Melawan Perubahan Iklim Lewat Komik Online
25 Oktober 2022Termometer menyentuh angka 50 derajat Celcius (122 Fahrenheit) di Kota Nagpur, India, ketika kartunis Rohan Chakravarty berbicara lewat komik tentang bagaimana perubahan iklim memengaruhi karyanya. Gelombang panas 30 kali lebih kuat yang tampaknya karena perubahan iklim itu- telah memecahkan rekor dan mengingatkan pentingnya masalah tersebut.
Chakravarty adalah salah satu dari sejumlah seniman komik, yang menggunakan bakat komedi dan kreatif mereka untuk melawan perubahan iklim. Kartun, seperti beberapa media lainnya, dapat memadatkan ide-ide ilmiah yang kompleks menjadi bentuk-bentuk yang menghibur dan mengilhami tindakan untuk berbuat sesuatu, demikian kata para peneliti dan kartunis.
Karakter komik tentang perubahan iklim
Komik "Green Humour" atau Humor Hijau karya Chakravarty mencakup spektrum isu lingkungan. Karya yang ia buat misalnya, hewan-hewan antropomorfis yang mengoceh tentang perubahan iklim atau sindiran singkat tentang kegagalan pemerintah, serta perincian informatif skala besar dari topik-topik yang kompleks.
"KIta mulai membuat serial yang berfokus terutama pada konservasi satwa liar dengan mencakup semua hal soal lingkungan- bagaimana perubahan iklim memengaruhi manusia dan pertanian, keadilan iklim, gagasan bahwa keadilan sosial terkait dengan perubahan iklim serta tata kelola dan kebijakan," kata Chakravarty.
Dia tertarik pada format kartun karena kartun bisa memberikan waktu kepada penikmatnya untuk berefleksi dan membentuk opini mereka sendiri. "Itulah keindahan kartun. Ini adalah media komunikasi yang hampir tidak pernah seperti menggurui,” kata Chakravarty.
Semua ini sangat berguna selama masa lockdown COVID-19, ketika para pemerhati lingkungan di India tidak dapat secara terbuka memprotes langkah pemerintah atas dampak lingkungan untuk industri dan perusahaan. Chakravarty mengatakan komiknya menjadi wajah gerakan online dalam menentang kebijakan yang perlu dikritisi.
Mengeksplorasi ide agar lebih bermakna
Sejumlah kecil studi akademis tentang perubahan iklim dan kartun menunjukkan bahwa kartun memungkinkan kreator dan pembaca untuk mengeksplorasi ide-ide satire dengan cara yang bermakna. Kartun juga dapat membantu penulis mengatasi stres atau trauma yang mungkin mereka derita akibat bencana iklim.
Novel bergrafis dan kartun dapat menembus batas di mana media lain tidak mampu, ujar Nick Holm, ahli teori budaya dan media di Universitas Massey di Selandia Baru. Studi Holm berfokus pada budaya populer sebagai cara untuk memahami pemikiran politik. "Tidak ada orang dalam kondisi tingkat waspada tinggi saat membaca laman yang lucu. Saya rasa bentuk format ini sangat kuat dalam dan berisiko rendah, setidaknya seolah-olah, terutama didedikasikan untuk hiburan. Jadi ini adalah ruang yang sangat aman untuk memikirkan hal-hal baru," paparnya.
Holm mengatakan mereka mungkin tidak selalu bisa mengubah pandangan setiap pembaca, namun humor mungkin "menciptakan peluang yang lebih baik" untuk mengubah pemikiran tentang perubahan iklim.
Kontribusi kecil untuk perjuangan
Rosemary Mosco, seniman di balik komik populer "Burung dan Bulan", mengatakan kepada DW bahwa menggambar komik memungkinkannya, dengan cara sederhana, membantu mengatasi perubahan iklim."Tak satu pun dari kita benar-benar tahu persis apa yang harus dilakukan, tetapi kita semua diberitahu oleh para ahli untuk menggunakan apa pun yang kita miliki dan melakukan apa yang kita bisa," katanya. "Saya memiliki keterampilan membuat kartun, jadi sepertinya wajar untuk berbicara tentang isu yang menurut saya penting."
Komik Mosco berkisah tentang spesies yang dianggap jahat melalui lelucon bagi pengamat burung hingga kebenaran pahit tentang perubahan iklim. Mosco juga merasa dengan memasukkan humor ke dalam topik serius seperti perubahan iklim, bisa membantu menyampaikan pesan yang penting kepada khalayak luas. Dia membuat komik menjadi viral atas topik yang seolah-olah "membosankan" seperti rawa, misalnya, namun ia menambahkan bahwa hasil karyanya tidak mengurangi keseriusan pemikiran atas masalah tersebut.
"Saya rasa orang-orang mengerti bahwa ini adalah topik serius. Orang-orang berusaha mengumpulkan keberanian dalam menghadapi masalah dan membuat lelucon, karena hal itu menunjukkan bagaimana kita berbagi rasa kemanusiaan kita bersama dan bukan karena ingin meremehkan problemnya."
Di mana batasnya sebuah humor?
Komunikator sains mengingatkan bahwa ada pula risikonya dalam menggunakan humor(untuk isu serius). Peneliti budaya, Nick Holm mengungkapkan masyarakat yang melihat humor dalam segala hal bisa berisiko tidak menganggap serius masalah apa pun. Dia mengutip ejekan di film kartun "South Park" terhadap pesan iklim Al Gore dalam episode "ManBearPig", yang mencemooh gagasan untuk menganggap sesuatu yang terlalu serius.
Namun, jika digunakan secara efektif, humor dapat membantu membangun kesungguhan, empati, dan solidaritas, dan dapat membantu secara perlahan dalam mengubah kebijakan iklim, selama hal itu tidak berubah menjadi ejekan langsung terhadap mereka yang menyangkal perubahan iklim.
"Mengejek penyangkal perubahan iklim tidak akan membawa Anda ke mana-mana. Itu tidak akan meyakinkan siapa pun," katanya. "Itu akan mengasingkan orang. Ini akan membuat mereka kesal. Ini akan membuat mereka bercokol terus dalam pandangan mereka."
Komik yang tidak menyenangkan
Bagi Mosco, beberapa komiknya yang paling berpengaruh sama sekali tidak memiliki humor. Misalnya komiknya yang menggambarkan kutipan-kutipan kebingungan orang-orang soal bahan bakar fosil, diikuti gambar nyala api yang semakin besar dengan latar belakang yang berpuncak pada kebakaran hutan. Tapi tema menyeluruh melalui karyanya berisi hal positif, bahwa belum terlambat untuk bertindak dan umat manusia tidak boleh kehilangan harapan dalam menghadapi perubahan iklim.
Dan bagi Chakravarty?
"Jika saya harus sepenuhnya jujur, tujuannya selalu hanya untuk bersenang-senang, membuat beberapa hal yang mengusik status quo dan melihat apa hasilnya yang terjadi." (ap/vlz)