1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Hak Asasi ManusiaAmerika Latin

Claudia Sheinbaum Jadi Presiden Perempuan Pertama Meksiko

Gabriel Gonzalez
3 Juni 2024

Claudia Sheinbaum akan menjadi perempuan pertama yang memimpin Meksiko setelah pemilihan presiden akhir pekan lalu, yang berlangsung di bawah penjagaan ketat aparat keamanan.

Claudia Sheinbaum di depan pendukungnya sesaat setelah Pemilu Meksiko ditutup
Foto: Fernando Llano/AP Photo/picture alliance

Rakyat Meksiko telah memilih presiden baru mereka dalam pemilu yang menandai tonggak sejarah besar.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah negara ini, persaingan diungguli oleh dua kandidat perempuan: Claudia Sheinbaum, dari partai Morena yang saat ini berkuasa, dan Xochitl Galvez, dari aliansi oposisi.

Claudia Sheinbaum, kandidat presiden favorit

Hasil resmi awal menunjukkan Claudia Sheinbaum, kandidat dari partai populis sayap kiri Morena, menang telak. Lahir sebagai cucu perempuan imigran Yahudi dari Lituania, Sheinbaum adalah seorang politikus berpengalaman.

Sheinbaum pernah menjabat sebagai wali kota Mexico City. Dukungan terhadap partainya meningkat secara signifikan selama beberapa tahun terakhir, dan Morena saat ini memegang sekitar dua pertiga dari 32 jabatan wali kota di Meksiko.

Sheinbaum juga mendapat dukungan dari presiden Meksiko saat ini dan pemimpin partai Morena, Andres Lopez Obrador, yang juga masih populer. Namun Obrador tidak dapat mencalonkan diri karena konstitusi membatasi masa jabatan presiden hanya satu kali yakni dalam periode enam tahun.

 

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Program sosial populer

Sheinbaum berkampanye dengan platform yang kesinambungan, khususnya dengan reformasi yang dimulai oleh Lopez Obrador. Popularitas Obrador terus meningkat dengan peringkat persetujuan saat ini mencapai 60%, kemungkinan besar disebabkan oleh program sosial negara yang ia mulai. Namun, beberapa pengamat politik mempertanyakan apakah program-program ini dapat bersifat berkelanjutan. 

Xochitl Galvez, kandidat penantang dari koalisi oposisi besarFoto: Fernando Llano/AP Photo/picture alliance

"Program sosial dan kenaikan upah minimum sebesar 110% secara riil memberikan perbaikan nyata bagi masyarakat miskin selama masa jabatannya," jelas Gerold Schmidt, Direktur Rosa Luxemburg Foundation asal Jerman di Meksiko. "Orang-orang ini mungkin merasa dilihat dan dihargai untuk pertama kalinya. Pentingnya faktor subjektif ini tidak boleh diremehkan." 

Sementara Hans Blomeier, Direktur Yayasan Konrad Adenauer yang berhaluan sayap kanan di Meksiko, punya kesimpulan yang berbeda. "Manfaat sosial dari pemerintahan Lopez Obrador bukan disebabkan oleh perubahan struktural, melainkan karena bantuan tunai yang dibiayai utang yang diberikan kepada masyarakat miskin." Menurutnya, tidak ada pihak yang mau mengakui bahwa bentuk redistribusi ini tidaklah berkelanjutan secara finansial.

Meksiko dilanda kekerasan dan perang narkoba

Kekerasan yang merajalela di Meksiko adalah topik penting selama kampanye. Selama bertahun-tahun, negara ini dilanda tingkat kejahatan yang tinggi dan perang narkoba yang berdarah. Geng dan kartel berjuang untuk menguasai perdagangan narkoba, menyebabkan tingkat kekerasan dan ketidakamanan yang ekstrem di banyak wilayah.

Menurut statistik resmi, 1.890 orang terbunuh sepanjang tahun lalu dalam konfrontasi antara kartel-kartel yang berkuasa. Sejak tahun 2006, tahun ketika operasi militer kontroversial melawan kartel narkoba dilancarkan, lebih dari 450.000 orang telah terbunuh, dan 100.000 lainnya dinyatakan hilang.

Pada musim kampanye saat ini juga banyak kandidat yang diserang ketika tampil dalam kampanye. Berbagai sumber menyebutkan antara 25 hingga 37 kandidat telah dibunuh, beberapa di antaranya dibunuh di siang bolong. Sebanyak 80 serangan non-fatal lainnya terjadi pada minggu menjelang pemilu.

"Bahkan jika pemerintahan Lopez Obrador tidak bertanggung jawab atas situasi ini – akar rumit dari situasi saat ini sudah ada sejak beberapa dekade lalu dan dapat ditemukan di tempat lain – meremehkan dan menoleransi masalah kejahatan terorganisir dan kartel telah memperburuk masalah ini," kata Blomeier. (ae/yf)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait