Pria-pria Kenya dari berbagai suku di kota Moi's Bridge bersembunyi di ladang jagung atau mencari perlindungan di kantor polisi untuk menghindari tradisi sunat paksa di kelompok adatnya.
Iklan
Sunat adalah hal penting di komunitas Luhya, kelompok etnis terbesar kedua di Kenya. Suku Bukusu di kota Moi's Bridge termasuk komunitas tersebut. Musim sunat biasa digelar setiap dua tahun bagi anak laki-laki yang berusia antara 10 dan 14 tahun.
Namun, pria dewasa dari suku lain yang tinggal di kota tersebut juga harus disunat. Seorang bidan dari suku Bukusu menjelaskan, "Pria-pria tersebut kelak akan menikahi perempuan dari suku Bukusu. Jadi mereka harus bersih. Pada kulup banyak terdapat kuman dan jadi susah ereksi."
Pesta sunat diadakan secara besar-besaran. Sapi disembelih, musik, dan minum bir tanpa batas. Benar-benar suasana meriah. Namun, bagi para pria dewasa ini bukan waktu untuk berpesta, melainkan waktu untuk melarikan diri.
Setidaknya ada 12 pria dari suku selain Bukusu yang menjalani sunat paksa sejak awal musim sunat tahun ini di bulan Agustus. Demikian menurut pihak kepolisian dan pemerintah lokal. Mereka yang berhasil lolos, mencari perlindungan di kantor polisi. Banyak juga pria yang bersembunyi di ladang jagung selama berhari-hari.
Belum ada pihak yang ditangkap karena praktik sunat paksa ini, ujar Okumu perwakilan pemerintah daerah. Tapi ia juga memperingatkan, mereka yang meneruskan praktik sunat paksa akan dituntut.
Alasan para pria melarikan diri, antara lain karena cara tradisional suku Bukusu melakukan sunat. Mereka hanya menggunakan peralatan sederhana dan tanpa obat bius.Bagi kelompok suku tersebut, anak laki-laki atau pria yang disunat secara tradisional dan tidak melakukannya di rumah sakit akan dianggap sebagai pahlawan suku.
vlz/yf (ap)
HIV: 10 Fakta Virus Mematikan
HIV/AIDS mungkin tidak lagi terdengar mengerikan seperti 20 tahun lalu, namun setiap tahun ada sejuta orang lebih yang terinfeksi. Fakta apa saja yang perlu diketahui mengenai penyakit mematikan ini?
Foto: Fotolia/Sebastian Duda
Kehidupan Sehari-hari
Lebih dari 35 juta warga dunia positif HIV - sepertiga diantaranya hidup di Afrika Sub-Sahara. Di Afrika Selatan, negara yang paling parah terjangkit HIV, satu dari enam orang mengidap HIV. HIV bisa dibilang keseharian hidup di Afrika Selatan, sampai-sampai acara anak-anak 'Sesame Street' versi Afrika Selatan memiliki boneka kuning yang positif HIV, Kami.
Foto: picture-alliance/dpa
Lelaki Lebih Berbahaya
Pada hubungan seks antar heteroseksual, HIV lebih mudah ditularkan dari lelaki ke perempuan ketimbang perempuan ke laki-laki. Namun apabila seorang lelaki sudah disunat, risiko penularan ke perempuan berkurang hingga 60 persen.
Foto: imago/CHROMORANGE
Penyakit Seumur Hidup
HIV dan AIDS tidak dapat disembuhkan, meski dapat dikontrol. Obat-obatan antiretroviral mencegah virus berlipat ganda di dalam tubuh penderita. Terapi antiretroviral mencakup tiga atau lebih obat yang harus diminum pasien selama hidupnya. Perawatan semacam ini dapat mengurangi laju kematian dari HIV sebesar 80 persen.
Foto: picture alliance/dpa
Mengurangi Harapan Hidup
Penyebaran HIV setelah tahun 1990 menyebabkan tingkat harapan hidup di banyak negara turun secara dramatis - kebanyakan di Afrika. Lalu pengenalan obat-obatan antiretroviral kembali menaikkan harapan hidup: di Afrika Selatan, contohnya, rata-rata tingkat harapan hidup naik dari 54 tahun pada 2005 menjadi 60 pada tahun 2011.
Foto: AFP/Getty Images
Pengobatan Terbatas
Karena perusahaan farmasi memegang paten yang mencegah produksi obat versi generik, obat-obatan HIV tergolong mahal - sebuah terapi biayanya ribuan Dolar per bulan. Ini pun menghambat pengobatan pada skala besar di negara-negara Afrika, dan trennya berlanjut: Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan 19 juta pengidap HIV tidak mempunyai akses terhadap obat-obatan.
Foto: AP
Masih Tahap Uji Coba
Tidak ada vaksin yang 100 persen efektif melawan HIV, dan baru ada sedikit studi klinik untuk vaksinasi pada manusia. Satu vaksin yang diujicoba di Thailand hingga tahun 2009 tampak mengurangi risiko terinfeksi HIV hingga 31 persen.
Foto: AP
Terlalu Beragam
Satu faktor yang menyulitkan pengembangan vaksin adalah begitu cepatnya HIV bermutasi, termasuk di dalam tubuh pasien. Ada terlalu banyak variasi patogen HIV - meski hanya dua variasi yang menjadi penyebab utama melemahnya sistem kekebalan tubuh dan mengakibatkan sakit.
Foto: picture-alliance/dpa
Masa Inkubasi Lama
Butuh enam minggu bagi seseorang yang terjangkit untuk mengembangkan antibodi, dan tes HIV tidak efektif pada periode ini. Mereka yang terinfeksi juga mengalami yang disebut infeksi HIV awal, yang gejalanya mirip flu. Beberapa pekan setelah terinfeksi, sistem imunitas untuk pertama kalinya mulai bereaksi terhadap virus.
Foto: picture-alliance/dpa
Rentan Penyakit Lain
Campuran mematikan: HIV dan tuberkulosis. Orang yang positif HIV mengidap risiko 20 kali lebih besar untuk terjangkit bakteri penyebab tuberkulosis. Di Afrika, tuberkulosis adalah penyebab kematian nomor satu di antara penderita HIV.
Foto: Alexander Joe/AFP/Getty Images
Ramuan Tersendiri
Kebijakan Afrika Selatan untuk menangani HIV mengejutkan dunia untuk waktu yang cukup lama. Tahun 2008, menteri kesehatan di bawah pemerintahan Presiden Thabo Mbeki menganjurkan bawang putih, ubi bit merah dan minyak zaitun untuk mengobati infeksi. Obat-obatan antiretroviral ditolak. Untungnya masa-masa itu sudah berlalu.