Mayoritas Warga Dukung Pembatasan Corona, Kecuali Masa Natal
4 Desember 2020
Sebagian besar penduduk Jerman mendukung kebijakan pembatasan corona untuk meredam penyebaran COVID-19. Tetapi mereka setuju pelonggaran aturan pembatasan kontak selama masa Natal.
Iklan
Menurut Jajak pendapat terbaru Deutschlandtrend, yang dilakukan secara berkala oleh stasiun siaran Jerman ARD, 53% responden menyatakan setuju dengan pelonggaran pembatasan sosial yang diputuskan pemerintah untuk masa Natal, sementara 44% menyatakan tidak setuju.
Namun, untuk malam tahun baru sekitar 68% responden menyatakan tidak setuju dengan pelonggaran, hanya 30% yang menganggap itu keputusan yang tepat.
Pemerintah federal dan para pemimpin 16 negara bagian Jerman baru-baru ini menyepakati kebijakan yang disebut-sebut sebagai amnesti Natal, yaitu pelonggaran pembatasan kontak sosial corona dari 23 Desember sampai 1 Januari. Setelah itu berlaku kembali pembatasan kontak yang ketat.
Mayoritas warga dukung kebijakan corona pemerintah
Beberapa kelompok selama ini memang melakukan protes terhadap kebijakan corona pemerintah, namun sebagian warga Jerman - 62% - menyetujui langkah-langkah yang diambil pemerintah Jerman hingga saat ini. Mereka juga tidak khawatir dengan pembatasan kebebasan pribadi dan kebebasan sipil yang diterapkan untuk meredam pandemi.
Tetapi jajak pendapat Deutschlandtrend juga menunjukkan, jumlah warga yang menyatakan "sangat khawatir" tentang dampak jangka panjang pada kebebasan sipil meningkat empat poin menjadi 18% dibandingkan dengan hasil jajak pendapat bulan Mei.
Terutama pendukung partai ultra kanan AfD menolak pembatasan sosial corona yang mereka sebut sebagai pengekangan kebebasan sipil yang berlebihan.
Iklan
Warga percaya pada kapasitas medis
Jajak pendapat terbaru Deutschlandtrend juga mengungkapkan bahwa mayoritas warga Jerman percaya pada kapasitas medis dan kemampuan negara menghadapi pandemi corona. Sekali pun kalangan masyarakat yang menyatakan khawatir dengan kapasitas sarana kesehatan menghadapi situasi pandemi meningkat.
Dunia Masuki Adven Pertama di Masa Pandemi
Ketika pandemi corona memaksa umat merayakan Adven dalam kesendirian, pemerintah dan pelaku usaha berusaha menghidupkan semangat hari raya lewat hal-hal kecil, meski tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya.
Foto: Jonathan Brady/PA Wire/dpa/picture alliance
Santa Klaus Bermasker
Masa Adven menjelang Natal tahun ini menempatkan figur Sinterklas atau Santa Klaus di garda terdepan penyuluhan pencegahan penyebaran Covid-19. Menyambut Natal, mereka biasanya berkeliling memeriahkan suasana di pusat-pusat perbelanjaan. Santa Klaus yang bertugas di Selfridges Mall di London, Inggris (gambar), mengenakan masker demi keselamatan pembeli, tentunya dalam warna merah.
Foto: Jonathan Brady/PA Wire/dpa/picture alliance
Masker dari Cokelat
Masa Adven yang meredup akibat pembatasan sosial di Jerman memaksa pengusaha pernak-pernik Natal memutar otak untuk menjaring pembeli. Di Kota Bad Königshofen di negara bagian Bayern ini, toko-toko kue lokal yang kreatif menjual figur Santa Klaus dari cokelat, tentunya dengan dilengkapi masker.
Foto: Nicolas Armer/dpa/picture alliance
Asap Dupa Seorang Pakar Virologi
Wadah dupa Natal dalam bentuk figur kayu adalah salah satu tradisi kuno yang berasal dari pegunungan Erzgebirge di Jerman. Tahun ini, pengrajin mainan Tino Günther membuat dekorasi khas Natal ini dalam rupa ahli virologi tersohor Jerman, Christian Drosten. Namanya melambung sebagai sumber terpercaya selama pandemi corona.
Foto: Hendrik Schmidt/dpa/picture alliance
Berlatih Higiene di Sekolah Santa
Inggris tidak ingin meluputkan perayaan Natal meski pandemi. Sebabnya puluhan pemeran Santa dikirimkan untuk menjalani penyuluhan dan pelatihan higiene di Sekolah Santa Klaus di London. Sekolah yang digalang oleh perusahaan hiburan, Ministry of Fun, ini melatih Santa Klaus menebar kehangatan suasana Natal, tanpa ikut menyebarkan virus.
Foto: picture a-liance/dpa/PA Wire/A. Chown
Ornamen Raksasa
Seperti tahun-tahun lalu, Kota New York memoles wajah kota dengan kerlap-kerlip lampu dan perhiasan Natal yang disebar di setiap sudut Manhattan. Tapi kemeriahan yang biasanya memenuhi pusat-pusat perbelanjaan, kali ini dibiarkan redup, menyusul pembatasan sosial.
Foto: John Nacion/SOPA/ZUMA/picture alliance
Wisata Natal di Tepi Laut Mati
Di Israel, Kementerian Pariwisata menggelar berbagai acara untuk menyambut musim liburan di masa pandemi. Salah satunya melibatkan Santa Klaus duduk di tepi pohon Natal, di atas pulau garam di Laut Mati. Saat ini hotel-hotel dan toko di Yerusalem masih ditutup akibat lockdown, padahal biasanya menjelang Natal dibanjiri wisatawan yang ingin berziarah.
Foto: Amir Cohen/REUTERS
Gemerlap Cahaya Gantikan Pasar Natal
Ketika pembatasan sosial memaksa tradisi pasar-pasar Natal tidak digelar, kota-kota di Jerman menghias diri dengan kerlap-kerlip lampu dekorasi. Biasanya, saat mulai memasuki masa Adven lapangan Römerberg di Frankfurt, ini dipenuhi gerai-gerai makanan khas Pasar Natal. Namun kali ini warga kota hanya bisa menikmati suguhan dekorasi yang menghiasi kawasan kota tua. Penulis: Heike Mund(rzn/as)
Foto: Michael Probst/AP Photo/picture alliance
7 foto1 | 7
Sekitar 36% responden menyatakan "prihatin" atau "sangat khawatir" bahwa pasien COVID-19 mungkin tidak menerima perawatan medis yang memadai - meningkat 15 poin dibandingkan hasil dari Mei.
Secara keseluruhan, 53% responden menyatakan aturan pembatasan kontak saat ini "tepat", sementara 18% menyatakan kebijakan itu tidak cukup jauh.
Pembatasan kontak sosial yang saat ini diberlakukan antara lain membatasi pertemuan pribadi hanya maksimal lima orang dari dari maksimal dua rumah tangga. Selama masa Natal, aturan itu diperlonggar menjadi 10 orang tanpa pembatasan berapa keluarga yang terlibat. Anak-anak di bawah usia 14 tahun tidak dihitung.