Apakah Anda suka bermalasan di tempat tidur? Mungkin ini pekerjaan ideal untuk Anda. Ilmuwan antariksa Jerman mencari "kelinci percobaan" untuk menguji efek gaya berat mikro pada tubuh manusia.
Iklan
Ilmuwan luar angkasa Jerman menawarkan € 16.500 (sekitar 266 juta Rupiah - Red) bagi mereka yang bersedia untuk berbaring di tempat tidur selama 60 hari. Tujuannya untuk menguji efek negatif dari bobot tubuh manusia.
Studi jangka panjang di tempat tidur, yang bertujuan memahami dampak gaya berat mikro pada astronot selama penerbangan antariksa ke bulan dan Mars, melibatkan 12 pria dan 12 wanita yang berbaring di tempat tidur selama dua bulan di Pusat Penerbangan dan Antariksa Jerman (DLR) di kota Köln.
"Penting bagi kru penerbangan antariksa agar dilakukan percobaan dalam gaya berat mikro. Kita harus membuatnya seaman mungkin untuk para astronot," kata Hansjörg Dittus, anggota Dewan Eksekutif DLR untuk Penelitian dan Teknologi Antariksa.
Jangka waktu yang lama dalam kondisi tanpa bobot menyebabkan atrofi tulang dan otot, penurunan fungsi kardiovaskular, dan memaksa cairan tubuh untuk bergerak ke bagian atas tubuh. Ini juga dapat menyebabkan tubuh lemah, pusing, wajah bengkak, mual, gangguan telinga bagian dalam, sistem kekebalan tubuh yang terganggu dan sakit punggung.
Sebagai bagian dari studi simulasi, peserta akan dikurung di tempat tidur untuk semua eksperimen, makan, dan bersantai - bahkan untuk mandi atau pergi ke kamar mandi.
Peristiwa Astronomi Paling Seru Tahun 2019
Meski tergolong sepi peristiwa, Indonesia akan dilewati oleh gerhana matahari cincin di penghujung tahun. Peristiwa astronomi apalagi yang patut disimak selama tahun 2019?
Foto: picture alliance/dpa/K. Mayama
Ramai Sambangi Bulan
Setelah keberhasilan modul pendarat Chang'e-4 milik Cina (gambar), sejumlah negara mengirim misi menyambangi bulan pada tahun 2019. Sebuah perusahaan Israel, SpaceIL, telah menjadwalkan pendaratan bulan pada Februari mendatang. Sementara pada 30 Januari Badan Antariksa India direncanakan meluncurkan Chandrayaan-2 dalam misi serupa setelah sempat tertunda selama hampir satu tahun.
Foto: picture-alliance/Xinhua
Gerhana Matahari Parsial
Di tahun yang baru, pada 6 Januari penduduk Bumi disambut oleh gerhana matahari parsial. Fenomena ini adalah yang kedua dari rangkaian delapan gerhana matahari yang terjadi antara 13 Juli 2018 hingga 4 Desember 2021. Sayangnya gerhana matahari kali ini hanya bisa dinikmati oleh penduduk di kawasan utara Cina, Jepang, Mongolia dan sebagian kecil wilayah Rusia.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Gerhana Bulan Total
Fenomena langka yang bakal menyambangi Bumi pada 21 Januari 2019 adalah yang pertama dari dua gerhana bulan tahun ini. Namun sayangnya gerhana bulan total ini tidak bisa dinikmati penduduk Indonesia lantaran hanya bisa dilihat di benua Amerika dan langit barat Eropa dan Afrika.
Foto: picture-alliance/dpa/K.-J. Hildenbrand
Hari Kelahiran Galileo
Setiap tanggal 15 Februari komunitas sains dan akademis merayakan hari kelahiran Galileo Galilei, astronom Italia yang membuktikan konsep Heliosentrisme milik Nikolaus Kopernikus dan sebab itu mengalami persekusi oleh gereja. Galileo dikenal sebagai pakar fisika modern pertama di Bumi yang mengembangkan metode penelitian berbasis eksperimen, pengukuran, observasi dan analisa matematika.
Foto: picture-alliance/akg-images
Gerhana Bulan Parsial
Fenomena kosmik yang akan tiba pada tanggal 16 Juli 2019 hanya akan terlihat jelas di Afrika, Asia Tengah dan Selatan, Eropa Tenggara, namun juga bisa disimak menjelang matahari terbit di barat Indonesia. Sebuah teleskop atau binokular bisa digunakan buat menyaksikan fenomena langit ini.
Foto: picture-alliance/AP Photo/I. Ohara
Ragam Observasi Antariksa
Tahun 2018 silam NASA dan ESA mengirimkan empat misi penelitian ke luar angkasa. Tahun ini para ilmuwan siap memanen data dari ke-empat wahana tersebut, yakni Parker Solar Probe yang mempelajari matahari, InSight untuk menyadap aktivitas tekntonik di planet Mars, TESS yang bertugas melakukan sensus bintang di Galaksi Bima Sakti dan BepiColombo yang memulai perjalanan panjang ke planet Merkuri.
Foto: NASA/JHUAPL
Transit Merkurius
Pada 11 November mendatang planet Merkurius akan melintasi matahari. Peristiwa yang sangat langka ini bisa disimak dengan menggunakan teleskop yang dilengkapi filter surya di benua Amerika, Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Transit Merkurius selanjutnya baru bisa disimak lagi pada tahun 2039.
Foto: picture-alliance/dpa/INAF
Gerhana Matahari Cincin
Setelah dilewatkan oleh berbagai fenomena antariksa, Indonesia akhirnya bisa menikmati peristiwa langit langka berupa gerhana matahari cincin di penghujung tahun. Pada 26 Desember gerhana matahari berbentuk cincin api ini akan melintasi sebagian wilayah Sumatera, tepatnya mulai dari pulau Simeulue, Sibolga, Padang Sidempuan, Dumai, Duri dan Kepulauan Riau. (rzn/as: NASA, ESA, ESO, Seasky)
Foto: picture alliance/dpa/K. Mayama
8 foto1 | 8
Tempat tidur juga dimiringkan ke bawah di bagian letak ujung kepala sebesar enam derajat untuk mensimulasikan perpindahan cairan tubuh yang dialami oleh astronot dalam gaya berat mikro.
Dalam percobaan pertama, dua pertiga dari peserta percobaan akan dimasukkan setiap hari ke alat "short-arm human centrifuge manusia" yang menciptakan gravitasi buatan.
Centrifuge bertujuan untuk menguji apakah gravitasi buatan dapat mencegah atau menangkal perubahan fisiologis yang dialami di ruang angkasa.
Penelitian, yang didanai oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA), akan dilakukan dalam dua putaran. 12 peserta pertama tiba pada tanggal 25 Maret dan angkatan kedua diharapkan memulai studi pada bulan September.
Para ilmuwan masih mencari peserta percobaan, terutama perempuan, untuk tahap kedua. Diperlukan kemampuan bahasa Jerman yang baik untuk berpartisipasi.
Selain kompensasi uang, Pusat Penerbangan dan Antariksa (DLR) mengatakan manfaat berpartisipasi dalam penelitian ini adalah menggunakan waktu untuk belajar, menonton TV, menghindari tugas sehari-hari dan "mendapatkan ide yang jelas tentang tujuan yang ingin Anda capai di masa depan. " (vlz/ap)
Yuri Gagarin - Manusia Pertama di Luar Angkasa
Kendati meninggal dunia hanya tujuh tahun setelah misi bersejarahnya itu, sosok legendaris ini tidak hanya menginspirasi petualangan manusia di antariksa, tapi juga mampu melampaui permusuhan Perang Dingin.
Foto: picture alliance/dpa
Sejarah di Baikonur
Pada 12. April 1961 Yuri Gagarin meluncur dengan roket Vostok-1 dari bandar antariksa Baikonur menuju luar angkasa. Ia berhasil mengelilingi Bumi dan menjadi manusia pertama di antariksa. Namun kehidupan Gagarin yang bertabur bintang kehormatan itu berakhir tragis. Pada 27 Maret 1968 ia tewas setelah pesawat tempurnya, MIG-15 jatuh di dekat kota Kirzhach.
Foto: AFP/Getty Images
Pahlawan dari Langit
Setelah kembali dari misinya di luar angkasa, Gagarin dirayakan bak pahlawan di seluruh dunia. Dia seharusnya melanjutkan karir sebagai kosmonot ketika menyelesaikan pendidikan sebagai pilot jet tempur. Namun sang pahlawan mengalami kecelakaan pesawat terbang saat mencoba melakukan manuver terbang yang riskan dan berbahaya.
Foto: Getty Images
Pengakuan Internasional
Meski di tengah perang dingin, Gagarin banyak mendapat pengakuan di negara barat atas prestasinya. Namun kiprah sang kosmonot semakin memperuncing persaingan antara Uni Sovyet dan AS. Pada gambar ini harian Huntsville Times mewanti-wanti ilmuwan AS agar bekerja lebih keras untuk menyaingi dominasi Sovyet di luar angkasa.
Foto: AFP/Getty Images
Aksi Heroik John Glenn
Ambisi AS menjadi kenyataan pada 20 Februari 1962. NASA sukses meluncurkan astronot pertama dengan menggunakan roket Mercury-Atlas 6. John Glenn sebelumnya bekerja sebagai pilot ujicoba militer AS dan pernah mencatat rekor sebagai manusia pertama yang menembus batas kecepatan suara. Di luar angkasa ia mengitari Bumi sebanyak tiga kali.
Foto: Reuters/NASA
Sejarah di Tangan Valentina
Sebagai jawaban atas penerbangan antariksa Glenn, Sovyet setahun kemudian mengirimkan perempuan pertama ke luar angkasa. Selama tiga mengoperasikan modul Vostok-6, Valentina Tereschkova mengelilingi Bumi sebanyak 58 kali. Hingga kini pun pamor Valentina tidak berkurang. Pada 2014 silam ia mengibarkan bendera Olympiade pada pesta pembukaan pesta olahraga musim dingin di Sotschi, Rusia.
Foto: picture-alliance/RIA Nowosti
Mitos Gagarin di Timur Eropa
Pesona Gagarin hingga kini pun masih bertahan, terutama di negara-negara Eropa timur. Pada gambar tampak wajahnya menghiasi luksian dinding di Ukraina. Pada era Uni Sovyet, negara-negara anggota berhak mengikuti program antariksa Rusia dan mengirimkan kosmonotnya ke luar angkasa.
Foto: DW/R. Goncharenko
Luar Angkasa Milik Bersama
Dengan berakhirnya Perang Dingin, Rusia dan AS mulai bekerjasama di luar angkasa. Era keterbukaan itu diawali secara simbolik ketika Rusia mengundang astronot barat ke stasiun luar angkasa Mir pada 1986. Kini kedua negara aktif membiayai dan mengawal stasiun luar angkasa ISS yang juga melibatkan Uni Eropa, Kanada dan Jepang.
Foto: picture-alliance/dpa/ESA/NASA
Mimpi ke Bulan di Masa Depan
Kerjasama lintas negara di luar angkasa juga diyakini akan berlanjut di masa depan. Terutama ambisi manusia menduduki bulan dan mengirimkan misi berawak ke planet Mars hanya bisa dilakukan jika semua negara yang memiliki program antariksa saling bekerjasama.