Materi penting tersembunyi dalam ponsel, komputer dan turbin angin. 17 elemen kimia yang disebut materi langka atau "rare earth." Ilmuwan dan ekonomi ingin memajukan daur ulang bahan dasar berharga itu.
Iklan
Di berbagai rumah tangga di Jerman, tersimpan harta karun. Sekitar 80 juta ponsel yang dianggap ketingalan teknologi, tergeletak terlupakan di laci atau gudang. Demikian pula banyak komputer, monitor, televisi atau barang elektronik lainnya yang disimpan di gudang.
Padahal barang-barang elektronik ini mengandung bahan berharga dan elemen langka : tembaga, emas, perak dan logam yang jarang dikenal seperti Tantalum, Neodimium, Indium dan Itrium. Materi langka ini bila hanya sekali saja dipakai dalam sebuah produk, sebetulnya merupakan penghamburan uang dalam jumlah besar.
Masalahnya, proses daur ulang materi langka (rare earth) dan logam-logam strategis, masih berada di tahap amat dini. "Dengan proses teknik yang sudah dikenal saat ini, dari rongsokan elektronik semacam itu, kita baru dapat memperoleh kembali tembaga dan emas", kata Profesor Kerstin Kuchta peneliti di Perguruan Tinggi Teknik TU Hamburg-Harburg. Dalam satu ton rongsokan ponsel terpendam harta karun sampai 300 gram emas.
Memburu "Harta Karun" di Sungai Thames
Selama ratusan tahun Thames jadi tempat pembuangan sampah bagi banyak orang. Apapun yang tidak diperlukan dibuang ke sungai. Sekarang pemburu harta karun menikmati dampaknya, karena mereka menemukan banyak benda menarik.
Foto: Reuters/N. Hall
"Pencari Harta" Saat Bekerja
Andy Johansen dan Ian Smith menggali lubang di bawah jembatan Southwark di kawasan sungai Thames yang dipenuhi lumpur, untuk menemukan "harta" yang dicari. "Mudlarks" adalah sebutan bagi mereka yang mencari benda-benda menarik di lumpur yang ditinggal air pasang di sungai.
Foto: Reuters/N. Hall
Tangan dan Detektor Logam
Matthew Goode menggunakan detektor logam, agar dapat menemukan sesuatu di dekat Tower Bridge. Saat ini air sungai Thames sedang surut, jadi ini waktu bagus untuk mencari harta.
Foto: Reuters/N. Hall
Imbalan
Ini salah satu benda yang berhasil mereka temukan: sebuah uang logam dengan wajah Raja Henry VII. Untuk uang logam seperti ini, kolektor bersedia membayar ratusan Pound Sterling.
Foto: Reuters/N. Hall
Sampah atau Harta?
Tapi di dalam lumpur juga terselubung berbagai benda lainnya, misalnya pipa tembakau, pecahan dan kaleng makanan yang sudah karatan.
Foto: Reuters/N. Hall
Siapa Bilang Perlu Cahaya Matahari...
... kalau memang bertekad mencari harta? Walaupun matahari sudah terbenam, dengan pancaran sinar lampu senter orang juga bisa menemukan benda-benda menarik.
Foto: Reuters/N. Hall
Lembab dan Kotor
Seorang pencari harta sejati tidak boleh pantang bersentuhan dengan air. Lagipula, dengan perlengkapan lengkap, mereka sebenarnya tidak bersentuhan langsung dengan air kotor.
Foto: Reuters/N. Hall
Koleksi Memukau
Setelah waktu berlalu, pencari harta bisa punya koleksi yang mengagumkan. Misalnya yang tampak pada foto: dadu dan batu domino, juga uang logam dari masa Tudor. Dinasti Tudor berkuasa di Inggris antara tahun 1485 dan 1603.
Foto: Reuters/N. Hall
Dulu Mainan, Sekarang Jadi Harta
Apakah patung-patung kecil dari timah ini dulu dibuang? Yang jelas, di tangan pencari harta Jason Sandy patung-patung kecil ini kembali mendapat tempat terhormat.
Foto: Reuters/N. Hall
8 foto1 | 8
Bahan Dasar Lewat Daur Ulang
Bagi daur ulang elemen langka atau "rare earth" sejauh ini masih belum ada proses yang cukup sempurna untuk memanen bahan-bahan tersebut dalam jumlah besar. Masih diperlukan waktu lima sampai 10 tahun, begitu perkiraan Profesor pada TU Hamburg-Haburg Kuchta.
Dikatakannya, "Kesadaran bahwa bahan dasar ini langka dan amat berharga sudah sampai di kalangan industri." Upaya dari para ilmuwan dan pihak ekonomi sudah jauh lebih banyak.
Evolusi Telepon Genggam
Ponsel tidak bisa dilepaskan lagi dari keseharian kita. Kini tidak bisa dibayangkan hidup tanpa alat komunikasi ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Ponsel Pertama
Martin Cooper, mantan wakil direktur Motorola dengan ponsel model DynaTAC (Dynamic Adaptive Total Area Coverage). Ini adalah telepon genggam pertama yang dijual secara komersil. Motorola memperkenalkannya di tahun 1973. Tapi baru 10 tahun kemudian ponselnya tersedia di pasaran. Beratnya kurang dari satu kilogram dan harganya mahal. Hampir 4000 Dolar AS.
Foto: picture-alliance/dpa
Awalnya Berat
70 tahun yang lalu, para pemakai telepon genggan masih harus menenteng alat seberat 12,5 kilogram dengan jangkauan yang sangat terbatas. Karena biaya yang mahal, pengunanya kebanyakan politisi dan pengusaha.
Foto: Museum für Kommunikation Frankfurt
Format Kantong Celana
Tahun 1989 diluncurkan ponsel pertama di pasar yang muat di kantong celana. MicroTAC dari Motorola adalah telepon genggam pertama yang bisa dilipat. Handphone ini memulai tren perangkat yang semakin kecil di sektor ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Ponsel Digital
Tahun 1992 dimulai era ponsel digital. Motorola 3200 adalah ponsel pertama yang mendukung standar ponsel generasi kedua (2G).
Foto: Telekom
Sukses SMS
1994 Short Message Service (SMS) diluncurkan. Dulu tujuannya untuk menyampaikan berita mengenai sinyal buruk atau gangguan jaringan. Pesan dengan 160 karakter secara cepat menjadi layanan ponsel yang paling sering digunakan.
Foto: DW/Brunsmann
Produk Massal
Mulai 1997 semakin banyak jenis ponsel yang tersedia di pasaran. Ponsel lipat dan slide menjadi aksesori favorit. Dipasarkannya model-model yang lebih murah dan diluncurkannya kartu pra bayar menjadikan ponsel sebagai produk massal.
Foto: picture-alliance/dpa
Smartphone Pertama
Nokia 7110 yang diluncurkan 1999 adalah ponsel pertama dengan Wireless Application Protocol (WAP). Dengan begitu pengguna ponsel bisa mengakses internet. Memang bentuknya masih versi teks dari situs, tapi ini langkah revolusioner bagi internet mobile. Setelah itu hadir model yang menyatukan ponsel, pager dan fax.
Foto: imago
Era Baru
2007 iPhone pertama dari Apple dengan layar sentuh dluncurkan. Ini bukan smartphone pertama, tapi ponsel pertama dengan tampilan yang mudah digunakan.
Foto: imago
Terus Berkembang
Dengan generasi terbaru, rumah, mobil, dan kantor bisa terhubung. Dan perkembangan teknologi smartphone belum berakhir.
Foto: picture-alliance/AA/D. Mareuil
9 foto1 | 9
Setiap tahun sekitar 130 ribu ton materi langka diproduksi, seluruhnya di Cina. Pimpinan pasar dunia itu sudah membatasi ekspor dan menaikkan harga jual. Di negara-negara lain juga terdapat materi langka, tapi selama ini belum ditambang.
Di Jerman saja dapat diperoleh 100 sampai 500 ton materi langka "rare earth" melalui proses daur ulang. "Itu jumlah yang kecil, tapi juga agak dapat menenangkan kondisi pasar". Kini ukuran barang-barang elektronik, juga makin kecil dan ringkas, sehingga hanya diperlukan materi langka dalam jumlah kecil, tutur ilmuwan perempuan tersebut.
Logam Berharga Milyaran
Sekitar 200 pakar sampah dari negara berbahasa Jerman melakukan pertemuan selama dua hari mulai Selasa (05/2) di Kamar Dagang dan Industri Hamburg, guna bertukar pengalaman masalah daur ulang barang-barang elektronik.
"Upcyling" Sampah Jadi Karya Seni
Bisakah membuat karya seni berkualitas tinggi dengan sampah? "Upcycling" membuat semuanya jadi mungkin. Di Kenya, orang-orang membuat produk-produk khas yang berguna dan ramah lingkungan dari sampah.
Foto: Isabella Bauer
Mode Ramah Lingkungan
London-Paris-Nairobi. Sudah sejak lama ibukota Kenya mengukir nama menjadi kota mode. Banyak rancangan yang tak hanya asli tapi juga ramah lingkungan. "Upcycling" kini jadi tren di Kenya. Sampah dan barang-barang tak berguna dijadikan produk baru. Di Eropa, masyarakat pengolah limbah sampah merupakan fenomena langka. Di Kenya, hal tersebut sudah jadi rutinitas harian.
Foto: Mia Collis
Diolah Untuk Catwalk
“Hidup kedua“ adalah tema rancangan Nike Gilager Kondakis yang terbuat dari hasil upcycling baju-baju bekas. Berton-ton baju-baju diimpor dari Eropa, itu alasannya mengapa Afrika Timur makin jarang memproduksi kain dan baju kulit sendiri. Kondakis memotong baju-baju tersebut, mengkombinasikannya satu sama lain dan membuatnya jadi rajutan. Hasilnya bisa sebuah bolero atau kemeja.
Foto: Mia Collis
Serpihan Pembawa Keberuntungan dan Seni
Kaca bekas adalah bahan bakunya. Di kota Kitengela yang terletak di selatan Nairobi, seorang seniman Jerman, Nani Crozi telah mendirikan tempat pembuatan seni kaca terbesar di Afrika Timur. Ada sekitar 40 orang pekerja kreatif yang hidup dan bekerja disana. Setiap-hari, berton-ton gelas bekas diserahkan ke “desa para seniman“ itu, untuk di hancurkan dan dicairkan di tungku khusus kaca.
Foto: Isabella Bauer
Aksesoris Warna-warni
Seniman-seniman Kitengela juga terkenal dengan pernak-pernik kaca buatan mereka yang unik dan terbuat dari tangan. Pernak-pernik ini sangat digemari oleh para perancang mode Kenia. Manik-manik tersebut bisa dijual langsung atau dibawa ke “desa para seniman“ untuk diproses lebih lanjut.
Foto: Isabella Bauer
Bukan Untuk Dibuang
Kibe Patrick telah hidup dan bekerja selama 4 tahun di komunitas para seniman di Kitengela. “Saya selalu menggunakan barang bekas untuk karya seni," katanya. Kini, ia sedang berusaha menggabungkan kaleng dengan manik-manik khas Kitengela. Baginya ini tentang menciptakan hal baru yang asli buatannya sendiri.
Foto: Isabella Bauer
Kesenian Hijau
Sejak tinggal di Kitengela, Kibe Patrick bisa medapat uang lewat keahlian seninya. Karya seninya sangat ramah lingkungan. Di Afrika sampah melimpah, sebab plastik, botol atau logam bekas hampir tak pernah di daur ulang. Siapapun yang bekerja dengan sampah-sampah ini hanya perlu sedikit energi. Selain mengurangi polusi udara dan air, ia juga telah mengurangi emisi gas rumah kaca.
Foto: Isabella Bauer
Perhiasan dari Sampah
Perancang perhiasan Marie Rose Iberli juga memakai manik-manik Kitengela di koleksinya. Selain itu, ia juga membuat manik-manik dari kertas, tulang, almunium dan tanduk. “Sebagai seorang perancang yang membuat saya terpesona adalah keterbatasan alami bahan-bahan ini", katanya. Lebih menarik bekerja menggunakan barang-barang itu, daripada plastik - bahan yang hampir bisa dibuat untuk apa saja.
Foto: Isabella Bauer
Dari Bahan Jadi Ide
Apakah pekerjaan menggunakan tanduk atau tulang itu termasuk “recycling“ atau “upcycling“ atau tidak dua-duanya? Iberli membiarkan pertanyaan itu tetap terbuka. Baginya satu hal yang jelas: Ketika membuat perhiasan berkulitas tinggi dengan menggunakan almunium motor bekas- ia sadar, bahwa seringkali bahan pembuat kerajinan senilah yang memberikan ide-ide pada rancangannya.
Foto: Isabella Bauer
Tradisi dan Tren
Ide untuk memungut dan menggunakan sesuatu kembali, sering menghinggapinya, kata Iberli. Seperti, seniman Nani Croze, Iberli juga berasal dari Jerman. Ia adalah seniman yang banyak dipengaruhi oleh masa setelah Perang Dunia II. Dan terserah saja, mau disebut sebagai "recycling" atau "upcycling"- kesenian Kitengela adalah sebuah tradisi sekaligus tren dan telah diterima baik di Eropa.
Foto: Isabella Bauer
9 foto1 | 9
Selama ini banyak alat elektronik samasekali tidak kembali ke sirkulasi bahan berharga. Dari Jerman saja menurut perkiraan, lebih dari 150 ribu ton peralatan elektro dan elektronik bekas diekspor ke Asia dan Afrika. Padahal logam-logam yang terkandung di dalamnya bernilai milyaran Euro.
Sejauh ini rangsangan bagi konsumen, untuk mengembalikan kembali barang elektronik bekasnya masih kurang. Kemungkinan untuk itu misalnya menerapkan sistem pengembalian barang bekas kepada penjual dengan mendapat imbalan uang dalam jumlah tertentu, yang diatur dengan undang-undang.
Sampah Bertukar Asuransi Kesehatan
Gamal Albinsaid menawarkan asuransi kesehatan mikro yang dibayar dengan sampah. Kiprahnya itu mendapat berbagai penghargaan internasional. Buat DW, Gamal termasuk 'local hero' yang semakin jarang ditemui.
Foto: Gamal Albinsaid
Pengabdian Dokter Muda
Ide mendirikan Garbage Clinical Insurance didapat Gamal Albinsaid ketika masih berkuliah di jurusan kedokteran Universitas Brawijaya, Malang. "Tujuan kami adalah meningkatkan anggaran kesehatan di setiap rumah tangga," ujarnya.
Foto: Getty Images/AFP/A. Rochman
Dari Limbah Menjadi Komoditi
Sampah kemudian dipilih sebagai alat tukar. Karena sifatnya yang berlimpah dan gratis, sampah tidak membebani keuangan keluarga miskin. "Kami mengubah persepsi masyarakat terhadap sampah," kata Gamal. "Asuransi kesehatan (GCI) membuat masyarakat lebih menghargai sampah dan mengelola sampah tersebut," tuturnya.
Foto: Gamal Albinsaid
Diolah dan Didaur Ulang
Setiap anggota memberikan sampah seberat kira-kira tujuh kilogram per bulan dengan nilai sekitar Rp. 10.000. GCI kemudian mengolah sampah organik menjadi kompos, sementara sampah plastik dijual untuk didaur ulang. Pendapatan dari penjualan sampah tidak cuma cukup membayar tenaga medis, tetapi juga membeli obat-obatan buat pasien.
Foto: Gamal Albinsaid
Untuk Kaum Miskin
Terutama penduduk berpendapatan minim menghargai layanan kesehatan yang ditawarkan Gamal Albinsaid. "Kalau saya bayar pakai sampah, saya tidak mengeluarkan uang. Jadi program ini membantu anggaran kesehatan saya," ujar salah seorang pasien.
Foto: Gamal Albinsaid
Sedayung Dua Pulau
Dengan programnya itu, Gamal Albinsaid tidak cuma membantu menuntaskan masalah mahalnya layanan kesehatan di Indonesia, tetapi juga masalah sampah. Kini GCI sudah hadir di lima kota dengan lebih dari 3500 anggota. Gamal berniat menularkan gagasannya itu ke luar negeri.
Foto: Gamal Albinsaid
Sendiri Tanpa Donor
Prestasi terbesar Gamal Albinsaid adalah membuat asuransi mikro GCI bertahan hidup dengan keuangan sendiri, tanpa suntikan dana dari donor besar. "Saya beruntung karena dikelilingi orang-orang yang mau berkorban," ujarnya.
Foto: Gamal Albinsaid
Penghargaan Internasional
Kiprah Gamal dan Garbage Clinical Insurance tidak terlewatkan oleh dunia internasional. Tahun 2014 silam ia misalnya bertemu Pangeran Charles buat menerima penghargaan The HRH Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur dari Kerajaan Inggris.