Sikap gamang India terkait invasi Rusia di Ukraina termasuk agenda utama dalam kunjungan PM Narendra Modi ke Berlin, Prancis dan kawasan Skandinavia. Kanselir Jerman, Olaf Scholz, ingin melihat kejelasan dari New Delhi.
Iklan
Perdana Menteri India, Narendra Modi, dijadwalkan tiba di Berlin, Jerman, pada Senin (2/5). Di sana dia akan bertemu Kanselir Olaf Scholz, sebelum bertolak ke Kopenhagen, Denmark, untuk menghadiri KTT India-Skandinavia, pada 3 Mei.
"Saya tiba di Eropa pada masa ketika kawasan ini menghadapi banyak tantangan dan pilihan,” katanya dalam sebuah keterangan pers jelang keberangkatan. Modi mengaku ingin "memperkuat semangat kerjasama” dengan Eropa, "yang merupakan mitra penting bagi India dalam mengupayakan perdamaian dan kemakmuran,” imbuhnya.
Bagi Eropa, kunjungan Modi menjadi kesempatan untuk memperkarakan sikap India menolak resolusi PBB mengecam invasi Rusia di Ukraina. Seperti dilansir harian Indian Express pada Senin (2/5), Kanselir Jerman, Scholz, memastikan "serangan Rusia terhadap Ukraina merupakan agenda utama” pertemuannya dengan Modi.
"Aksi brutal Rusia di Ukraina adalah hal yang mengerikan. Mereka yang bertanggungjawab harus mendapat ganjaran sesuai. Saya yakin ada kesepakatan umum di antara negara kita tentang hal ini,” katanya.
India saat ini masih bergantung kepada Rusia untuk suplai dan perawatan sistem persenjataan. New Delhi juga mengabaikan imbauan Eropa dan membeli minyak dengan harga diskon dari Rusia.
Iklan
Kepentingan India versus Eropa
Hingga beberapa pekan silam, Scholz masih ragu apakah akan menerima kunjungan Modi di Berlin. India selama ini menepis kritik terhadap kebijakannya dengan merujuk pada tingginya pembelian gas Rusia oleh Eropa.
Dalam sebuah jumpa pers, Minggu (1/5), Menteri Luar Negeri India Vinay Kwatra meyakini Eropa "tidak hanya memahami, tetapi juga memiliki tingkat apresiasi yang tinggi” terhadap posisi India dalam konflik di Ukraina.
Mariupol: Sebuah Kota yang Hancur, tapi Tetap Bertahan
Invasi Rusia ke Ukraina memasuki minggu keempat, dan serangan terus meningkat. Sementara warga berbondong-bondong melarikan diri dari Mariupol, Zelenskyy enggan menyatakan takluk di kota yang terkepung itu.
Foto: Str/AA/picture alliance
Eksodus dari Mariupol
Selama seminggu terakhir, puluhan ribu orang setiap harinya melarikan diri dari kota Mariupol yang hancur akibat serangan Rusia. Sejak awal perang, kota pelabuhan penting di selatan Ukraina itu telah menghadapi pemboman berat dan serangan rudal yang melukai warga sipil. Menurut data Rusia, 130.000 dari sekitar 440.000 penduduk masih bertahan di kota.
Foto: Str/AA/picture alliance
Sebuah kota yang hancur
Setelah hampir empat minggu diserang, kota Mariupol yang terkepung hancur dan nyaris tidak dapat dihuni. Menurut pemerintah setempat, 80% dari seluruh apartemen di kota telah hancur. Banyak foto yang menunjukkan bangunan tempat tinggal yang hancur atau terbakar, seperti foto dari kantor berita resmi Rusia, Tass ini.
Serangan Rusia terhadap warga sipil Ukraina telah mendorong beberapa politisi Barat, seperti Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dan Komisaris Luar Negeri Uni Eropa Josep Borell, untuk berbicara tentang "kejahatan perang". Borell mengatakan Rusia menghancurkan Ukraina tanpa menghormati aturan perang.
Foto: REUTERS
Rusia: Hanya target strategis yang terdampak
Rusia mengklaim mereka hanya menyerang fasilitas strategis dan militer. Mereka menyalahkan unit milisi Ukraina, Batalion Azov, yang mencakup ekstremis nasionalis sayap kanan, atas pemboman teater Mariupol. Ratusan orang selamat dari serangan itu, berlindung di bunker serangan udara di bawah teater, yang terlihat seperti dalam foto reruntuhan ini.
Foto: Azov Battalion/AP/dpa/picture alliance
Separatis Rusia mengontrol rute pelarian
Separatis pro-Rusia, yang juga menguasai wilayah tetangga Donetsk di Ukraina timur, melakukan pemantauan jalur pelarian penduduk. Mereka hanya mengizinkan warga sipil tak bersenjata meninggalkan kota yang terkepung.
Foto: Str/AA/picture alliance
Tuding dievakuasi ke negara musuh
Foto yang dirilis oleh kantor berita Rusia, Tass, menunjukkan orang-orang yang dievakuasi dari Mariupol di sebuah kamp darurat di Donetsk. Rusia mengatakan ingin memberikan perlindungan bagi pengungsi Ukraina. Namun, Dewan Kota Mariupol menuduh Rusia mengizinkan separatis membawa paksa ribuan warga Ukraina ke Rusia.
Banyak penduduk telah melarikan diri ke kota Zaporizhzhia, di mana beberapa warga yang terluka mendapat perawatan. Pemboman rumah sakit di Mariupol telah menutup akses bantuan medis darurat. Beberapa pekan lalu, terjadi kebakaran singkat di PLTN terbesar di Eropa di Zaporizhzhia. Sebagian besar kawasan di kota dengan populasi 750.000 jiwa itu lolos dari pertempuran.
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Berkumpul dengan keluarga
Remaja ini melarikan diri dari Mariupol ke Lviv di Ukraina barat. Sang ibu menunggunya di stasiun kereta. Namun, tentara Rusia juga telah menyerang Lviv. Bagi banyak pengungsi, Lviv menjadi persinggahan terakhir sebelum melanjutkan perjalanan untuk menyelamatkan diri ke negara-negara tetangga Eropa.
Foto: picture alliance / ASSOCIATED PRESS
Beberapa kota yang diserang tentara Rusia
Mariupol bukan satu-satunya kota di Ukraina yang dihantam serangan Rusia. Di utara dan timur Ukraina, roket dan peluru artileri terus menghantam kota-kota besar seperti Sumy, Kharkiv, dan Kyiv. Foto ini menunjukkan sisa-sisa pusat perbelanjaan di Kyiv setelah menjadi sasaran serangan Rusia. Empat orang tewas dalam serangan itu, menurut media setempat.
Foto: Daniel Ceng Shou-Yi/ZUMAPRESS/picture alliance
Ukraina tolak menyerahkan Mariupol
Pada hari Minggu (20/03), Rusia telah memberi Ukraina ultimatum untuk menyerahkan Mariupol pada Senin (21/03) sore. Namun, Ukraina menolak permintaan itu. Sebaliknya, ribuan warga sipil kembali berbondong meninggalkan kota tersebut. Menurut pemimpin separatis Rusia Denis Pushilin, pertempuran memperebutkan Mariupol bisa berlangsung berminggu-minggu lebih lama. (ha/as)
Foto: Evgeniy Maloletka/AP/dpa/picture alliance
10 foto1 | 10
Fokus kunjungan Modi kali ini sebenarnya berpusar pada kerjasama perdagangan, energi dan pembangunan berkelanjutan, kata Kwatra.
Pada saat yang sama, India juga berusaha memanfaatkan embargo barat terhadap Rusia untuk meraup keuntungan bisnis. Akhir Mei nanti, sebanyak 50 perusahaan India di sektor makanan, keramik dan kimia, akan datang ke Moskow atas undangan Rusia, lapor harian Times of India, hari Senin.
"Sanksi perdagangan dan keuangan terhadap Rusia membuka banyak peluang baru bagi perusahaan India di berbagai sektor,” kata Vivek Agrawal, Presiden Dewan Promosi Perdagangan India, kepada harian tersebut.
"Perusahan-perusahaan India terlalu bersemangat untuk memanfaatkan potensi yang besar bagi produk India di Rusia, imbuhnya. Namun begitu, pemerintah India memastikan kegiatan ekspor ke Rusia baru akan dimulai setelah berakhirnya perang di Ukraina.