141009 Welthungerindex 2009
14 Oktober 2009Indeks Kelaparan Dunia 2009 mencatat bahwa saat ini ada satu milyar orang di dunia yang hidup dalam kemiskinan ekstrim dan mengalami kelaparan. Pada indeks itu terlihat, kondisi terburuk dihadapi Ethiopia, Burundi, Kongo, Eritrea, Sierra Leone dan Chad. Selain itu juga di kawasan Asia Selatan.
Menurut Dr. Usman Badiane, Direktur bagian Afrika di Lembaga Penelitian Kebijakan Pangan Dunia, IFPRI, salah satu penyebabnya adalah perang. Ia terangkan: "Ini semua negara yang dalam sepuluh atau lima belas tahun terakhir mengalami peperangan. Artinya, menciptakan dan menjaga stabilitas sosial dan kondisi damai merupakan faktor penting, apabila ingin mengatasi masalah kelaparan dan kekurangan gizi.“
Setiap tahunnya, daftar yang disiapkan IFPRI mencatat tingkat kelaparan yang terjadi di berbagai penjuru dunia. Indeks yang mendata perubahan ini, juga merupakan alat guna mereka perkembangan di masa depan. Menurut Dr Usman Badiane yang berasal dari Senegal, situasi di Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika Utara dan Karibik sudah membaik. Ia sebutkan, "Ada dua faktor menonjol di sini. Pertama, bertahannya stabilitas politik dan sosial, kemudian berkembangnya ekonomi suatu negara. Faktor lainnya termasuk bahwa banyak pemerintahan negara di kawasan ini bertindak pro-aktif meluncurkan jaringan sosial, yang bisa melindungi masyarakat yang terancam dan mengalami kelaparan dari keterpurukan yang lebih dalam.“
Selintas indeks tersebut membingungkan, data yang tertera hanya sampai 2007 dan hanya bisa mengaitkan dampak krisis finansial secara tidak langsung. Namun Bärbel Dieckmann, Ketua organisasi penanganan kelaparan, Welthungerhilfe,, memastikan bahwa nilai angka untuk 2009 telah meningkat. Krisis keuangan baru-baru ini mendorong banyak orang di negara-negara berkembang ke jurang keterpurukan. Artinya, kini jumlah orang kelaparan bertambah, terutama di antara kelompok-kelompok sosial yang tersisihkan.
Karenanya, salah satu target Indeks Kelaparan Dunia dalam mengurangi kelaparan dan kemiskinan di masa mendatang adalah menguatkan posisi perempuan. Bärbel Dieckman bertutur, "Bisa dibuktikan, bahwa di negara-negara di mana perempuan tidak dianggap setara dan dibatasi hak-haknya, tingkat kelaparan jauh lebih tinggi daripada di mana perempuan bisa mengambil alih tanggung jawab atas ekonomi. Perempuan biasanya memiliki rasa tanggung jawab besar terhadap keluarganya, dan seringkali perempuanlah yang ditinggal di desa, sementara lelakinya pergi entah kemana.“
Pesannya jelas, perempuan tak boleh didiskrimasi ataupun tertinggal di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan politik. Agar kelaparan dapat ditangani secara efektf, sangatlah penting untuk menjamin bahwa perempuan memiliki penghasilan sendiri.
Katrin Schilling / Edith Koesoemawiria
Editor : Hendra Pasuhuk