galaksi Bima Sakti
Galaksi Bima Sakti diameternya sekitar 120.000 tahun cahaya. Tata Surya berada di pinggiran, sejarak 27.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Matahari sebagai pusat sistem planet hanyalah satu dari 400 milyar bintang di galaksi ini. Bintang tertua berumur 13,8 milyar tahun yang nyaris seumur dengan Dentuman Besar (Big Bang).
Foto: AP
Tata Surya
Tata Surya terdiri dari delapan planet besar dan sejumlah planet kecil serta obyek langit lainnya. Merkurius, Venus, Bumi dan Mars disebut planet dalam, sementara Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus disebut planet luar. Umur Tata Surya ditaksir sekitar 4,6 milyar tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
Bumi: Planet Makhluk Hidup
Bumi adalah satu-satunya planet yang dihuni makhluk hidup di sistem Tata Surya. Posisinya yang ideal serta adanya atmosfir dan air dalam bentuk cair merupakan prasyarat penting bagi adanya kehidupan. Sejauh ini pencarian exo-planet mirip Bumi untuk melacak kehidupan lain di jagat raya belum membuahkan hasil.
Foto: picture-alliance/dpa
Venus: Planet Anomali
Venus dijuluki kembaran Bumi. Planet ini memiliki anomali, rotasinya berlawanan arah jarum jam, hingga Matahari terbit di barat dan terbenam di timur. Satu hari Venus lebih panjang dari satu tahunnya. Penyebabnya, rotasi Venus pada sumbunya setara 243 hari Bumi, lebih lambat ketimbang evolusinya mengelilingi Matahari yang 224 hari Bumi.
Foto: picture-alliance/dpa
Yupiter: Planet Terbesar
Massanya 318 kali Bumi dan memiliki 67 satelit. Empat yang terbesar adalah Ganymede, Calisto, Io dan Europa. Ganymede ukurannya lebih besar dari planet Merkurius. Yupiter juga terkenal memiliki bintik merah raksasa, yakni badai antisiklon bekecepatan 450 km/jam yang besarnya dua kali Bumi.
Foto: picture alliance/dpa
Saturnus: Planet Bercincin
Saturnus bukan satu-satunya planet bercincin di Tata Surya, tapi yang paling jelas kenampakannya. Cincin terdiri dari partikel es dan batuan mikro hingga seukuran rumah. Dari 62 satelitnya, dua yang terbesar adalah Titan, yang lebih besar dari planet Merkurius, dan Enceladus menunjukan aktivitas geologi dan memiliki atmosfir. Kedua satelit itu diselimuti lapisan es beku.
Foto: HO/AFP/Getty Images
Uranus dan Neptunus: Bertukar Posisi
Dua planet terluar, yaitu Uranus dan Neptunus, 3,8 milyar tahun lalu bertukar posisi akibat gravitasi Yupiter. Sebelumnya Uranus berada di bagian terluar dan Neptunus di dekat Saturnus. Untuk membuat rotasi seimbang, Neptunus terdesak ke bagian paling luar dan membuat garis lintasan elips baru rotasi Matahari.
Foto: NASA
Adakah Mahluk Cerdas Lain?
Bumi sejauh ini merupakan planet satu-satunya di jagad raya yang diketahui memiliki mahluk cerdas. Pencarian sesama mahluk cerdas di luar angkasa atau SETI, sejauh ini belum menunjukkan hasil konkrit. Potensinya amat banyak, trilyunan sistem tata surya lain menanti. Apakah teknologi Bumi masih ketinggalan dibanding mahluk cerdas lain?
Foto: picture-alliance/dpa
Kandidat Planet Baru
Pluto cukup lama diakui sebagai planet ke-9, namun statusnya tetap kontroversial. Kini muncul sedikitnya tiga kandidat yang bisa diakui sebagai planet baru di Tata Surya, yakni Ceres, Charon dan Xena. Di masa depan mungkin Tata Surya akan terdiri dari sistem 12 planet.