1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Dunia Internasional Tanggapi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

6 Februari 2019

Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17% yang dicatat Indonesia selama 2018 memicu reaksi beragam media dan lembaga internasional. Melemahnya ekspor diyakini akan membebani laju pertumbuhan di masa depan.

Indonesien Wirtschaft Banknoten Geldscheine
Foto: Reuters

Meski gagal mencapai target pertumbuhan sebesar 5,4% seperti yang sempat dicanangkan pemerintah, perekonomian Indonesia yang tumbuh 5,17% tahun lalu dinilai sebagai "capaian yang menggembirakan," kata kepala BPS Suhariyanto kepada media di tanah air, Rabu (6/2). Angka pertumbuhan yang dicetak tahun 2018 juga merupakan yang tertinggi di era Presiden Joko Widodo.

Saat ini Produk Domestik Brutto per kapita masyarakat Indonesia mencapai Rp. 56 juta atau hampir menyentuh angka 4.000 USD per tahun.

Namun pakar ekonomi di dalam negeri menilai pertumbuhan tersebut "tidak berkelanjutan karena ditopang oleh konsumsi, bukan produksi," kata Enny Sri Hartati, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef).

Baca juga: Perekonomian Indonesia Tumbuh 5,17 Persen

Lembaga riset Capital Economics menulis, melemahnya harga sejumlah komoditi kunci seperti batubara dan minyak sawit akan memperlambat laju pertumbuhan. "Faktor yang menghambat kemungkinan besar muncul dari sektor ekspor," tulis lembaga yang bermarkas di London dan New York tersebut.

"Prediksi kami, pertumbuhan global yang melambat secara berkala dalam beberapa kuartal ke depan akan membebani nilai volume ekspor. Dengan pertumbuhan ekspor yang melambat dan kebijakan moneter yang ketat, kami meyakini aktivitas perekonomian akan menurun.," tulis analis dalam laporan Capital Economics.

Hal ini diamini oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution. Dia berjanji pemerintah akan "bekerja mengembangkan kebijakan baru terkait ekspor Indonesia," ujarnya seperti dilansir DPA. "Kita harus bekerja keras lagi tahun depan," ujarnya. "Kita akan fokus pada ekspor."

Reaksi beragam justru ditunjukkan media-media internasional terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia. Harian bisnis AS, Bloomberg, misalnya menilai perekonomian di tanah air "tumbuh lebih cepat ketimbang yang diharapkan ekonomis pada kuartal terakhir, dan menunjukkan ketahanan menyusul kenaikan suku bunga dan permintaan global yang melemah."

Hal serupa ditulis Financial Times yang menilai perekonomian Indonesia "tumbuh lebih cepat meski perlemahan pasar eskpor." Seperti dilaporkan harian bisnis asal Inggris itu, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 lebih tinggi ketimbang angka median pertumbuhan ekonomi yang diprediksi ekonomis pada jajak pendapat Reuters yang setinggi 5,15%.

Baca juga: KTT G20 di Tengah Ancaman Perang Dagang dan Krisis Ekonomi

Sebaliknya Asian Nikkei Review menulis angka pertumbuhan yang tidak mencapai target pemerintah merupakan indikasi menguatnya sentimen negatif yang ditandai melemahnya aliran dana investasi asing. Media Jepang itu menulis "perekonomian Indonesia gagal berakselerasi jelang pemilu April."

"Jakarta membutuhkan dana untuk membiayai proyek infrastruktur dan inisiatif lainnya. Dan aliran dana investasi asing yang lemah memperlambat ekonomi."

rzn/hp (dari berbagai sumber)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya