1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Belajar Kecerdasan Kolektif Dari Ikan

8 Februari 2018

Transformasi digital terkendala batasan teknologi. Kecerdasan kolektif yang lazim ditemukan di alam, masih terlalu rumit untuk diadaptasi teknologi digital. Ilmuwan Jerman teliti tema ini, dengan amati perilaku ikan.

Belajar Kecerdasan Kolektif Dari Kawanan Ikan

03:59

This browser does not support the video element.

Pakar kecerdasan kolektif dari Universitas Konstanz, Prof. Dr Iain Couzin melakukan penelitian dengan membangun sebuah kolam besar dan mengisinya dengan kawanan ikan stickelback. Dalam kolam ada kawasan yang terang dan yang ternaungi bayangan.

Kawanan ikan kecil ini selalu berenang ke kawasan ternaungi bayangan, dan menghindari kawasan terang. Bagi ikan stickelback ini masalah mati hidup. Di bawah sinar matahri, sisiknya gemerlap dan dengan itu gampang dilihat predator.

Ian Couzin melakukan ujicoba, melepas seekor ikan saja ke kolam. Nyatanya, ikan gagal menemukan lokasi ternaungi bayangan. Itu hanya berfungsi bila ikan bergerombol.

"Salah satu yang menakjubkan dari gerombolan, adalah kecerdasan kolektifnya. Grup bisa memecahkan masalah, yang tak bisa dipecahkan individu", ujar Prof. Dr. Iain D. Couzin.

Baca juga: Menciptakan Otak Tiruan dengan Komputer Super Cerdas

Bisakah Kecerdasan Diwariskan?

Ada Makhluk Cerdas Lain di Jagat Raya?

Gagasan lawas kecerdasan kolektif

Tapi bagaimana kecerdasan kolektif ini terbentuk? Bagaimana grup mengembangkan kemampuan, yang tidak dimiliki individu ikan?

Para peneliti cukup lama bertanya, dan terus meneliti ikan saat berenang. Petunjuk menenentukan justru ditemukan dalam sebuah buku ilmiah lawas dari Rusia. Penulisnya Dimitri Radakov membuktikan, grup mengembangkan karakteristik sendiri.            

Iain Couzin dan tim penelitinya mengadaptasi gagasan ini, dan menyempurnakan dengan teknik modern. Para peneliti memasang Barcodes alias kode garis pada sirip punggung setiap individu ikan Stickelback.

Dengan itu, setiap ikan memiliki tanda pengenal individual. Setiap saat dengan mudah masing-masing ikan bisa diidentifikasi.

Ikan-ikan itu kemudian dikembalikan ke kolam penelitian. Seperti yang diprediksi, ikan yang diberi tanda berenang bergerombolan dari satu lokasi berbayangan ke lokasi berbayangan lainnya.

Diawasi kamera

Para penelti memasang kamera untuk merekam gerakan ikan. Setelah itu sebuah Software menggambarkan gerakan masing-masing ikan. Para peneliti menemukan hal yang sepertinya amat banal. Ikan-ikan berenang lebih lambat, jika sudah mencapai lokasi ternaungi bayangan.

Iain Couzin mengamati, bagaimana perbedaan kecepatan mengubah gerombolan ikan. "Dengan pelacakan gerakan, kami bisa bisa membandingkan akselerasi individu dan pengaruhnya. Kami bisa memvisualisasi hal itu sebagai koneksi, mirip dengan koneksi elastis antara individu. Ini memungkinkan kami memahami  bagaimana kolektif dan jejaring komunikasinya, membantu grup memecahkan masalah. Interaksi sosial ini mirip pegas tak kasat mata diantara individu. Jika seekor ikan mencapai kawasan gelap dan berenang lambat, sementara yang lain tetap berenang cepat, pegas akan makin tegang. Muncul kekuatan yang menarik ikan tersebut ke kawasan gelap, tanpa ikan menyadari adanya kawasan itu," ujar pakar kecerdasan kolektif ini.

Pegas tak kasat mata ini menjadi aturan dasar gerombolan. Jarak ke individu tetangga tetap harus terjaga. Jika jarak melebar, ada kekuatan tak nampak yang akan berdampak pada individu yang masih berenang cepat. Dengan itu jarak kembali dipertahankan, dengan menarik ikan berenang menuju ke kawasan dinaungi bayangan.

(DW Inovator)