Maya, Suku dengan Kebudayaannya yang Masih Bertahan
Andreas Boueke28 September 2015
Kalender Maya kuno pernah membuat kegemparan di banyak belahan dunia, karena meramalkan datangnya kiamat pada tanggal 21 Desember 2012. Namun Maya bukanlah hanya suku dari masa lalu.
Iklan
Tahun 2012 lalu, perhatian dunia ditujukan pada Maya, lebih tepat pada nenek moyang mereka, yang telah mengembangkan satu sistem penanggalan dan dianggap telah meramalkan akhir dunia.
Suku Maya kuno telah mengamati bintang-bintang, pergerakan matahari dan bulan. Mereka menafsirkan siklus iklim, panjang hari dan malam, panas dan dingin, hujan dan kekeringan. Mereka juga menetapkan tahun, yang terdiri dari 18 unit masing-masing selama 20 hari, Pada setiap akhir tahun terdapat lima hari suci, hari yang diperuntukkan untuk merenungkan masa lalu, mempertimbangkan masa kini dan masa depan. Panjang tahun suku Maya sama dengan panjang tahun kalender Gregorian yang digunakan saat ini, 365 hari.
Menguak Misteri 'Suku Yahudi yang Hilang' di India
Masyarakat adat Bnei Menashe, yang mengaku keturunan salah satu "suku Israel yang hilang," hidup di negara bagian India timur laut yang bergolak Manipur dan Mizoram. Secara bertahap kini mereka bermigrasi ke Israel.
Foto: Bijoyeta Das
Sejak 6000 tahun lalu menetap di India
Komunitas Bnei Menashe di India terdiri dari masyarakat Mizo, Kuki dan Chin, yang berbicara bahasa Tibet-Burman. Menek moyang mereka diyakini telah menetap di timur laut India sejak sekitar 6.000 tahun silam. Mereka memeluk agama Kristen pada abad ke-19.
Foto: Bijoyeta Das
Kini banyak yang memeluk agama Yahudi
Namun kini cukup banyak orang Bnei Menashe yang kembali atau berpindah keyakinan dengan menganut agama Yahudi. Bahkan sekitar 2.000 orang dari mereka kini sudah bermigrasi ke Israel.
Foto: Bijoyeta Das
Kontroversi politik
Tahun 2005, pemerintah Israel mulai menolak visa untuk warga Bnei Menashe setelah memicu kontroversi politik di India. Pemerintah India menuding pemberontakan di Manipur dan Mizoram dimana mereka bermukim telah meningkatkan ancaman terhadap keamanan nasional. Banyak orang juga dituduh melanggar kesetiaan terhadap pemerintah India.
Foto: Bijoyeta Das
Menepis tuduhan
Baik warga India maupun Israel meragukan niat baik masyarakat Bnei Menashe yang mengklaim keturunan Yahudi.. Mereka dicurigai hanya ingin meninggalkan India karena alasan ekonomi. Sementara masyarakat tersebut beranggapan, berimigrasi ke Tanah Suci yang dijanjikan adalah kewajiban agama mereka. Hingga kini apakah mereka benar-benar bergaris keturunan Israel atau tidak, masih jadi perdebatan.
Foto: Bijoyeta Das
Jumlah imigran terus melonjak
Masyarakat Bnei Menashe diperkirakan terus bergerak menuju Israel. Menurut media haaretz.com, jumlah warga Bnei Menashe yang masuk ke Israel melonjak hingga tiga kali lipat pada tahun 2016. Pasangan ini menceritakan, putri mereka telah tinggal di Israel sejak tahun 2007.
Foto: Bijoyeta Das
Taat pada keyakinan
Isu-isu politik tidak berdampak pada kehidupan orang-orang ini. Mereka tetap melakukan tugas-tugas keagamaan dengan taat. Perempuan Bnei Menashe berkumpul setiap minggu untuk beribadat di sinagoga di kota Moreh, Manipur.
Foto: Bijoyeta Das
Melokalkan Yahudi
Gadis di Moreh, Manipur ini menunjukkan kitab suci Yahudi, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa lokal.
Foto: Bijoyeta Das
7 foto1 | 7
Kembali ke Masa Depan
Namun Maya bukanlah hanya suku dari masa lalu, yang pernah tinggal di bangunan yang kini merupakan reruntuhan yang dikagumi wisatawan dari seluruh dunia. Di Guatemala, suku Maya merupakan mayoritas penduduk. Mereka memiliki bahasa sendiri, bertani dengan metode yang dulu dipergunakan nenek moyang mereka dan terus berjuang untuk bertahan hidup di dunia global modern.
Sementara kalender Maya kuno sempat membuat kegemparan di banyak belahan dunia, karena meramalkan datangnya kiamat pada tanggal 21 Desember 2012. Kala itu, kebanyakan warga Maya di Guatemala menanggapi spekulasi ini dengan tenang. Seperti halnya Maria Mateo, seorang petani suku Maya Popcomchí. Kalau dunia berspekulasi, ia tidak percaya bahwa akhir dunia sudah dekat. Sebaliknya, dikatakannya, akhir dari baktun ke 13 merupakan momentum untuk harapan. “Kami benar-benar percaya bahwa akan terjadi perubahan, tapi tidak pada tanggal tertentu. Setiap orang dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan ini. Umat manusia harus mulai untuk benar-benar melindungi alam. Warga Maya dan terutama kaum perempuan harus bersatu dalam solidaritas, bergabung bersama dan berjuang untuk Ibu Pertiwi kita.“
Awal Era Baru
Bagi astronom bangsa Maya kuno, tahun surya adalah unit dari satu siklus yang sangat lama, yang disebut baktun. Setiap baktun lamanya 400 tahun. Maya kuno percaya bahwa waktu dimulai tepat 5.200 tahun lalu. Jadi, baktun ke 13 berakhir pada tanggal 21 Desember 2012. Era baru akan dimulai, yang diharapkan banyak warga Maya sebagai era yang akan mendatakan perbaikan pada kondisi hidup mereka.
Jam Kiamat Tunjukan 3 Menit Sebelum Bencana Dunia
Jam Kiamat alias The Doomsday Clock, masih menunjukkan posisi tiga menit sebelum tengah malam saat bencana musnahkan dunia. Doomsday adalah jam simbolis hitung mundur sampai kiamat datang yang digagas para ilmuwan
Foto: U.S. Army/Hiroshima Peace Memorial Museum via Reuters
2016: 3 Menit Menjelang Tengah Malam
Doomsday Clock mewakili skenario seberapa dekat ancaman kehancuran manusia. Para ilmuwan mengumumkan tingkat ancaman kiamat dunia tetap sama seperti pada tahun 2015. Para pemimpin dunia dianggap gagal menangani perubahan iklim tak terkendali dan perlombaan pembuatan senjata nuklir. Ini jadi faktor utama yang pengaruhi skenario Doomsday.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Brandon
2015: 3 Menit Jelang Tengah Malam
Tahun 2015 yang baru lewat, situasinya sama. Ilmuawn merinci, dunia ibaratnya berada pada posisi 3 menit menjelang tengah malam. Faktor yang mempengaruhi makin dekatnya kehancuran bumi alias ramalan kiamat ilmiah antara lain: Perubahan iklim tak terkendali dan perlombaan pembangunan senjata nuklir.
Foto: AP
2012: 5 Menit Sebelum Tengah Malam
Pada tahun 2012, potensi penggunaan senjata nuklir di kawasan regional Timur Tengah, Asia Timur dan Asia Selatan makin mengkhawatirkan. Sementara pengembangan solusi teknologi untuk mengatasi dampak perubahan iklim masih kurang memadai.
Foto: picture-alliance/AP Photo/KRT via AP Video
2010: 6 Menit Menjelang Tengah Malam
Tahun 2010 hitungannya masih 6 menit sebelum tengah malam. Salah satu faktor positifnya, pembicaraan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis antara pemerintah di Washington dan Moskow hampir tuntas. Sementara, bahaya yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terus mengintai, walau ada sedikit kemajuan solusi.
Foto: AP
2007: 5 Menit Menjelang Tengah Malam
Tahun 2007 kondisinya lebih buruk. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi: dunia di ambang ancaman perang nuklir. Amerika Serikat dan Rusia siap menggelar serangan nuklir sewaktu-waktu. Perubahan iklim juga menjadi tantangan mengerikan bagi kemanusiaan. Semakin singkat penetapan waktu ini, semakin besar keyakinan para ilmuwan tentang bencana global yang akan menghancurkan manusia.
Foto: Getty Images/M. Tama
2002: 7 Menit Sampai Tengah Malam
Kekhawatiran potensi serangan nuklir yang dilakukan teroris di seluruh dunia menggarisbawahi rasa tidak aman global. Para ilmuwan menyesuaikan Jam Kiamat dengan dinamika potensi ancaman bumi. Kiamat diasumsikan waktu tunjukan tepat tengah malam. Jadi jika sisa waktu makinmendekati tengah malam berarti ancaman terhadap bumi semakin besar.
Foto: Imago/Science Photo Library
1998: 9 Menit Hingga Tengah Malam
Walau situasinya cukup optimistis, tapi ada beberapa faktor anacaman. Hanya terpaut tingga minggu, India dan Pakistan masing-asing menggelar ujicoba senjata nuklir. Selain itu, Rusia dan Amerika Serikat bersama-sama mempertahankan 7.000 hulu ledak nuklir.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Sharma
1991: 17 Menit Hingga Tengah Malam
Jarum menit jam kiamat menjauh sebanyak 17 menit dari tengah malam pada tahun 1991. Penyebabnya pada tahun 1990, Amerika dan Rusia mulai memangkas jumlah senjata nuklirnya dan perang dingin berakhir.
Foto: picture-alliance/chromorange
1947: 7 Menit Sebelum Tengah Malam
Jam Kiamat pertama kali diciptakan para ilmuwan pada 1947 atau dua tahun setelah Amerika menjatuhkan bom atom di Jepang dalam Perang Dunia II. Pada 1947, kiamat diramalkan sejauh tujuh menit dari tengah malam. Para ilmuwan saat itu merancang jam kiamat guna memperingatkan publik terhadap bahaya senjata nuklir.
Foto: U.S. Army/Hiroshima Peace Memorial Museum via Reuters
9 foto1 | 9
Virgilio Alvarez, pakar ilmu sosial dan kepala fakultas ilmu sosial di Institut Ilmu Sosial Amerika Latin FLACSO, beranggapan, banyak media memanfaatkan kalender Maya untuk membuat laporan yang eksotis, di mana tidak mengetengahkan tentang realitas Maya saat ini, namun murni hanya cerita rakyat. “Kadang Maya ditampilan romantis: miskin, masyarakat adat liar, yang harus dibantu, selama mereka masih mengenakan bulu di atas kepala. Tapi di pasar Amerika Latin, dalam proses globalisasi, terutama masyarakat adat dianggap sebagai kelompok konsumen oleh perusahaan-perusahaan transnasional. Mereka ingin menjual ponsel dan komputer tablet. Dan solidaritas dengan Amerika Latin, khususnya di Eropa, menjadi hilang. Meskipun Eropa memikul tanggung jawab besar atas penghancuran budaya Maya.“
Dalam sebuah pernyataan bersama, para pemimpin spiritual masyarakat Maya di Guatemala mengungkapkan keprihatinan dan harapan mereka akan era baru: “Dunia berbicara mengenai kerusakan alam, konsekuensi perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati. Kami, bangsa Maya, merasakan perubahan iklim ini secara langsung. Lebih dari 80 persen suku kami hidup dalam kemiskinan. Gunung, hutan, dan sungai milik kami dicuri perusahaan-perusahaan besar, yang membangun pembangkit listrik, pertambangan, mengeksplorasi minyak, dan mengelola pertanian monokultur. Sumber daya alam kami dirampas, hak-hak kami dilangar, sama seperti 400 tahun lalu, saat baktum 13 dimulai.“
Harapan Masa Depan Lebih Baik
Salah seorang yang turut menulis pernyataan ini adalah Vitalino Similox, dari suku Maya Kaquchikel. Ia merupakan pendeta gereja Presbiterian. Pada tahun 1998 ia menjadi calon wakil presiden mendampingi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Rigoberta Menchú. Menurutnya, pergantian waktu merupakan harapan berakhirnya era penderitaan. Sudah tiba saatnya untuk memulai masa penyembuhan.
“Para pemimpin spiritual mengatakan, setiap orang dilahirkan dengan karunia tertentu. Pada baktum terakhir ini, terutama telah lahir banyak anak yang berbakat. Ini memberikan harapan baru bahwa mereka akan menghidupkan kembali matematika, ilmu pengetahuan, astronomi dan seni Maya. Oleh karena itu bukan satu ilusi untuk percaya bahwa sejalan dengan waktu, bangsa Maya akan kembali menjadi kuat.“
Lima Ancaman bagi Kehidupan di Bumi
Bukanlah perubahan iklim atau jatuhnya meteor raksasa yang menjadi ancaman dapat memusnahkan mahluk hidup di planet bumi, melainkan manusia. Demikian menurut ulasan di theconversation.com
Foto: picture-alliance/PIXSELL/Puklavec
1. Perang Nuklir
Jika negara-negara adidaya atom berperang, ratusan juta orang secara langsung akan menjadi korban keganasan senjata ini. Namun ancaman sebenarnya adalah dampak dari perang nuklir tersebut yang dikenal dengan sebutan “musim dingin nuklir“. Suhu dingin dan kekeringan akan mendera bumi selama ratusan tahun, menyebabkan ancaman kelaparan global.
Foto: Getty Images/AFP
2. Bioteknologi
Pandemi alami telah menelan lebih banyak korban jiwa dibandingkan perang. Namun pandemi alami bukanlah dianggap sebagai ancaman eksistensi manusia. Sayangnya, sekarang kita mampu membuat satu penyakit menjadi lebih ganas. Salah satu contoh adalah virus Ectromelia. Virus yang menyebabkan cacar pada tikus ini berhasil dikembangkan sehingga menjadi lebih ganas dan dapat pula menyerang manusia.
Foto: imago/Science Photo Library
3. Kecerdasan
Kecerdasan atau kepintaran memiliki kekuatan dasyat. Dan kecerdasan memang diperlukan untuk mencapai satu tujuan. Tetapi masalahnya adalah jika individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan menggunakan kecerdasan secara cerdik untuk mencapai tujuan yang berujung pada bencana di pihak lain. Tidak ada alasan untuk berkata bahwa kecerdasan akan membuat orang berperilaku baik dan bermoral.
Foto: Fotolia/DOC RABE Media
4. Nanoteknologi
Teknologi ini, yang mampu memanipulasi materi pada skala atomik atau molekular, sebenarnya tidak berbahaya, bahkan sangat bermanfaat. Masalahnya adalah, seperti bioteknologi, teknologi ini dapat disalahgunakan. Risiko yang paling jelas adalah bahwa teknologi ini dapat digunakan untuk memproduksi senjata secara cepat dan murah.
Foto: picture-alliance/dpa
5. Sesuatu yang tidak diketahui
Kemungkinan lain yang dapat membinasakan kehidupan di bumi adalah sesuatu yang mematikan dan mengintai di luar sana, tapi tidak kita kenal sebelumnya. Hanya karena ada kemungkinan bahaya yang tidak diketahui, bukan berarti bahwa kita tidak perlu untuk berusaha mencari tahu bentuk ancaman ini.
Foto: Fotolia/andreiuc88
Perubahan Iklim dan Meteor
Perubahan iklim atau meteor raksasa dianggap bukan ancaman bagi kehidupan. Memang mengkhawatirkan, namun perubahan iklim diperkirakan tidak akan membuat planet bumi tidak bisa dihuni. Meteor raksasa mungkin saja menerjang bumi, tapi kemungkinannya sangat kecil. Kedua Faktor alam ini kemungkinannya jauh lebih kecil dibandingkan ancaman perang nuklir, yang telah mengintai selama 70 tahun.